Sunday, 25 August 2019

Love For Revenge Part 9 End



Author: Yunita
Tittle: Love For Revenge
Instagram : @dedee_yunita

MainCast :

- Cho KyuHyun as Nathan Alexander James
- Choi Aira as Alicia Cinthya Gunawan

Genre: Sad, Hurt, love

Disclaimer: CHO KYU HYUN dan FF ini adalah Milik Saya 
                       SUPER JUNIOR MILIK SM :P
                     

--- Love for revenge ---
1 tahun kemudian.
Nathan menuruni tangga menuju ruang makan sambil menggendong Nevan. Alicia sedang menyiapkan sarapan untuknya dan yang lain.
Alicia tersenyum melihat kehadiran Nathan bersama Nevan, Nevan masih belum sepenuhnya sadar karna itu ia menyandarkan kepalanya di dada Nathan. “Morning sayang” sapa Nathan memberikan sebuah kecupan ringan di bibir Alicia.
“Morning sayang” Alicia mencium Nevan yang masih terdiam, ia kemudian mengambil alih Nevan agar Nathan bisa sarapan karna dia harus bekerja.
“Morning guys” sapa Sherly, ia datang bersama Mirna. “Morning tampan” Nevan lansung tertawa mendengar sapaan Sherly.
Mereka sarapan bersama, setelah lulus Sherly memang sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta ia tetap bekerja meskipun Alicia sudah membawanya dan ibunya pindah ke rumah besar Nathan.
Setelah Nathan dan Sherly berangkat bekerja, Alicia dan Mirna mengajak Nevan untuk berjalan – jalan. Ia mengajaknya ke taman dekat rumahnya. Nevan terlihat senang dalam pangkuan Mirna, Mirna sudah seperti nenek bagi Nevan.
“Tante, aku belikan es cream dulu ya” ucap Alicia, Mirna mengangguk. Alicia beranjak mencari tukang es cream yang tadi ia lihat ketika pertama kali datang.
Baik Alicia maupun Mirna tidak menyadari jika sedari beberapa pasang mata sedang mengamati mereka. Apalagi kini Alicia meninggalkan keduanya menjadi peluang bagi mereja untuk mendekat. Dengan gerakan cepat seseorang membius Mirna dari belakang dan mengambil Nevan. Mirna pun pingsan di tempatnya sedangkan Nevan yang menangis di bawa pergi olehnya.
Alicia kembali dengan dua cup es cream yang ia pegang di tangan kanan dan kiri. Wajahnya yang awalnya terlihat kebahagian berupa menjadi panik dan kekhawatiran. “Tante” Alicia membuang begitu es cream yang berbeda di tangannya dan berlari menuju Mirna yang tergeletak di jalan. “Tante” Alica mengangkat tubuh Mirna dan menyandarkan kepala Mirna di pahanya, ditepuk – tepuk pipi Mirna. Air matanya sudah mengalir ketika sadar jika Nevan tidak ada.
Mirna perlahan tersadar karena tetesan air mata Alicia menyentuh kulit wajahnya. “A-alicia” meskipun lemah ia berusaha bangun. Mirna memandang Alicia yang menangis, kemudian ia mengedarkan mata menatap sekliling ia tidak melihat Nevan. “Alicia, Nevan” ia panik tidak melihat Nevan, Alicia yang menangis membuat Mirna mengerti apa yang terjadi. “Ya Tuhan” ia kemudian menarik Alicia ke dalam pelukannya, ia ikut menangis.
Nathan, Jo, Mera dan Sherly lansung pulang ketika mendapatkan kabar dari Alicia jika Nathan di culik. Mirna sedari tadi mencoba menenangkan Alicia yang masih menangis, ia meratapi kebodohannya meninggalkan Mirna dan Nevan sendiri.
Nathan mendekati Alicia dan memeluknya, “Maafkan aku Nevan” ia sungguh menyesal dengan apa yang ia lakukan. Nathan mengusap punggung istrinya, ia ingin sekali marah tapi kejadian hari ini tidak ada yang menginginkan. Ia juga salah tidak meminta pengawalnya untuk menjaga mereka selama ia tidak ada. Dan, sejujurnya ia tidak pernah berpikir hal ini terjadi.
Siapa yang berani menculik anaknya?
Jo dan Mia menyelidiki taman bermain yang tadi di kunjungi Alicia dan Mirna, ia mengecek cctv terdekat sayangnya semua cctv tidak berfungsi atau memang sengaja dirusak. Mereka masih mencari petunjuk agar dapat mencari Nevan.
Nathan kembali ke ruang keluarga menemui yang lain setelah membawa Alicia ke kamarnya, ia kelelahan karna banyak menangis hingga akhirnya tertidur. Nathan meminta Mirna juga beristirahat bersama Alicia, Sherly pun ikut menemani.
Jo dan Mia pun datang, untungnya mereka datang dengan membawa hasil. Butuh waktu yang lama Jo dan Mia berpencar mencari petunjuk hingga akhirnya baik Jo dan Mia menemukan petunjuk dari mobil yang terparkir di taman. Semua mobil tersebut mempunyai blackbox.
Jo dengan cepat memutar rekaman tersebut, dalam video tersebut memperlihatkan sebuah mobil yang terparkir lama sekitar 1 jam kemudian salah satu mereka keluar dan kembali dengan membawa Nevan. Nathan menatap geram orang dalam video tersebut, berani sekali mereka menculik anaknya. Di rekaman yang lain memberikan petunjuk lain karna plat mobil terlihat. Dengan cepat Jo melacak nomor plat tersebut.
“Surya” kedua tangan Nathan mengepal kuat mengetahui jika plat tersebut adalah milik keluarga Surya yang merupakan 1 orang dari 4 orang berhasil Alicia bunuh.
“Sepertinya ia ingin membalas dendam karna kematian ayahnya. Tapi, menurutku pasti ada orang lain yang memberitahu jika Alicia adalah dalang pembunuhan ayahnya”
Yang diucapkan Jo ada benarnya, istrinya begitu halus melakukan pembunuhan kemarin bahkan tidak ada orang yang mencurigainya. Rekaman cctv pun tidak ada yang membuktikan jika Alicia menjadi pembunuhnya ya meskipun wajah Alicia tidak pernah tertampang jelas di cctv.
“Mungkinkah Robert?” Mia mencoba menebak, semua orang yang berada disana memandang ke arah Mia. “Ada kemungkinan, karna saat ini hanya dia yang masih hidup” tambah Mera.
“Jika seperti ini tidak aku izinkan dia tetap hidup” ucap Nathan geram.
Mereka kemudian menyusun strategi, mereka akan lansung menemui Robert karna mereka yakin Robert tidak akan mengatakan sejujurnya. Jika memang Robert ikut andil dalam penculikan anaknya, Nathan sudah bersumpah akan membuat Robert mati di tangannya. Dan mengambil alih perusahaan yang begitu ia sayangi. Ia tidak peduli dengan kenyataan jika Alicia berteman dekat dengan anak Robert, Michael.
Jo memyuruh pengawal memata – matai Robert mereka menggunakan mobil pada umumnya agar tidak dicurigai, ia yakin komplotan Surya juga menjaga Robert.
“Aku ikut” pinta Alicia ketika tahu Nathan akan mencari Nevan. “Tunggulah disini sayang, kondisi sedang tidak stabil” ujar Nathan, ia tidak ingin masalahnya bertambah karna Alicia yang bertambah sakit.
“Aku juga ingin menyelamatkan anakku, Nathan” Nathan menghela nafas, mau tak mau ia akhirnya menuruti keinginan istrinya, sedangkan Mirna dan Sherly tetap di rumah menjalani aktivitas seperti biasanya meskipun sebenarnya mereka ingin membantu.
Mera kembali melatih Alicia karna semenjak mengandung dan melahirkan Alicia tidak lagi berlatih bela diri maupun menembak. Sedangkan Nathan, Jo dan Mia menyiapkan senjata untuk mereka berperang. Sepertinya akan ada pertumpahan darah.
Nevan terus menangis karna dikelilingi orang yang tidak ia kenal apalagi kini ia berada di sebuah tempat yang begitu mengerikan baginya. “Mommy, Dadday” ia terus memanggil Alicia dan Nathan secara bergantian.
“Anak itu berisik sekali, tidak henti – hentinya menangis” keluh salah satu dari mereka yang berjumlah sekitar 10 orang. Calvin bahkan mempekerjakan 10 orang untuk menjaga anak berusia 1 tahun.
“Dia mungkin lapar” sahut yang lain, tak lama Calvin datang dan lansung mendekati Nevan. Nevan tetap menangis sambil memandang Calvin yang mendekat ke arahnya, “Hi Nevan” Nevan tidak menjawab ia masih menangis tersengguk.
“Nevan, do you want to meet Mommy and Daddy?” tanya Calvin dan lansung dijawab anggukan kepala oleh Nevan. Calvin tersenyum sungging, “Wait, Mommy and Daddy will come” Mungkin kalimat Calvin terdengar sebagai sebuah kalimat penenang bagi Nevan, ia sudah berhenti menangis sekarang.
Calvin mengeluarkan satu botol susu dan sebuah mainan untuk Nevan, ia tidak akan menyakiti Nevan untuk saat ini karna ia ingin melihat penderiataan Alicia ketika berhadapan lansung dengannya.
Alicia terus berlatih bersama Mera, ini sudah 3 hari setelah Nevan diculik. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Nevan, apapun akan ia lakukan untuk dapat bertemu dengan Nevan meskipun nyawanya adalah taruhannya.
Calvin terbangun dari tidurnya di sofa yang cukup using, ponselnya berbunyi ia pun mengangkat panggilan tersebut, “Mereka akan datang” senyumnya lansung mengembang. Ia menantikan saat seperti ini. Sebenarnya, ia juga kagum dengan anak buah yang mereka miliki karna berhasil menemukan persembunyiannya dengan cukup cepat.
Alicia, Nathan yang lainnya berangkat tengah malam ketika jalan cukup sepi untuk melajukan mobil di saat rata – rata. Mereka akan menempuh waktu yang lama karna Nevan kini berada di puncak dengan lokasi yang jarang sekali dilewati orang.
Semua sudah menggunakan baju anti peluru sejak mereka berangkat dari rumah, mereka tidak tahu apa yang terjadi di jalan mereka mencoba mengantisipasi saja.
Setelah memakan waktu 1 jam perjalan mereka sampai di sebuah Gudang yang berada di ujung puncak Bogor. Gudang itu masih keliling pohon – pohon besar dan penerangan yang minim.
Calvin dan anak buahnya sudah berjaga – jaga sejak seseorang menelpon dan mengabari dirinya.
Perkelahian pun di mulai ketika mereka mendekat ke arah pintu Gudang. Beberapa orang menyerang mereka satu per satu, “Tinggalkan kami, kalian masuklah” ucap Jo pada Nathan dan Alicia, keduanya pun mengangguk meninggalkan Jo, Mia dan Mera melawan orang – orang tersebut.
Gudang itu cukup besar, untung saja penerangan di Gudang lebih baik daripada ketika di jalan menuju ke Gudang. Baik Alicia dan Nathan sama – sama dalam keadaan siaga, tangan mereka sudah memegang pistol.
Terlalu banyak ruangan disana, sepertinya mereka membutuhkan waktu untuk menemukan Nevan. Nathan selalu membuka pintu ruangan tersebut tapi nihil karna tidak ada apapun di dalamnya, kosong.
“Mommy, Daddy” Suara Nevan kemudian terdengar, Nathan dan Alicia pun mempercepat langkah mereka. Hingga mereka tiba di sebuah ruangan yang berada di pojok. Ketika membuka ruangan tersebut, keduanya ingin menembak orang – orang di dalam sana karna kini mereka Nevan yang menangis karna diikat dengan sebuah kursi.
“See Neva, Mommya and Daddy come” Calvin berbicara pada Nevan yang menangis.
“Lepaskan anakku, Calvin” Alicia sudah tahu siapa dalang dibalik penculikan anaknya. Dia adalah Calvin Surya Wiguna, anak dari salah satu 4 orang yang berhasil ia bunuh.
Calvin tersenyum sinis, “Tidak akan, jika perlu aku akan membunuhnya di depan matamu” dengan gerakan cepat Calvin sudah pistol mengisi peluru dan mendekatkan ujung pistol itu ke kepala Nevan membuat Nevan bertambah keras menangis.
Baik Nathan dan Alicia untuk sama – sama mendekat tapi mereka tahan karna Calvin bisa saja benar menembak Nevan. “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” tanya Nathan, emosi sudah di puncak.
Calvin terkekeh, “Aku hanya menginginkan kematian kalian semua” diakhiri dengan senyum sunggingnya. “Mommy” Nevan kembali berteriak, siapapun ibu di dunia ini tidak akan rela melihat anaknya dalam posisi sekarang.
Calvin dan anak buahnya yang berjumlah 10 orang itu tidak tahu jika Mera berjalan mengendap dari belakang dengan gerakan cepat, ia menendang pistol di tangan Calvin dan menarik kursi Nevan menjauh darinya.
“Brengsek” Calvin tidak tahu jika ada orang lain di belakangnya hingga pistolnya terlempar jauh sekarang. Calvin ia menghajar Mera tapi Nathan sudah menahan tangannya, perkelahian pun tidak terelakkan. Alicia menggantikan posisi Mera untuk menyelematkan Nevan. Sedangkan Mera membantu Nathan menghajar anak buah Calvin.
Alicia melepaskan ikatan di tubuh Nevan, “Mommy” Nevan lansung memeluk Alicia, “Sorry, Nevan” ucap Alicia.
Jo dan Mia sudah datang dan membantu Nathan dan Mera, sedangkan Alicia membawa Nevan keluar dari ruangan tersebut, cukup sulit keluar dari ruangan tersebut karna baik Calvin dan anak buahnya berusaha menangkapnya namun bela diri yang ia miliki tidak membuat takut atau kesulitan melawan mereka.
Nafas semuanya terengah – engah kini anak buah Calvin sudah tergeletak menahan sakit, begitu juga Calvin wajah tampannya kini dipenuhi luka lebam dan darah yang mengalir di sudut bibirnya karna tonjokan dari Nathan yang begitu keras.
Mera berdiri paling jauh dari pintu keluar, kini giliran mereka yang tidak sadar jika seseorang datang dan mengambil pistol milik Calvin. Dengan cepat ia menyondorkan pistol tersebut ke kepala Mera membuat semua yang berada di sana terdiam termasuk Mera yang kemudian mengangkat kedua tangannya. Calvin tersenyum sungging, ia tidak akan kalah semudah itu.
“Michael” ucap Nathan tidak percaya.
Michael tersenyum tipis, “Sebenarnya kau kaget melihatku disini” ucapnya, semua orang tahu jika Michael adalah sosok laki – laki yang baik bahkan begitu lembut selama ini.
“Kau kira aku senang melihat kau menyiksa ayahku” Nathan tercekat mendengar ucapan Michael. “Jika orang tua kalian mati karna ulah ayahku itu bukan kesalahannya, orang tua kaliankah yang bodoh tidak bisa menjaga diri mereka dan apa yang mereka miliki” Nathan dan Mera tidak terima dengan apa yang dikatakan Michael.
“Jadi selama ini kau membohongi kami” pekik Mia tidak percaya, Mia mengenal Michael karna Sherly memperkenalkannya sebagai kekasihnya dan ia juga selalu datang mengunjungi Nevan untuk bermain bersama, ia tidak percaya jika Michael menyimpan dendam pada mereka.
“Bunuh saja aku, aku tidak takut” ucap Mira tegas, Michael mendekatkan pistolnya membuat Mera memejamkan mata. “Mera” seru Nathan, mimik wajah dipenuhi rasa amarah sekalipun ia tidak pernah mengizinkan orang lain melukai keluarganya kini.
Calvin beranjak berdiri kemudian menatap mengejek kepada semuanya, “Kalian sama sekali tidak berguna” ejeknya, ia meludah di dekat Nathan karna rasa asin dan perih yang ia rasakan.
Nathan dan Mera saling berpandangan satu sama lain seperti berbicara melalui pandangan. “Menunduk” perintah Nathan kepada Jo dan Mia bersamaan dengan Mera yang menunduk dan memukul perut Michael, suara tembakan pun terdekat karna Michael tidak sengaja melepaskan tembakan.
Mera menendang kaki belakang Michael hingga ia terjatuh berlutut, sedangkan Nathan memberikan pukulan kepada Calvin ketika ia mencoba melarikan diri.
“Argh” erang Michael, Mira menarik kedua tangannya ke belakang kemudian mengingkatnya seperti mengikat Nevan.
“Kau sungguh bodoh jika ikut campur dalam hal ini” ejek Jo pada Michael. Tak lama beberapa orang datang mereka adalah pengawal Nathan yang menbawa Robert kemarin. Nathan memang sengaja menyuruh pengawalnya untuk mencari dan menangkap Robert kemudian membawanya ke tempat Nevan di culik.
Alicia menggendong Nevan masuk bersama dengan beberapa pengawal yang sudah menjaganya, “Michael” Alicia tidak percaya dengan apa yang dia liat sekarang, Michael hanya menunduk.
Salah satu pengawal Nathan mendorong Robert ke arah Michael kedua tangannya sudah ikat seperti Michael. “Ucapkan selamat tinggal pada perusahaan kesayanganmu itu, Robert” ucap Nathan tegas.
“Tidak, aku tidak mengizinkan kalian mengambil alih perusahaanku” sebuah tamparan keras mendarat di wajah Robert, Michael memandang geram ia tidak terima ayahnya diperlakukan seperti itu. “Itu untukmu karna kau membuat anakku diculik”
Semua orang kini melihat Nathan dengan wajah yang begitu menakutkan, inilah sifat asli Nathan jika ada orang yang berani mengusik keluarga dan orang terdekatnya, bahkan apabila orang itu melukai ia tidak segan – segan untuk membunuhnya.
Nathan mengambil pistol dan mengacungkan ke arah Robert, Michael bergerak melindungi ayahnya “Jangan bunuh dia, bunuh saja aku” pintanya. Robert tidak percaya jika anaknya rela mengorbankan nyawanya untuknya padahal ia pernah membohongi dirinya dengan berhubungan dengan Alicia.
“Tenang saja, akan ku bunuh kalian bersamaan” ucap Nathan ia sudah siap menembak ke arah Robert dan Michael.
“Nathan” Alicia tidak mau Nathan membunuh lagi seperti dulu, meskipun ia tahu Nathan adalah bandar Judi ia tidak melakukan hal keji itu pada orang lain.
“Berikan saja pada polisi, ku mohon” Nathan memandang Alicia yang memohon dan pandangannya tertuju pada Nevan yang kini sudah tertidur. “Jika bukan karna Alicia, sudah ku bunuh kalian semua” Nathan membatalkan niatannya.
Para pengawal menjaga mereka selagi polisi datang, Sherly sudah melaporkan apa yang terjadi kepada polisi didampingi Mirna. Mereka juga menyertakan beberapa bukti penculikan. Polisi pun datang dan menangkap semuanya.
Mirna lansung memeluk Nevan ketika Alicia dan yang lainnya sudah kembali ke rumah. “Terima kasih sudah kembali” ia begitu senang melihat Nevan.
Semua kini bisa bernafas lega karna Nevan sudah kembali, terutama Alicia ia sudah bisa tidur dengan nyenyak sekarang.
***
Nathan bersama Jo, Mia dan Mera memasuki Gedung perkantoran milik Robert hari ini mereka akan mengambil alih sepenuh perusahaan tersebut. Rapat pemegang saham dilakukan terkait pergantian Robert dengan Mera, Mia juga akan membantu Mera di perusahaan tersebut.
Tidak ada yang bisa menolak atau membantah hasil rapat karna memang pemegang saham terbesar di perusahaan adalah milik keluarga Nathan dan Alicia.
Perusahaan Robert adalah perusahaan sudah besar dan sudah memiliki nama di Indonesia maupun luar negeri, bisnis property dan iklan yang ia memiliki memang berjalan dengan lancar.
Mera memberikan keluasan kepada karyawan yang ingin keluar bahkan para pemegang saham yang lain pun diizinkan untuk menarik saham mereka jika mereka mau. Tapi, tidak ada satupun yang melakukan hal demikian.
Semua kembali membaikn sekarang tidak ada lagi perkelahian yang terjadi meskipun begitu Nathan tetap siaga seperti biasanya.
***
6 tahun kemudian
“Dad, bagaimana jika aku tenggelam” seru Nevan dalam gendongan Nathan mereka sedang berenang sekarang. “Daddy, tidak akan membiarkanmu tenggelam sayang” ujar Nathan.
Nevan menggembungkan pipinya, Nathan selalu saja mengajari berenang setiap tidak sedang bekerja. Alicia datang sambil menggendong anak keduanya Amora Cintya Nathan.
6 tahun yang lalu kehidupan mereka berubah setelah Alicia meminta Nathan menutup bisnis perjudiannya dan mengganti menjadi hotel. Awalnya Nathan menolak keras karna itu bisnis ia bangun dari 0 hingga besar seperti sekarang. Namun, karna kegigihan Alicia menyakinkan Nathan akhirnya ia menyetujui untuk menutup bisnis tersebut.
Mirna dan Sherly tidak lagi tinggal di rumah Nathan karna Sherly sudah menikah dan memiliki keluarga sendiri. Jo dan Mia pun juga pindah karna Nathan menghadiahkan rumah mereka setelah mereka resmi menikah 2 tahun yang lalu. Setelah Michael ternyata mengkhianatinya dari belakang.
Sedangkan Mera masih bahagia dengan kesendiriannya sambil mengurus perusahaannya. 2 tahun setelah perusahaan itu resmi di tangannya kini perusahaan tersebut sudah berhasil membangun cabang di kota besar di Indonesia.
Nathan tidak lagi sibuk mengurusi bisnisnya karna begitulah kegiatan sebagai bos sekaligus pemiliki perusahaan. Ia memilih menghabiskan waktunya bersama keluarganya terlebih ia kini memiliki putri yang berusia 4 tahun.
“Cobalah Nevan, kau tidak akan tenggelam” seru Alicia dari bibir kolam renang.
“Okay, Mom” Nevan kembali berlatih berenang bersama Nathan. Alicia menurunkan Amora agar bisa berjalan namun tetap ia awasi takut Amora tiba – tiba lari dan masuk ke dalam kolam renang.
Alicia tersenyum senang ketika Nevan berhasil berenang sendiri, Nathan membawa Amora untuk berenang bersama. Alicia tersenyum bahagia melihat ketiganya yang bersenang – senang di dalam kolam renang.
Alicia kini sadar jika tidak ada orang tua yang mau menyusahkan anaknya, dulu ia memang kesal karna ayahnya meninggalkan banyak hutang untuk ia lunasi. Hari – harinya penuh penderitaan ketika harus bekerja sambil kuliah. Namun, ternyata Ayahnya sudah menyiapkan hal yang tidak di duga, jika ayahnya tidak memiliki hutang ia juga tidak akan bertemu dengan Nathan dan hidup bahagia seperti sekarang.
Percayalah, Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi setiap manusia di dunia hanya saja kita perlu berusaha menggapai itu. Jangan mengeluh karna sejatinya kebahagiaan akan terasa lebih indah jika kau berusaha keras untuk mendapatkannya.
“Aku mencintaimu ayah” ucap Alicia dalam hatinya.


-          The End -

No comments:

Post a Comment