Author: Yunita
Tittle: I Found My Mom
Instagram : @dedee_yunita
Blog : chokyuhyuna.blogspot.com
MainCast :
- Cho KyuHyun
- Choi Aira
- Cho Michan
Genre: Love, Married Life
Disclaimer: CHO KYU HYUN dan FF ini adalah Milik Saya
SUPER JUNIOR MILIK SM :P
------------------------ I love you Mom ----------------------------------------
Aku berjalan di
koridor sekolah menuju kelas yang akan aku bimbing. Hari ini, hari pertamaku
menjadi guru di playground Van Linth. Aku menyukai anak kecil karna itu aku
melamar bekerja disini.
Aku masuk ke kelas
dan sudah ada beberapa guru – guru yang lain. Tidak mungkin hanya 1 guru untuk
membimbing anak – anak kecil yang sedang masa aktifnya.
Mataku memandang
seluruh anak – anak begitu lucu – lucu. Terlebih gadis kecil yang memandangku
dengan berbeda, “Annyeong haseyo, Aku Aira sem” sapaku dengan suara riang agar
membuat mereka senang.
“Annyeong haseyo sem”
jawab mereka setelah Nana Sem memberikan komando untuk membalas.
“Eomma” ucap gadis
kecil yang memandangiku sejak tadi. Membuatku terkejut, Nana sem membisikan
sesuatu jika Ibu gadis itu sudah meninggal dunia.
Aku tersenyum tipis,
gadis kecil bangun dan mendekatiku, “Eomma” ucapnya ulang. Aku mengendongnya,
“Eo, sayang” balasku.
Aku membaca namanya
dari name tag buah – buahan yang ia kenakan, “Cho Michan” namanya yang cantik.
Sejak aku datang,
Michan tidak pernah jauh dariku ia selalu duduk di sebelahku tak peduli jika
aku sedang memperhatikan anak yang lain.
Aku berdiri di sisi
taman bermain memperhatikan dan selalu menjaga anak – anak yang sedang bermain
ketika jam istirahat. Mataku tertuju pada Michan yang sedang kejar – kejaran
bersama teman sebayanya, Hyunji.
“Aw” aku terkejut
ketika Michan terjatuh, aku menghampiri dengan sedikit berlari. Ku lihat
lutututnya terluka meskipun hanya kecil tapi mungkin saja terasa perih bagi
Michan.
Aku lansung
menggendong Michan untuk mengobati lukanya. Ia sama sekali tidak menangis
meskipun wajahnya terlihat menahan perih. “Sudah” ucapku setelah menempelkan
plester pada lutut Michan. Ku ke kecup plester tersebut, “Luka Michan sudah
sembuh sekarang” Michan tersenyum ia bangun lansung memelukku.
“Eomma, Michan sayang
eoma” aku bingung harus menjawab apa. Kenapa Michan memanggilnya terus dengan
sebutan eomma? Apa mungkin wajahku mirip dengan mending ibunya? Entahlah aku
tidak mengerti.
Aku tidak menjawab
hanya membalas pelukannya.
Hari pertama
mengajarkanku berjalan dengan baik. Ku lihat Michan yang masih duduk sembari
memainkan boneka. “Michan tidak pulang?” tanyaku lembut. Ia memandangku,
wajahnya cantik sekali. “Aku masih menunggu appa” jawabnya kemudian.
“Kajja, kita main
ayunan” ia menyambut ajakanku dengan senang. Wajahnya terlihat bahagia ketika aku
mengayunkan ayunan.
Sebuah mobil masuk ke
sekolah, seseorang laki – laki masih dengan setelan jasnya keluar dari mobil tersebut.
Matanya menyipit melihat Michan yang terlihat begitu bahagia bermain ayunan
bersama seseorang yang ia pikir salah satu guru di sekolah Michan. Namun, tak
biasanya ia terlihat begitu senang.
Laki – laki melangkah
mendekati Michan, ia tidak dapat melihat wajah guru yang bersama Michan karna
posisi dia yang membelakangi.
“Appa” Michan sadar
kehadiran Appanya. Ia hampir saja turun dengan ayunan yang masih kencang.
“Michan” seruku, ia hampir terjatuh andai aku tidak menggendongnya. Laki – laki
itu juga menghampiri Michan.
“Mianhae eomma” laki
– laki itu terkejut mendengar ucapan Michan, aku hanya memgangguk lalu
tersenyum.
Ia berjalan mendekati
Appanya yang tadi hampir berlari melihat Michan yang ingin terjatuh. “Appa”
tangan kecil Michan memeluk leher appanya yang sudah memposisikan diri untuk
berjongkok di hadapan Michan.
Aku mendekati anak dan
ayah itu, yang terlihat bahagia sayangnya sekali jika ibunya pergi terlalu
cepat diusia Michan yang masih kecil.
Deg. Jantungku
berdetak ketika aku memandang wajah Appa Michan. Tampan. 1 kata yang bisa
menjelaskan bagaimana wajah ayah anak 1 itu.
“Eomma” tangan Michan
bergerak seolah menyuruhku mendekatinya. Dengan ragu aku mendekatinya, “
Kyuhyun appa, Eomma pulang bersama Michan kan?” keduanya sama – sama terkejut.
“Michan, pulang
bersama Appa ya” tidak mungkin aku pulang bersama mereka. Meskipun, aku tinggal
sendiri di Seoul tapi aku masih punya keluarga di Busan.
Wajah Michan lansung
cemberut, “Appa” Michan terlihat sedih sekarang. Laki – laki yang dipanggil
Kyuhyun appa oleh Michan memandang ke arahku.
“Pulang bersama kami”
ucapnya kemudian.
“Ye” tentu saja aku
terkejut.
“Eomma, tidak mau
pulang bersama Michan? Michan sudah lama tidak bersama Eomma?” Aku merasa tidak
enak mendengar ucapan Michan.
“Sebentar aku ambil tasku
dulu” dengan hati gundah aku masuk ke kelas hanya untuk mengambil tas dan
kembali.
“Michan mau digendong
Eomma” Michan menyondongkan tubuhnya padaku, mau tak mau aku harus mengambilnya
dari Appanya.
Kyuhyun hanya diam
memperhatikan anaknya yang begitu senang bersama guru yang menurutnya baru
karna ia tidak pernah melihat guru itu sebelumnya. Michan terlihat senang duduk
di pangkuan ku selama berjalanan. Ia begitu aktif dan suka sekali bernyanyi.
Mobil memasuki sebuah
perkarangan rumah mewah yang di Gangnam. Rumah ini memiliki gerbang yang besar
untuk menutupi betapa mewahnya istana di dalamnya.
Michan menarik
tanganku sambil berjalan, “Kajja Eomma” ia menarikku ke pojok ruangan yang
ternyata sebuah lift untuk naik ke atas. Ya Tuhan, mewah sekali.
Seorang wanita
berumur mendekati Kyuhyun yang masih memperhatikan anaknya. “Kyu, siapa gadis
yang bersama Michan?” tanya wanita yang tak lain adalah ibunya.
“Guru baru di sekolah
Michan, eomma. Michan selalu memanggilnya dengan sebutan Eomma” Kyuhyun mencoba
menjelaskan.
“Kajja, ada yang
ingin aku bicarakan denganmu” Eomma meminta Kyuhyun mengikutinya. Mereka masuk
ke ruang keluarga.
Aku begitu takjub
melihat kamar Michan. Bagaimana bisa anak kecil memiliki kamar yang begitu luas
dan besar dengan nuansana putih pink. Michan menarik tanganku, “Eomma mandi”
Ya Tuhan. Dia benar –
benar menganggapku eommanya. Michan tertidur setelah mandi dan makan siang
dibawakan ke kamar.
Aku memandang wajah
Michan yang begitu teduh. Meskipun, tertidur ia masih kuat memelukku.
Kyuhyun masuk ke
kamar Michan, ia terhenyak melihat Michan yang tidur sambil memeluk gurunya.
“Bisakah kita
bicara?” ucap Kyuhyun padaku, aku mengangguk. Dengan perlahan aku melepaskan
pelukan Michan, menyelimutinya dengan selimut.
Kyuhyun mengajakku ke
sebuah ruangan yang sepertinya ruang kerjanya di rumah. “Duduklah” ia memintaku
duduk di sofa. Aku menurut, ia duduk di sampingku tapi menghadapkan tubuhnya ke
arahku.
Ia memberikan sebuah
bingkai foto padaku. Ternyata foto itu adalah foto mendiang istrinya. Aku bisa
mengatakan jika wajah istrinya lebih cantik dariku. Ia memiliki aura kecantikan
dari dalam.
Setelah meneliti
sejenak, aku sadar jika wajahku hampir mirip dengan mending istrinya. “Menikahlah
denganku” aku lansung memandang Kyuhyun terkejut.
“Mwo” Kejutku. Entah
mengapa seperti ini. Aku ke Seoul untuk mengejar impianku menjadi pengajar.
Bukan menikah dengan secepat ini.
“Michan terlalu kecil
untuk aku menjelaskan jika kau bukan Ibunya. Tapi, disisi lain aku juga merasa
senang melihat Michan bahagia ketika bersamamu”
“Tapi, Kyuhyun ssi.
Aku ke Seoul untuk menjadi pengajar bukan menjadi istrimu”
“Kau tetap bisa
menjadi pengajar disana tapi selama Michan sekolah disana” Kyuhyun menjawabnya
dengan cepat.
Aku terdiam sambil
memandang wajahnya terlihat keseriusan. “Beri waktu aku untuk berpikir”
mintaku.
“Mianhae tapi aku
pikir kau akan menginap disini” Ya Tuhan sudah berapa kali aku terkejut hari
ini.
“Aku yakin Michan
akan mencarimu ketika di bangun. Kau hanya memberiku alamat tempat tinggalmu.
Anak buahku akan membawakan barang – barangmu kemari”
Sepertinya tidak ada
pilihan jika aku menolak. Dia terlihat begitu menyanyangi putrinya ia berani
memutuskan dengan cepat. “Kajja, kita menikah” Kyuhyun merasa lega
mendengarnya.
Suara ketukan
terdengar dari luar, “Masuk” seru Kyuhyun. Seorang pelayan rumahnya masuk,
“Mianhae tuan. Nona muda terbangun dan lansung menangis mencari eommanya”
“Ye” entah kenapa aku
lansung berlari meninggalkan Kyuhyun dan pelayan yang masih berada di ruangan
itu.
“Eomma” Michan
lansung memeluk, ia benar – benar menangis terlihat airmatanya yang membasahi
pipi chubbynya.
“Michan tidak boleh
menangis” ujarku sambil mengusap air matanya. Wajah cemberut terlihat
menggemaskan, “Eomma jangan pergi” pintanya. Aku mengangguk, “Eomma tidak akan
meninggalkan Michan. Kajja tidur lagi” Dengar bukan? Aku bahkan memanggil
diriku sendiri dengan sebutan Eomma.
Aku ikut berbaring di
samping Michan, ia lansung memelukku erat seperti tidak mengizinkan aku pergi. Di
luar kamar Kyuhyun memperhatikan apa yang terjadi. Ibu Kyuhyun tersenyum sambil
mengelus pundak Kyuhyun.
Istri Kyuhyun sudah
meninggal enam bulan yang lalu karena penyakit kanker yang ia derita. Kyuhyun
mencoba mengatakan pada Michan, ia mengerti namun karna usianya masih kecil
kadang ia juga kembali bertanya.
Ia begitu mencintai
istrinya meskipun sudah meninggal. Ia pernah berpikir untuk tidak menikah lagi
namun Ibunya menasehatinya bagaimana pun Michan masih kecil dan butuh kasih
sayang dari seorang ibu. Ia harus menikah lagi.
Aku memandang kamar
yang akan menjadi kamarku, Kyuhyun berkata ini kamar sementara aku akan pindah
ke kamarnya setelah kami resmi menjadi suami istri. Kamar ini begitu besar dan
lengkap.
Aku membersihkan diri
dan berganti pakaian. Ibu Kyuhyun ingin berbicara denganku. Aku baru sadar jika
ada Ibu Kyuhyun di rumah ini.
Ibu Kyuhyun memiliki
sifat hangat yang bisa dirasakan jika berada di dekatnya. Ternyata Kyuhyun
masih memiliki kakak perempuan tapi ia tidak di Korea melainkan di Amerika. Ia
pindah setelah menikah. Ayah Kyuhyun meninggal satu tahun lalu karna penyakit
jantungnya dan istrinya meninggal 6 bulan yang lalu. Jarak mereka begitu dekat,
pasti Kyuhyun begitu terpukul.
***
Aku kembali mengajar
hari ini berangkat bersama Michan dan diantar oleh Kyuhyun. Laki – laki itu
masih terlihat kaku bersamaku. Aku tahu ia sangat mencintai istrinya. Semalam
aku tidak sengaja melihatnya memandangi bingkai foto istrinya.
“Kajja, Michan” kami
masuk bersama.
Author
Pov
Kyuhyun terdiam kursi
besar kerjanya, entah kenapa ia terbayang melihat bagaimana wajah Aira ketika
tersenyum bersama anaknya kemarin.
Ada perasaan aneh
menyelinap di hatinya. Ia tidak pernah seperti ini meskipun sering melihat
wanita yang tersenyum padanya. Apa mungkin karna Michan? Putri kesayangannya
itu begitu menyayangi Aira.
“Sajangnim” Kyuhyun
terkejut melihat sekretarisnya Henri sudah berada di hadapannya. “Maaf, saya
masuk karna tidak ada jawaban beberapa kali aku mengetuknya” ia mencoba
menjelaskan kenapa ia berdiri di hadapan Kyuhyun secara tiba – tiba.
“Eo, gwaechana” Henri
memberikan beberapa berkas pada Kyuhyun yang harus periksa dan tandatangan lalu
pamit pergi.
No comments:
Post a Comment