Wednesday, 20 May 2015

[One shot] Who am I? Who My Family?





Author : Yunita  {@dedee_yunita}

Cast :
  • Cho Kyuhyun (SJ)
  • Choi Aira (OC)
Genre : Romance, Friendship, Sad, Perjodohan dan Cinta Abadi

Rating : PG 16

Coment Juseyo  untuk menghargai FF gaje ku ini.. happy reading :)


Bukankah orang tua selalu menginginkan seorang anak dalam kehidupan rumah tangga. Tapi, kenapa tidak dengan kedua orang tuaku. Mereka membuangku dan menaruhku di panti asuhan. Apakah mereka pantas disebut orang tua?

Tuhan, aku berjanji akan menerima mereka kembali jika alasan yang mereka berikan padaku, bisa aku terima. Meskipun aku kecewa dengan mereka tapi disisi lain aku juga ingin hidup bersama keluarga kandungku.


-o0o-
Seorang Halmeoni keluar dari kamarnya, ia tersenyum melihat seorang yeoja yang kini terlihat serius mengerjakan tugas sekolahnya. “Kau, sudah minum susu” tanyanya lembut, tangannya mengusap halus puncak kepalanya.

Yeoja itu tersenyum melihat kehadiran Halmeoni yang kini duduk di hadapannya. “Setelah ini aku akan meminumnya” jawabnya kemudian.

“Heii, kau selalu menyuruh semua adikmu minum susu tepat waktu. Tapi, kenapa kau sendiri yang malah melanggarnya”

Yeoja itu terhenyak sejenak, “Araseo, Halmeoni aku akan membuatnya sekarang” tangan Halmeoni menahan yeoja itu ketika ia ingin beranjak dari kursinya.

Yeoja memandang wajah Halmeoni, “Wae” lirihnya.
“Lanjutkan saja belajarmu, eo. Biar, Halmeoni yang membuatkannya untukmu” Yeoja itu ingin sekali menahan Halmeoni tapi Halmeoninya lebih dulu beranjak ke dapur.

“Halmeoni, gomawo” serunya. Halmeoni tersenyum kecil lalu menganggukkan kepala.

Halmeoni memandang cucunya yang sudah kembali melanjutkan kegiatannya. Yeoja itu bernama Choi Aira, yeoja yang dulu ditinggalkan di depan pintu asuhannya kini menjadi yeoja yang sempurna, ia tumbuh menjadi yeoja yang cantik, pintar dan baik hati.

“Minumlah” Aira tersenyum kecil lalu meminum susu buatan Halmeoninya.

Halmeoni kembali tersenyum. Semenjak Aira hadir ia merasa hidupnya kembali berwarna setelah suami dan anaknya meninggal 25 tahun yang lalu karena kecelakaan mobil. Ia juga tidak mengizinkan orang tua asuh untuk mengadopsinya karena ia ingin bersamanya hingga sebesar sekarang.

Aira Pov
Seperti biasanya setiap pagi aku membantu adik-adikku untuk bersiap-siap ke sekolah. “Yeppo” aku  mengusap-usap pipi yeoja kecil bernama Choi Shin Hyun, yeoja kecil itu meringis.

Aku tersenyum melihatnya, tapi terkadang aku merasa sedih karena ia bernasib sama denganku. Aku kira akulah anak terakhir yang dibuang orang tuanya di panti asuhan tapi ternyata tidak. Panti asuhan kami sekarang memiliki 25 anak. 2 orang duduk bangku kuliah, 2 ruang duduk dibangku sekolah menegah pertama, 10 orang duduk dibangku sekolah dasar, 6 duduk dibangku taman kanak-kanak dan 5 lagi masih balita.

“Nona, apa aku sudah tampan?” tanya seorang namja sambil memperlihatkan penampilannya di hadapanku. Aku melisik penampilannya dari atas hingga bawah, lalu menaruh jari telunjukku seperti sedang berpikir. “eotte?” tanya namja itu lagi.

Aku tersenyum kecil, ku rapihkan kerah kemeja yang ia pakai. Namja itu hanya terdiam melihat apa yang dilakukan oleh Aira “Minho ah, pakaian apapun yang kau kenakan. Kau akan tetap terlihat tampan di mataku”

Minho mengaruk tengkunya yang tidak gatal, ia sedikit salah tingkah mendengar pujian itu. Ia yakin, wajahnya sedikit memerah karena itu.

“Aku harus menyuruh adik-adik masuk ke mobil” Aku tersenyum kecil melihat sikap Minho.

Aku tidak pernah takut jika Minho mencintaiku, karena sejak awal aku sudah mengatakan padanya jika aku adalah kakaknya dan dia adalah adikku. Seorang adik tidak boleh mencintai kakaknya maupun sebaliknya.

Aku dan Minho juga memiliki sifat yang sama entah dari cara makan, makan favorite, hingga hobby.

“Belajar yang pintar, eo. Figthing” aku memberikan semangat kepada adik-adikku yang bersekolah di taman kanak-kanak.

“Figthing” ucap mereka serempak. Seorang sem yeoja mengajak mereka untuk masuk ke sekolah. Aku melambaikan tanganku kepada mereka, ketika mereka menoleh kembali ke arahku.

Aku menghela nafas lega, aku bersyukur karena mereka tidak hidup di tempat yang salah, karena Halmeoni mewajibkan mereka untuk sekolah.

Aku kembali ke mobil, di luar sudah menunggu Minho yang berdiri di samping mobil. “Nona, tuan kami pamit pulang” para pekerja di panti asuhan pamit pulang kepada aku dan Minho.

“Nde, hati-hati” pesanku, sedangkan Minho hanya menganggukkan kepala saja.

“Nde” aku melambaikan tanganku ketika mobil mereka mulai berjalan menjauh.
“Kau tidak pernah berubah” celetukku pada Minho, lalu berjalan lebih dulu meninggalkannya yang masih terdiam mungkin karena celetukkanku yang tiba-tiba.

“Nona” Minho mengejar Aira yang berjalan meninggalkannya, berjalan sejajarnya dengannya. “Araseo, besok aku akan mengatakan hati-hati di jalan” Aku melirik sekilas ke arah Minho, ia memasang wajah memohon.

“Janji?” tanyaku, sambil memberikan jari kelilingku padanya.

“Janji” Minho mengaitkan jari kelilingnya ke jari kelilingku. Aku tersenyum kecil, Minho yang melihat senyum  itu lansung merangkul Aira. “Kajja, kita harus berangkat” aku tersenyum simpul mendengarnya.

Aku dan Minho berkuliah di universitas yang berbeda meskipun dengan jurusan yang sama. “Jangan pulang terlambat, eo” pesanku pada Minho sebelum ia turun dari bus yang membawa kami ke kampus kami masing-masing.

Minho memberikan symbol oke dengan tangan kanannya, aku mendengus kecil melihat itu. Ia sering kali menggunakan itu sebagai jawaban dari pesan, pertanyaan, bahkan nasihat dariku.

Bus kembali berhenti di kampus, Seungri Unviversity kampus yang sudah 4 tahun aku datangi untuk menuntut ilmu.

Flash Back

Aku berjalan menuju sekolah baruku, dan aku harus kembali beradabtasi dengan sekolah baru. Aku tersenyum senang melihat teman baruku yang sangat banyak, tapi di dalam hati aku juga sedih apakah mereka akan menerima aku.

“Ah, sekarang giliran kamu yeoja cantik” Yeoja sem menyuruhku untuk maju ke depan kelas untuk memperkenalkan diriku.

Semua mata memandang ke arahku, “Nan, Aira Imnida. Choi Aira Imnida. Aku hanya memiliki seorang Halmeoni yang sangat aku sayangi dan sangat aku cintai. Karena, aku tidak memiliki seorang ibu dan Ayah” baik Sem maupun murid-murid mulai memandang satu sama lain.

Aku tersenyum kecil, “Aku yakin kalian pasti bingung, jika aku tidak memiliki orang tua kenapa aku bisa lahir. Yah, kalian benar aku adalah anak yang dibuang di panti asuhan” semua pun tercengang mendengarnya.

“Aira” lirih Sem, aku memandang sem sambil tersenyum. “Gwaechana, sem” balasku. Aku kembali memandang teman-teman baru.

“Aku mengatakan ini dari awal agar kalian tidak terkejut nantinya tentang latar belakangku. Setelah ini pun, aku tidak peduli jika kalian tidak mau berteman denganku. Karena, aku bersekolah dengan 3 tujuan, agar aku pintar, agar aku bisa membahagiakan Halmeoniku dan agar aku bisa menemukan kedua orang tuaku” jelasku, lalu membungkukkan badan mengakhiri perkenalan diriku.

Pok, pok. Sayup-sayup aku dengar tepuk tangan, aku menegakkan kembali tubuhku. Pertama hanya beberapa temanku yang bertepuk setelah itu semua teman-temanku bertepuk tangan termasuk sem baruku. Aku memandang terharu ke arah mereka, “Gomawo” aku kembali membungkukkan badan.

Flash Back End

Aku selalu tersenyum jika aku mengenang itu, hingga saat ini aku selalu melakukan itu jika aku masuk ke sekolah baru bahkan aku menerapkan itu kepada semua adik-adikku, aku takut mereka memiliki tekanan batin karena status mereka.

“Yak, kau selalu saja melamun kajja kita masuk” Seorang yeoja imut merangkul dan mengajakku masuk. Shin Naya dialah sahabatku, sejak kami bertemu di sekolah menengah pertama ia menjadi seseorang yang sangat dekat denganku. “Aku, kagum padamu” itulah kalimat yang selalu ia katakan padaku.

-o0o-

Sebelum kembali ke rumah, aku menyempatkan diri ke toko buku, ada satu buku mengenai bisnis yang ingin aku beli, aku harap aku bisa menemukannya disini.

Aku membaca judul di setiap rak buku. “Itu, dia” aku menemukan buku yang aku cari. Ketika aku ingin mengambil buku itu, ternyata ada tangan lain yang ingin mengambilnya pula. Tangan kami pun tidak sengaja bersentuhan, kami pun saling memandang satu sama lain.

“Eo, mian” aku tersadar, aku terlalu terlama terdiam karena memandang. Orangnya yang ingin mengambil buku itu ternyata seorang namja, ia juga baru tersadar ketika aku menarik tanganku.

Ia mengaruk tengkunya yang ku rasa tidak gatal, “Seharusnya, aku yang mengatakan mianhae”

Aku meliriknya sekilas, “Gwaechana, sebaiknya kau saja yang mengambil buku ini” aku menyerahkan buku tersebut, kebetulan buku hanya tersisa satu.

“Aniya, untukmu saja”

Kami pun terlibat pembicaraan yang lama bukan pembicaran yang penting hanya saja kami masih bersikeras untuk memberikan buku tersebut pada orang sebaliknya.

“Maaf, Nona dan tuan bisakah kalian mengecilkan suara kalian. Karena suara kalian menganggangu pengunjung yang lain” aku dan namja itu seketika terdiam ketika seorang yeoja pekerja toko buku tersebut menegur kami.

Aku dan namja itu pun mengedarkan pandangan kami, benar beberapa mata memandang ke arah kami. “Nde, Cheoseongimnida” balasku kemudian. Yeoja pekerja itu pun pergi.

Aku menghela nafas lega lalu melirik ke arah namja itu, “Araseo, aku akan mengambilnya” ku ambil buku itu. Namja itu menganggukkan kepala pelan. Ketika aku ingin pergi, tangannya menahan lenganku.

“Bolehkah, aku tahu namamu?” tanyanya ketika aku memandangnya. Aku tersenyum, “Aira imnida” namja itu pun melepaskan tangannya, ia merasa tersihir melihat senyum itu.

“Aku permisi” aku pamit pergi.

Malamnya, entah kenapa tidak bisa tidur, wajah namja itu terbayang dibenakku. Bukankah ini aneh? Aku baru saja bertemu dengannya, tapi kenapa aku lansung memikirkannya? Apa aku jatuh cinta pada pandang pertama?

--
“Yak, Minho kau masih tidak mau memaafkan aku” aku bertanya untuk sekian kalinya pada Minho tapi ia masih bungkam. Ia marah padaku karena aku kembali ketika ia sudah pulang. “Nona, menyuruhku agar tidak pulang telat tapi kenapa Nona sendiri yang pulang terlambat” omelnya padaku. Alasan aku membeli buku tidak terima olehnya, karena ia mengatakan aku bisa menyuruhnya untuk membeli buku tersebut.

“Halmeoni” rajukku. Halmeoni menepuk pundakku pelan, “tenang saja sebentar lagi dia juga akan memaafkanmu. Dia juga seperti ini karena mengkhawatirkanmu” bijak Halmeoni. Jika, Halmeoni sudah  berbicara aku hanya bisa mengikutinya.

Suasana di mobil terasa hening, biasanya Aira dan Minho akan meramaikan suasana. Para pekerja panti pun juga merasa aneh. Shin Hyun memandang pengasuhnya, bertanya melalui pandangan. Pengasuhnya mengeleng pelan, lalu mengusap lembut kepala Shin Hyun berharap rasa penasaran yeoja kecil itu menghilang.

“Yak, kalian sedang bertengkar, eo” celetuk Ji Hyun, adikku yang bersekolah dibangku SMA. “Nde, benar” sahut Jin Yan, adikku yang beda satu tahun dengan Ji Hyun. Keduanya memandang selidik aku dan Minho.

“Ani” pendekku.

“Kojitmal” gerutu Ji Hyun. Aku memang tidak pandai berbohong.

Hingga tinggal kami berdua, Minho masih saja bungkam. Minho masuk bus terlebih dahulu sebelum aku, aku mengikutinya dari belakang. “Anja” titahnya, agar aku duduk di kursi bus yang kosong. Aku mengangguk pelan, semarah-marah Minho padaku dialah tetap Minho adikku.

Bus berhenti di depan kampus Minho, biasanya aku akan mengatakan pesan yang biasa aku katakan tapi aku tidak berani mengatakannya. “Jangan terlambat pulang,eo” ucap Minho sembari keluar dari bus. Aku tercengang mendengarnya, “Nde” seruku cepat. Senyum terbit di sudut bibir Minho ketika mendengar seruan itu, ia pun melangkah masuk ke dalam kampusnya.
Aku berniat untuk pulang bersama Minho hari ini, aku ingin ia memaafkan aku. Aku yakin ia akan luluh karena kehadiranku.

Bus pun berhenti di kampus Minho, aku mengusap-usap tanganku karena kedinginan, hari ini aku lupa mengenakan jaket. Ku lirik jam tanganku, “10 menit lagi” aku melangkah mendekat ke arah gerbang.

Security yang kebetulan bertugas menghampiri Aira, “Agasshi, ada yang perlu ku bantu?” tanyanya, ia prihatin melihat Aira yang terlihat kedinginan.

“Ah, gamsahmnida ajusshi. Aku hanya menunggu adikku”

“Jika, ada sesuatu kau bisa menemuiku di pos” ia menunjuk pos dengan tangan kanannya. “Nde” Ajusshi itu mengangguk sekilas lalu kembali ke pos.

Aku menghela nafas kecil, mendengar bunyi bel. Aku  menempatkan diriku untuk lebih dekat dengan gerbang.

Yak, Minho kau masih marah padaku” Minho tersenyum setiap kali kalimat itu terngiang di kepalanya. “Yak-yak. Lihat-lihat siapa yeoja di dekat gerbang itu. Cantik sekali, aku tidak pernah melihat sebelumnya” Minho tidak memperdulikan ucapan teman-temannya. Di otak mereka hanya ada yeoja cantik dan seksi.

“Yak, Minho ya. Lihat yeoja cantik itu” Taemin menepuk pundak Minho membuat Minho memandang ke arah yeoja yang dimaksud Taemin. Seketika matanya lansung membulat melihat yeoja yang dimaksud Taemin.

“Haishh, apa yang dipikirkan yeoja itu” Minho berlari begitu saja meninggalkan teman-temannya. Ia lansung menghampiri Aira. “Mwoya, Minho ternyata mengenalnya” lirih Taemin.

“Yak, apa kau lakukan disini, eo?” omelnya padaku. Semua murid mulai memperhatikan keduanya.

Aku tersenyum kecil, “meminta permohonan maaf pada adikku” jawabku asal. “Kau ini” dengus Minho. Ia melepaskan jaket yang ia kenakan, lalu mengenakannya padaku, “Jika dengan cara seperti ini lagi, jinjja aku tidak pernah memaafkanmu”

“Ara” Minho melirik sekilas ke arahku. Ia mengusap-usap kedua tanganku bersamaan lalu menepelkannya pada pipinya. “Lihat, kau kedinginan bagaimana jika kau sakit” Minho kembali mengomel.

“Kau, akan merawatku hingga aku sembuh” ucapku diakhiri senyuman kecil. Minho memberikan tatapan tajam, “araseo, aku tidak akan melakukannya lagi” Minho menghela nafas lega.

“Siapa yang bersama dengan Minho?” tanya Sungmin pada Kyuhyun. Kyuhyun sendiri hanya terdiam sambil memandang yeoja yang bersama Minho. “Bukankah dia yeoja itu?” batinnya. “Yak, Kyuhyun ah, kau tidak mendengarkan aku, eo” omelan Sungmin menyadarkan Kyuhyun. Kyuhyun mengangkat bahunya santai lalu berjalan lebih dulu.

“Kajja, kita pulang” Minho merangkulku, kami pun pulang bersama.

--
Hari Minggu, dimana hari aku akan mengajak adik-adikku yang masih balita untuk jalan-jalan di taman bersama dengan pekerja pengasuh lainnya. Aku ingin mereka tahu dunia luar sehingga ketika dia dewasa merasa cangung lagi.

“Ji Woon ah, apa kau senang?” tanyaku pada Ji Woon, adikku. Ia memang belum bisa berkata tapi ia bisa menjawab dengan senyuman yang ia berikan padaku.

“Yah, aku juga senang” aku mengajak Ji Woon untuk mendekati balita seumurannya. Ia menepuk-nepukkan tangannya pada tanganku.

Kyuhyun menghentikan mobilnya ketika melihat yeoja yang ia kenal. Ia tidak sengaja melewati taman. Ia pun memarkirkan mobilnya, lalu berjalan mendekati Aira.

“Aira ssi” aku menoleh ketika seseorang memanggil namaku. “Eo, kau” aku sedikit kejut melihat namja yang di toko buku beberapa hari lalu kini berdiri di hadapanku.

“Bisakah, kita bicara” aku terdiam sejenak. “Eo, nde” aku mengiayakan tawarannya.

“Bolehkah, aku menggendongnya?” tawarnya. Dengan sedikit kikuk aku memberikan Ji Woon pada namja itu. “Gwaechana, nona disini eo” aku berbicara pada Ji Woon ketika melihat mimicnya yang aneh, mungkin ia tidak terbiasa merada dalam gendongan orang lain. Namja itu memperhatikan Aira yang seolah-seolah dengan bicara dengan balita tersebut.

“Siapa namanya?” tanyanya.

“Choi Ji Woon” jawabku lalu memandangnya. Ia mengangguk pelan, ia menggendong Ji Woon agar ia menghadap ke arahnya. “Hai, Choi Ji Woon. Aku Cho Kyuhyun” aku terdiam melihat sikapnya, apalagi aku baru tahu nama namja itu.

Ji Woon tersenyum kecil, “sepertinya, dia menyukaimu”

“Benarkah?” tanya Kyuhyun tidak percaya, aku mengangguk cepat. “Syukurlah” ada nada lega dalam ucapan Kyuhyun tapi aku tidak ingin mengartikannya apa-apa.

“Apa yang ingin kau bicarakan?” Kyuhyun menghentikan langkahnya ketika kami kembali berjalan. “Eo, geuge” Kyuhyun bingung untuk mengatakannya darimana.

Ia berdiri di hadapanku, “Kau percaya dengan cinta pandangan pertama” Kyuhyun memulai bicaraannya. Aku yang mendengarnya sedikit terkejut, apalagi qaku baru saja merasakan itu.

“Hem, aku percaya” kataku kemudian.

“Itulah, yang aku rasakan ketika melihatmu di toko buku 2 hari lalu” aku lansung membulatkan kedua bola mataku. “Kyuhyun sii” lirihku.

“Kau mungkin menganggapku namja yang tidak waras tapi aku bukan namja yang pintar berbohong tentang perasaanku sendiri” aku masih terdiam.

“Ah, kau pasti juga tidak percaya jika aku namja yang tidak pandai berhohong” gusarnya sendiri.

Aku tersernyum simpul melihatnya yang sedikit gusar membuatku percaya dengan apa yang ia katakan. “Ara, nan mideo” Kyuhyun tercengang mendengar perkataan Aira.

“Aku percaya padamu” ulangku. Kyuhyun tersenyum lega, “Karena itu, izinkan aku mendekatimu, eo” kini giliran aku yang tercengang karena ucapannya. Melihat keterkejutan di wajah Aira membuat Kyuhyun sedikit sedih, ia yakin jika penolakan adalah jawabannya.

“Aku… aku” aku tergagap menjawabnya. “Aku bukan yeoja yang sempurna Kyuhyun ssi. Aku bukan yeoja yang pantas kau dekati” lanjutku kemudian, ada rasa sedih mengatakan hal itu pada Kyuhyun.

Kyuhyun menangkap rasa sedih di wajah Aira, “Bolehkah aku tahu apa maksudmu kau tidak sempurna?” sebenarnya Kyuhyun tahu maksud ucapan Aira tapi ia ingin Aira mengatakannya lansung padanya. Entah kenapa ia yakin jika Aira berbeda dengan yeoja yang pernah ia kenal.

Aku tersenyum tipis, “Aku tidak memiliki orang tua dan aku adalah anak yang dibuang di panti asuhan” ungkapku.

Aku kira Kyuhyun akan terkejut mendengar ungkapanku tapi ternyata tidak mimic wajahnya masih sama. “Aku tidak pernah mempedulikan status ketika aku mencintai seseorang”

“Kyuhyun ssi” lirihku.

“Yang aku inginkan, izinkan aku untuk mendekatimu, eo” pintanya tulus. Melihat manik matanya yang jelas memperlihatkan ketulusan membuatku ingin menangis. Aku menundukkan kepala lalu detik kemudian menganggukkan kepalaku.

Kyuhyun yang melihat anggukan kepala Aira seketika merasa senang. “Aku mengizinkanmu” ucapku.

“Ji Woon ah, kau dengar Noonamu mengizinkan aku mendekatinya” Ji Woon menanggapinya dengan tertawa kecil, sedangkan aku yang melihatnya hanya tersenyum, senyum bahagia.

“Nona muda” aku pun menoleh karena sebuah panggilan. Aku lihat pekerja pengasuh yang lain sudah kembali, mereka memandangku dengan pandangan yang tidak bisa ku mengerti.

“Mianhae, Kyuhyun ssi aku harus pergi” Kyuhyun memberikan kembali Ji Woon. Kyuhyun menahan tanganku ketika aku ingin pergi, “Bisakah aku meminta nomor ponselmu?” Kyuhyun dengan cepat mengeluarkan ponselnya. Aku sedikit bimbang, aku melirik sekilas pengasuh lainnya mereka masih memandang ke arahku.

Aku mengambil ponsel Kyuhyun dengan cepat mengetik nomor ponselku. “Minhae, aku harus pergi” pamitku setelah mengembalikan ponselnya.

“Nde”

Kyuhyun memperhatikan Aira yang masuk ke dalam sebuah mobil bersama dengan pengasuh yang lain. Ia menggenggam ponselnya erat menangkupnya dengan kedua tangannya, ia merasa senang sekali bisa mendapatkan nomor ponsel Aira.

Apa aku benar-benar gila? Yah, sepertinya aku benar-benar gila. Sejak terakhir bertemu dengan Kyuhyun aku selalu berharap ia menghubungiku karena aku memberikan nomor ponselku padanya tapi nihil hingga langit berubah malam ia sama sekali tidak menghubungiku.
Dengan perlahan Halmeoni membuka pintu kamar cucunya, ia tersenyum melihat Aira masih siaga di atas ranjang yang seharusnya ia harus sudah tidur karena besok ia harus kembali kuliah.

Aku terkejut ketika Halmeoni tiba-tiba saja duduk di atas ranjangku. “Apa yang membuatmu belum tidur?” tanyanya lembut. Aku bingung menjawabnya, “Aku tidak bisa tidur Halmeoni, karena itu aku sedang menghitung domba” jawabku asal.

“Kau mau aku bacakan dongeng untukmu” tawarnya.

“Ani, Halmeoni. Lebih baik Halmeoni tidur eo, aku janji sebentar lagi aku akan tidur” Halmeoni masih terdiam sambil memandangku. “Hoam, aku seperti mengangguk” aku berpura-pura mengucap agar Halmeoni percaya.

Halmeoni tersenyum, “Araseo, aku kembali ke kamar” Aku menganguk pelan. “Jangan tidur malam-malam” pesannya, aku mengangguk sebelum ia menutup pintu kamarku.

“Ini, semua gara-gara Cho Kyuhyun” umpatku dalam hati, aku merebahkan tubuhku menarik selimut hingga menutupi hingga dadaku.

Aku mulai memejamkan mataku. Tring. Aku membuka mataku cepat. “Apa itu dia?” tanyaku sendiri. Aku lansung bergegas membuka pesan  yang masuk.

“Hei, Aira. Akh, mianhe jika aku baru mengirim pesan padamu. Aku bukan namja yang pandai merangkai kata-kata. Aku sudah puluhan bahkan ratusan kali mengetik pesan tapi kemudian aku kembali menghapusnya. Aku juga bingung bagaimana awalan mengirimkanmu pesan. Apakah, aku harus bertanya “Apa yang sedang kau lakukan?”, atau “Apa kau sudah makan?”. Ah, aku bukan namja yang seperti itu. Aku hanya ingin bertanya, “Apa kau menunggu pesan dariku?” atau “Apa kau masih terjaga karenaku?”. Memang terdengar percaya diri sekali, tapi itu adalah pertanyaan yang ingin ku tanyakan padamu” -  Cho Kyuhyun

“Myoya kenapa dia bisa tahu” tanyaku dalam hati.

“Jika jawaban jujur, aku akan menjawab ya untuk kedua pertanyaan” aku menimbang sejenak jawaban pesan untuk Kyuhyun. “Ani-ani, bukannya terlihat jika aku juga mencintainya” aku berniat menghapus isi balasan pesan tapi aku tidak sengaja malah menyentuh tombol send.

“Massage sending” aku melongo melihat tulisan di layar ponselku. “Aira, bagaimana kau bisa sebodoh ini” lirihku.

Kyuhyun Pov

Jika ada yang memperhatikanku mungkin mereka akan mengatakan jika aku seperti sterika yang bolak balik. Tapi, sayangnya tidak ada yang bisa memperhatikanku karena aku berada di kamarku dan mengunci kamarku erat-erat.
Aku sedang bingung untuk mengirimkan pesan pada Aira. Puluhan kali bahkan ratusan kali  aku mengetik pesan tapi berikutnya aku kembali menghapusnya. Untuk pertama kali aku merasakan perasaan seperti ini.

Kalian tidak percaya? Pasti kalian tahu siapa aku, bukan? Mwo, salah satu member Super Junior?? Kalian salah. Aku adalah penerus Cho Group, perusahan yang bisa dibilang memiliki segalanya. Mulai dari Departement Store, Auto mobiles, Teater Movie, dan Bangunan Apartement.

Lahir dari keluarga kaya tidak membuatku mudah tertarik oleh seorang yeoja apalagi menurutku mereka mendekatiku karena mereka ingin menyandang status marga Cho di depan namanya.

Aku bukan namja yang mudah merangkai kata-kata. Tapi, aku yakin aku adalah namja yang akan mencintai yeoja dengan cinta di seluruh hidupku.

Dengan harap-harap cemas aku menunggu balasan pesanku untuk Aira.

Tring, dengan cepat aku lansung membuka pesan  baru saja masuk. Sedetik kemudian mataku membulat sempurna, “Jika jawaban jujur, aku akan menjawab ya untuk kedua pertanyaan

“Kau membacanya Cho Kyuhyun, dia menunggu. Yah dia menunggumu” aku berucap sendiri seolah memberikan semangat kepada diriku. Setidaknya aku masih memiliki harapan untuk mendapatkannya.
--
Tidak biasanya aku merasa jika diriku terlihat lebih baik, senyum tidak pernah lepas dari wajahku. “Yak, Cho Kyuhyun apa kau sakit?” Ahra, kakak kandung Kyuhyun menaruh telapak tangannya tepat di dahi adiknya itu.

“Ani” pendekku. Ahra memandang tak percaya, ia melepaskan tautan tangannya pada adiknya. “Kau membuatku takut” sindir Ahra.

Eomma yang melihat itu hanya bisa mendengus kecil, Ahra memang terkadang asal ceplos mengenai adiknya. “Kyuhyun ah, kau sedang jatuh cinta eo?” pertanyaan eomma yang tiba-tiba membuatku tersendak, buru-buru aku meminum segelas air putih di hadapanku.
“Ah, sepertinya benar” aku melirik eomma yang tersenyum tipis.

“Jinjja, kau sedang jatuh cinta? Dengan siapa?” Kini Ahra Nona yang bertanya. “Tentunya dengan seorang yeoja” Jawabku lalu kembali melanjutkan memakan sarapanku. “Huuuu” Eomma dan Ahra mengucapkan dengan serempak, sedangkan Appa hanya tersenyum.

“Sepertinya, dia yeoja yang luar biasa bisa menaklukan pangeran iblis sepertimu” aku mendelik tajam ke arah Nona, ia memang sering menghinaku sebagai pangeran iblis.

“Aku bukan pangeran Iblis” Protesku.

Ahra terlihat biasa saja menggapinya, “Jadi, kau cocok disebut pangeran apa?” tanyanya lalu menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya. Hinaan itu memang sudah melekat padaku  ketika aku duduk di sekolah menengah atas hingga kini aku duduk dibangku kuliah.

“Dwaesseo” Ahra terkekeh kecil, adiknya itu memang tidak bisa menjawab jika ia mengajukan pertanyaan itu tapi seharusnya ia bisa menjawab aku adalah “pangeran untuk keluargaku”, Kyuhyun memang terlihat Iblis dari luar tapi ia kau tahu sifat aslinya ia seperti malaikat.

“Minho ah, siapa yeoja yang kemarin datang ke kampus kita” aku tidak sengaja mendengar pembicaraan Minho dengan teman-temannya.

“Yak, kenapa kalian sangat ingin tahu tentang itu” omel Minho, sepertinya ia tidak suka jika seseorang bertanya tentang Aira.

“Aniya, kami hanya bertanya saja. Jika kau tidak ingin memberitahukan pada kami, tidak apa-apa” Onew teman Minho yang duduk di samping Minho sangat terkejut melihat Minho yang mengomel seperti tadi. Tidak biasanya Minho semarah itu, ia terlalu sensitive jika ditanyai mengenai yeoja itu.

Minho melihat wajah ketakutan sahabatnya itu merasa bersalah, ia tidak bermaksud mengomel pada mereka ia hanya tidak ingin mereka bertanya tentang Aira Nona.

“Dia, nonaku” bukan hanya teman-teman Minho yang terkejut disisi lain aku terdiam mendengarnya, aku sudah yakin jika itu adalah nonanya karena aku tidak terkejut ketika ia mengatakan jika Aira tidak memiliki orang tua dan dibuang di panti asuhan.

---
Halmeoni memandangi cucunya yang beberapa hari ini terlihat aneh, ia sering terlihat tersenyum sendiri. “Myoya, apa yang terjadi dengan cucuku?” tanyanya lirih, ia masih memperhatikan Aira yang berkutat dengan notebooknya tapi sesekali ia tersenyum tanpa alasan.

“Mungkin karena seorang namja” Halmeoni lansung menoleh ketika seseorang menjawab pertanyaannya. Ajuhma Han yang merupakan pengasuh senior disini berdiri di sampingnya sambil ikut memperhatikan Aira. “Apa maksudmu dengan namja?” Halmeoni tidak mengerti.

“Menurut pengasuh yang lain, Aira terlihat bersama dengan seorang namja ketika mereka jalan-jalan di taman. Menurut mereka pula, namja bersama Aira memiliki wajah yang sangat tampan” Halmeoni terdiam mendengar penjelasan Ajuhma Han.

“Cucuku sudah tumbuh dewasa”

Apa yang hatiku katakan dan rasakan memang benar. Bersamanya 3 bulan ini membuatku bertambah mencintainya. Dia yeoja yang pintar, baik hati dan tentu saja memiliki wajah yang cantik.

Aku terkadang berharap waktu berhenti ketika aku sedang bersamanya. Aira memandang Kyuhyun yang terlihat sedang melamun, ia mengoyangkan tangannya di hadapan Kyuhyun tapi ia merespon. “Oppa, kau melamun?” Aira menempelkan telapak tangannya di pipiku membuatku tersadar.

“Ah, minhae” sesalku. Aira tersenyum kecil, disaat ia ingin melepaskan tangannya dari pipiku disaat itu pula aku menahan tangannya. Aira terdiam sambil memandangku, begitupula sebaliknya. Ia masih memandangku ketika aku mendekatkan wajahku, entah apa yang membuatku berani melakukan itu. Aira menutup matanya ketika bibir Kyuhyun mendarat di atas bibirnya. Kyuhyun melumat bibir tipisnya, dan ia sadar jika ia membalas ciuman Kyuhyun. Ia bahkan tidak tahu sejak kapan kedua tangannya sudah melingkar masih di leher Kyuhyun, dan tangan Kyuhyun yang melingkar dipingangnya.

Keduanya bahkan melupakan jika kini mereka berada di restoran umum. Untung saja tidak ada yang memperhatikan kegiatan mereka karena meja keduanya yang terletak panggil pojok dan terhalang tiang tembok.

Aira membuka matanya meskipun ia masih merasakan jika Kyuhyun masih mencium bibirnya. Aku merasa jika Aira tidak membalas lagi ciuman yang aku berikan, karena itu aku membuka matanya. Betapa malunya aku, ketika aku melihatnya yang sedang memandangku. Apa ia sedang melihat mimic wajahku ketika menciumnya tadi?

Ku rasakan pipiku memerah seketika, lalu ia menyatukan dahinya dengan dahiku membuatku bisa mendengarkan deru nafasnya yang sedikit teratur.

“Hei, kau mencuri ciuman pertamaku” lirihnya tapi bisa membuatku terkejut. Myoya, jadi aku orang pertama untuknya?

Aku tersenyum tipis, “Nado, kau juga mendapatkan ciuman pertama dariku” Mimic Aira terlihat tidak percaya dengan yang ku katakan.

“Hei, aku tidak pernah berbohong apalagi padamu” Aira tersenyum tipis. Aku terkejut sejenak ketika ia mengecup bibirku, “kajja, kita pulang” ajaknya, ia tidak memandang ke arahku yang masih syock karena ulahnya.

“Iya” pendekku.

Aku beranjak bangun merapihkan tas yang aku bawa begitupula dengan Aira. “Kajja” Aira terdiam ketika aku mengulurkan tanganku padanya. “Hei, hari ini kau resmi jadi yeojachinguku” Aira mengerjap matanya cepat, tapi detik berikutnya ia menautkan tangannya pada tanganku. Ia terlihat malu-malu membuat wajahnya terlihat 2x lipat cantik.

--
Minho memandang penasaran ke setiap namja di kampusnya. Aira mengatakan jika ada seseorang yang akan menemuinya untuk meminta restu padanya tapi sedari tadi ia menunggu tidak ada orang namja yang menghampirinya hanya teman-temannya saja.

Aku menghampiri Minho yang duduk sendiri, akhirnya ia terlihat sendiri juga. “Minho” Minho menoleh ke arahku. “Hyung” balasnya padaku.

“Ada yang ingin aku bicarakan padamu” Minho mengerutkan keningnya, jarang sekali sunbaenya itu menemuinya. Mimic wajah Minho seketika berubah, “Jangan-jangan kau…” Aku lansung menganggukan kepala sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.

Minho tidak pernah berpikir jika namja itu adalah Cho Kyuhyun, namja yang sangat sempurna di kampusnya. Ia ingin sekali tidak merestui hubungan mereka, ia takut jika Kyuhyun hanya mempermainkan perasaan Aira. Tapi, melihat kesungguhan di mata Kyuhyun rasa takut itu pun hilangnya.

“Kau, harus janji padaku untuk selalu melindungi dan mencintainya eo. Jangan membuatnya menangis bahkan untuk sekali saja” tegas Minho.

“Nde, aku berjanji”

“Sudah saatnya aku membiarkan nona untuk merasakan rasa dicintai oleh namja” batin Minho.

“Aku pulang” seru Minho ketika sampai di rumahnya. “Bersihkan tubuhmu lalu makan siang, aku sudah buatkan makan siang untukmu” jawab Aira tanpa  memandang ke arah Minho. Ia sibuk mencuci piring. Minho memberikan kode padaku untuk mengatakan sesuatu.

“Aira” gerakkan membilas piring seketika terhenti ketika ia mendengar nada suara yang sangat ia kenal. Betapa terkejutnya ketika ia menoleh mendapati Kyuhyun kini berdiri di samping Minho.

Minho mendengus kecil, “Yak, Nona kenapa kau tidak mengatakan jika kau menjalin hubungan dengan Kyuhyun hyung, eo” protes Minho.

“Ah, geuge…” Aira bingung untuk menjawab apa.

“Hei, kenapa berisik sekali” Halmeonie keluar dari kamarnya, ia mengerakkan kursi rodanya mendekati ke arah Minho asal keberisikan dimulai. Halmeoni kini sudah semakin tua kondisinya juga semakin melemah karena itu ia menggunakan kursi roda.

“Halmeoni” lirih Minho. Halmeoni mengerucutkan bibirnya, Minho memang sangat berisik jika menyangkut Aira. “Eo, apakah ini namja yang selalu kau ceritakan pada Halmeoni” Halmeoni memandang ke arahku. Aku pun tersenyum lalu mencium tangannya.

“Nde, Halmeoni” Aira terdengar malu-malu menjawabnya.

“Yak, Nona kau curang. Kau menceritakan pada Halmeoni tapi tidak padaku” Minho kembali protes. “Minho ya, kecilkan suaramu. Kau bisa membangunkan adik-adikmu yang sedang tertidur” Minho lansung terdiam.

“Bagaimana, Nonamu mau menceritakannya padamu. Kau terlalu sensitive jika ada namja yang mendekati nonamu” Minho mengaruk tengku lehernya, apa yang dikatakan Halmeoninya ada benarnya. Ia sering berulah kepada teman Aira yang terlihat menyukai Aira.

“Kajja, kita makan siang bersama” ajak Halmeoni, ia menjalanlan kursi rodanya mendekati meja makan. “Anja”  ia menyuruh Minho dan Kyuhyun untuk duduk karena baik Minho dan Kyuhyun masih berdiri di tempat yang sama.

Setelah selesai makan, Halmeoni mengajakku bicara berdua. Ia menceritakan semua tentang Aira dan Minho, aku terkadang tertawa mendengar ceritanya. Aku sedikit gelisah ketika Halmeoni mulai bercerita aneh-aneh ia terdengar seperti mengucapkan wasiat dan pesan-pesan terakhir padaku.

“Kau mau berjanji padaku?” tanya Halmeoni lembut.

“Ne, aku berjanji”

Author Pov

“Haena, aku ingin menceritakan sesuatu padamu” ucap Aira ketika ia dan Haena sedang makan siang bersama di kantin. “Mwonde?” Haena memandang Aira santai.
“Aku sudah memiliki namjachingu” ucap Aira pelan. “Eo, begitu kau sudah memiliki namjachingu” Haena terlihat biasa-biasa saja.

Detik berikutnya ia terdiam lalu memandang Aira tajam, “apa yang tadi kau katakan?” tanyanya ulang. Aira menghela nafas kecil, “Aku sudah memiliki namjachingu”

Haena terlihat tidak percaya sekaligus kagum, “Daebak” pujinya kemudian. “Siapa dia?” tanyanya lagi. Aira tidak yakin mengatakannya apalagi jika ia tahu mengetahui Kyuhyun.

“Cho Kyuhyun” lirihku.

“Mwoya, Cho Kyuhyun penerus Cho group” Aira lansung menutup mulut Haena dengan tangannya, kini semua mata di kantin memandang ke arah kami mungkin mereka penasaran.

Aira melepas bungkaman tangannya, ketika Haena memberikan kode ia akan diam. Haena mengatur nafasnya yang sedikit terengah-engah, “Yak, Choi Aira kau bisa membuatku mati karena kehabisan nafas”
Aira tersenyum kecil, “ani, aku tidak mungkin melakukan itu pada sahabat baikku”. Haena tersenyum tersungging, “Araseo, sejak kapan?” tanya lagi. Aira hanya diam, “aku berjanji tidak akan seperti tadi”

“baru 6 bulan” Haena kembali terkejut, ia reflex menutup mulutnya sendiri. “Apa yang kau maksud baru, Aira. Itu sudah berjalan setengah tahun” komentar Haena.

“Ah, menurutku itu hubungan yang masih baru”

“Ah, dwaesseo. Yang terpenting, Chukhae” Haena memajukan tubuhnya dan merentang kedua tangannya untuk memberikan pelukan kepada sahabatnya itu. Aira tersenyum kecil, “Gomawo, Haena”

--
Aira dan Haena berjalan bersama di koridor kampus, “Yak, lihat namja itu” Aira memandang ke depan ketika mendengar gumaman Haena. Ia terdiam melihat namja tinggi putih, tampan dan memiliki lesung pipi berjalan dengan gagahnya. Murid-murid yang melihatnya pun bahkan lupa bagaimana cara menutup mulut mereka.
Aira terdiam bukan karena kagum melainkan ia seperti ingin berlari dan memeluknya. “Hei, kau melamun” Haena menyengol Aira membuat Aira kembali tersadar.

“Hei, ingat kau sudah punya Cho Kyuhyun, eo” ingat Haena. “Hei, aku bukan yeoja yang cepat berpindah hati pada namja” Haena tersenyum kecil, ia kembali menyengol Aira. “aku hanya mengingatkan”

Aira menanggapinya dengan senyuman kecil, namja itu sudah menghilang entah kemana. “Sepertinya, ia ke ruangan Appanya. Rasanya enak sekali bisa memiliki orang tua pemilik kampus” ucapan Haena seperti menjawab pertanyaan Aira.
“Aira, untung kau ada disini” Shindong sem datang menghampiri kami dengan beberapa berkas di tangannya. “Nde, sem”

“Tolong berikan ini kepada pemilik kampus, eo. Aku harus segera pulang karena istriku ingin melahirkan” dengan terburu-buru ia memberikan berkas tersebut pada Aira.

“Gomawo” dengan cepat Shindong berlari menuju mobilnya. “Chukhae, untuk kelahiran anakmu sem” seru Aira, entah apa Shindong mendengarnya apa tidak.

Aira menatap berkas yang kini berpindah alih ditangannya.  “Kau pulang duluan saja” ujar Aira pada Haena.

“Oke”

Sepeninggal Haena, Aira pun berjalan menuju ruang pemilik kampus. Dengan perlahan ia mengetuk pintu, setelah ada jawaban dari dalam untuknya masuk, ia dengan perlahan membuka pintu.

Baik pemilik kampus dan anaknya memandang ke arah Aira, Aira sedikit cangung dipandang seperti itu. “Saya, datang membawakan berkas dari Shindong Sem. Ia mohon maaf tidak bisa memberikannya secara lansung karena ia baru saja mendapat kabar jika istrinya akan melahirkan” jelas Aira.

“Eo, ya berkas itu. Kau bisa menaruhnya di mejaku” dengan segan, Aira berjalan menuju meja yang dimaksud dan menaruh berkas di atasnya.
“Saya permisi” Aira membungkukkan badanya sebelum meninggalkan ruangan. Keduanya hanya mengangguk pelan.

Aira menghela nafas lega bisa keluar dari ruangan tersebut, ada yang aneh dengan dirinya melihat keduanya ia sekali berhambur dipelukan mereka. “Aku mungkin sudah  mulai gila” batin Aira.
--

“Dia benar-benar licik, meskipun ia sudah masuk penjara tapi sekalipun dia tidak pernah mengatakan dimana tempat ia membuang anakku” geram tuan Choi.

“Nde, appa dia bahkan memilih mati jika ia mengatakan dimana tempat itu” Siwon terlihat gelisah.

“Kita sudah mencari mereka puluhan tahun, tapi hasilnya nihil. Aku tidak ingin menyerah, aku akan berusaha menemukan anak-anakku dan membuat keluargaku kembali utuh” tegas tuan Choi.

“Aku akan membantu semampu, Appa” Tuan Choi mendengar ucapan putra sulungnya itu.

“Minhae, hari ini aku tidak bisa menemuimu. Aku harus menemui dosen untuk menambah pelajaran” Aira tersenyum membaca pesan dari Kyuhyun.

“Gwaechana, aku mengerti. Selamat belajar, eo” balas Aira. “Eo, batraiku lobet” tuturnya ketika melihat gambar batrai yang kosong. “Aku harus cepat-cepat pulang”

Di tengah jalan ia melihat seorang ajuhma yang berjalan sempoyongan, ia takut jika ajuhma itu akan jatuh pingsan. “Ajuhma, gwaechana?” tanya Aira sambil memapah tubuh Ajuhma itu.

“Nde, gwaechana” lirihnya, matanya sudah terlihat sendu.

“Ajuhma, dimana rumahmu eo” Ajuhma itu menjawab dengan lirih tapi untung saja Aira masih bisa mendengarnya. Ia pun menghentikan taksi, dan mengantarnya menuju alamat yang tadi sempat dikatakan oleh ajuhma tersebut.

Aira terdiam karena Ajuhma mengeratkan pelukan padanya, dan ia merasakan jika ia merasa hangat ketika memeluk ajuhma tersebut. “Apakah ini rasanya memeluk seorang eomma?” tanya Aira lirih.

Sesampainya, pelayan yang bertugas lansung membawa ajuhma tersebut. Aira tidak tahu jika ajuhma itu adalah seorang nonya besar dan memiliki rumah yang sangat besar. Entah kenapa Aira merasa cemas melihat keadaan ajuma tersebut, ia menempelkan telapak tangannya dahi Ajuhma tersebut. “Omo, ajuhma suhu badanya panas”

Aira lansung menyuruh pelayan untuk menyiapkan air dingin dan washlap untuk mengopres dahi ajuhma tersebut. Pelayan itu, menuruti apa yang disuruh Aira ia kembali dengan air dingin dan washlap yang Aira minta. Dengan telaten Aira mengopres dahi ajuhma itu, menggantinya ketika washlap itu tidak terasa dingin.

Pelayan yang melihat hanya bisa memperhatikannya dari jauh, selama Aira tidak melakukan sesuatu yang buruk pada bos besarnya itu. Mereka bahkan membiarkan Aira tertidur di samping Nyonya besar.

Ajuhma itu perlahan membuka matanya, ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan dahinya ia menyentuh dahinya dan benar ada sebuah washlap di atas dahinya. Ia melirik ke bawah, ia sedikit terkejut melihat seseorang tidur di sampingnya. Entah kenapa tangannya terulur untuk mengusap kepala seseorang itu.

Aira terbangun ketika merasakan jika seseorang mengusap rambutnya. “Eo, ajuhma kau sudah bangun? Gwaechana?” ia lansung mengajukan pertanyaan.

Ajuhma itu mengangguk lemah, “Syukurlah” Aira menghela nafas kecil. Ia melirik sekilas jam dinding menunjukkan pukul 5 sore, “Mwoya, aku tertidur terlalu lama” Aira meruntuki kebodohannya, tadi adalah tidur ternyenyak pernah ia rasakan.

“Mianhae, aku Ajuhma aku harus pulang” pamit Aira. Ajuhma menahan tangan Aira, membuat Aira terdiam. Ia menekan sesuatu tombol, detik berikutnya seorang pelayan namja datang.

“Nde, nyonya. Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya. Nyonya itu tidak mengatakan apapun, ia hanya melirik Aira. “Araiminida, Nyonya. Saya akan mengantar agashi pulang ke rumahnya” Ajuhma mengangguk lemah.
Aira sedikit tidak percaya dengan apa yang ia lihat, hanya dengan tatapan saja pelayan itu sudah mengerti apa yang diperintahkan ajuhma itu.

“Bagaimana dengan keadaan Nyonya?” Tuan Choi berjalan cepat memasuki rumahnya bersama dengan Siwon. “Nyonya sudah siuman tuan, ada seorang agashi yang menolongnya dan membawanya ke rumah” jelas seorang pelayan.

“Syukurlah”

Aira terkejut ketika kembali bertemu dengan pemilik kampusnya dan anaknya ketika ia menuruni tangga. “agashi ini yang menolong nyonya” Aira membungkukkan badan.

“Gamsahamnida” Aira terkejut karena pemilik kampus mengulurkan tangan padanya. Aira menerima uluran tangan tersebut, disisi lain Siwon memperhatikan yeoja di hadapannya.

“Aku harus pulang”

“Ah, nde silahkan”

Aira tidak ingin keluarga itu tahu dimana ia tinggal bukan karena malu, ia hanya tidak ingin mereka tahu. “Ajushhi, berhenti” sopir yang mengantar Aira menurut. Aira keluar dari mobil tersebut, “Ajushhi, rumahku di dalam gang ini jadi kau hanya bisa mengantarku sampai sini saja. Sampaikan terimakasihku pada ajuhma, dan semoga cepat sembuh”

“Nde”

Aira mengangguk, ia masuk ke dalam gang yang sebenarnya ia juga tidak tahu gang apa ini. Ketika melihat mobil yang mengantarnya sudah pergi, ia buru-buru lari menuju halte bus menuju rumah pantinya.

“Hyung, jika nona belum kembali satu jam lagi aku akan melaporkannya pada polisi” ucap Minho pada Kyuhyun. Kyuhyun tidak menjawab, ia malah terdiam ia berdoa agar tidak terjadi sesuatu pada kekasihnya itu.

Aira belum kembali kampusnya, ketika mereka mengecek kampus sudah kosong. Security mengatakan jika Aira keluar tepat waktu seperti biasanya.

“Hyung, sudah satu jam. Aku akan menelpon polisi” Minho beranjak menuju telepon panti.

“Aku pulang” seru Aira, ia membuka pintu panti seolah tidak terjadi sesuatu. Ia mencoba tersenyum melihat 2 pasang mata namja memandangnya tajam.

“Yak, kau darimana saja?” tanya keduanya bersamaan, mereka lansung berjalan dan berhampur memeluk Aira. Aira tersenyum, ia senang ternyata ia mempunyai dua namja yang sangat mengkhawatirkannya.

“Darimana saja kau?” tanya Minho.
“Kenapa, ponselmu tidak aktif?” tanya Kyuhyun.
“Apa terjadi sesuatu?” tanya Minho.
“Kau baik-baik saja?” tanya Kyuhyun.

“Sepulang kuliah, aku menolong seorang ajuhma yang pingsan di jalan. Aku tidak sadar aku tertidur di rumahnya. Ponselku mati, karena batrainya lobet terakhir ketika aku membalas pensanmu, oppa. Tidak terjadi sesuatu, dan aku baik-baik saja” baik Minho dan Kyuhyun menghela nafas lega.

“Pantas saja kau tidak lagi membalas pesanku” tutur Kyuhyun. Aira hanya tersenyum simpul.

“Kajja, makan kau pasti belum makan” Kyuhyun mengajak Aira untuk makan, Minho tersenyum melihat sikap Kyuhyun.

--

“Kalian melihat wajahnya bukan?” tanya Nyonya Choi kpada anak dan suaminya.

“Nde, eomma kami melihatnya” jawab Siwon.

“Aku yakin, dia anakku. Dia anak kita yeobo, dia adikmu Siwon” ucap Nyonya Choi dengan sedikit terisak.

“Eomma” lirih Siwon.

“Wajahnya, mirip sekali dengan kau oppa. Senyumnya sama seperti kau” tambahnya lagi.  Tuan Choi dan Siwon hanya bisa mengangguk pelan, semenjak kehilang kedua anaknya Nyonya Choi mengalami sedikit ganggungan batin. Ia terkadang menggendong guling dan mengatakan pada mereka, jika dia adalah anaknya yang dulu hilang.

Nyonya choi mengenggam tangan Siwon, “temukan kembali, dia Siwon ah. Jebal” mohonnya.

“Nde, eomma” Nyonya Choi menghela nafas lega.

“Lebih baik, kau istrihat dulu sayang” ujar Tuan Choi. Nyonya Choi mengangguk pelan, ia perlahan menutup matanya. Siwon menyelimuti tubuh ibunya dengan selimut hingga bagian dadanya.

Tuan Choi memberikan kode agar mereka keluar dari kamar.

Sesuai keinginan eomma, Siwon mencari keberadaan yeoja. “Apa benar ini rumahnya?” Siwon memandang ke arah yang menurutnya agar aneh sebagai tempat tinggal.

“Nde, tuan kemarin saya mengantarkannya sampai sini” Siwon mengangguk pelan, ia pun keluar dari mobil. Masuk ke dalam gang yang dimaksud sopirnya sebagai rumah tinggal yeoja itu.

Tak butuh lama ia kembali masuk ke mobil, “tidak ada rumah di gang tersebut hanya tanah kosong”

“Mianhamnida, tuan” ucap Sopir tersebut, ia merasa bersalah seharusnya ia ikut bersama dengan yeoja itu kemarin.

“Gwaechana, Samchon jangan salahkan dirimu” Sopir itu mengangguk dan kembali menjalankan mobilnya.

Aira Pov

Aku dan Minho sedang belajar bersama di meja makan, sesekali kami merecoki satu sama lain. Setelah makan malam mereka selalu memanfaatkan waktu untuk belajar bersama.

“Yak, kau terus saja menggangguku” ucap Minho.
“Hahaha, kau kalah” Aira menggoda adiknya.

Ajuhma Han keluar dari kamar Halmeoni dengan terburu-buru, “Nona dan tuan” keduanya lansung terdiam, dan memandang Ajuhma Han.

“Nyonya..” aku dan Minho lansung beranjak mendengar nama Halmeoni disebut, aku merasa ada sesuatu yang aneh.

“Halmeoni” aku dan Minho lansung duduk di samping ranjang Halmeoni. Ia tersenyum dengan lemah, ia memegang tanganku dan Minho. “Kalian, adalah cucuku yang paling besar” lirihnya.

“Ada yang ingin aku sampaikan pada kalian” lanjutnya lagi. “Halmeoni” lirihku. Ia tersenyum, “Kalian hanya berbeda 1 tahun 10 bulan. Dulu aku pikir hanya firasatku saja tapi ternyata kalian benar-benar adik dan kakak kandung”

Aku dan Minho memandang tak percaya, Halmeoni memandang ke atas mejanya terlihat sebuah secarik kertas, aku pun mengambilnya dan membacanya. “Itu, adalah hasil tes DNA kalian berdua” airmataku, mengalir tanpa perintah.

“Aira, Minho ah” panggil Halmeoni, keduanya pun mendekat. “Aku pinta pada kalian jangan pernah marah pada kedua orang tua kalian, aku yakin mereka lakukan itu bukan karena keinginan mereka” Minho memejamkan matanya, ia tidak pernah menangis sebelumnya.

“Minho ya, jaga kakakmu dan semua adikmu, eo. Turuti semua ucapannya” Halmeoni memandang sendu Minho.

“Nde, Halmeoni” jawab Minho.

“Aira, jaga semua adikmu, eo” aku mengangguk cepat.

Halmeoni tersenyum, “bisakah kalian memelukku?” pintanya. Aku dan Minho pun memeluk Halmeonie dengan penuh kasih sayang. Halmeonie tersenyum, perlahan ia menutup matanya.

Aku dan Minho terdiam seketika, ketika merasakan tidak ada lagi hembusan nafas Halmeoni disisinya. “Halmeoni” panggilku lembut.

Minho mengelus pelan wajah Halmeoni, “Halmeoni, ini tidak lucu. Bangunlah Halmeoni” Halmeoni masih saja diam.

“Halmeoni” teriak Minho, aku menangis sejadi-jadinya di bahu Halmeoni.

Ajuhma Han yang melihat itu hanya bisa menangis. Baginya adalah Halmeoninya adalah sosok yang sangat sempurna ia tidak pernah membedakan status. Ia bahkan menganggap semua adalah saudaranya, cucunya.

Aku menangis dalam pelukan Minho ketika jenazah Halmeoni, diangkat dari kamar. “Halmeoni” panggilku lirih. Dulu Minho sangat benci jika Nonanya menangis dan ia akan buru-buru membuatnya berhenti menangis tapi kini tidak bisa melakukan itu. Kepergian Halmeoni untuk selamanya juga pukulan terberat yang pernah ia alami.

“Aira” Kyuhyun lansung datang ketika mengetahui jika Halmeoni meninggal dunia. Kyuhyun lansung memelukku, “Halmeoni, oppa” isakku.

“Kau harus tabah dan ikhlas sayang” ujar Kyuhyun sambil mencium puncak kepala kekasihnya itu.

Pembakaran jenazah pun dilakukan pagi harinya, sepanjang malam aku dan Minho menemani Halmeoni di ruang jenazah, Kyuhyun juga ikut menemani. Tak ada sedikit pun rasa takut tidur di samping jenazah Halmeoni. Bukankah sosok ini selalu tidur di samping mereka, waktu mereka masih kecil.

Kendi yang menjadi tempat abu jenazah Halmeoni lansung dimasukkan ke dalam ruangan kaca. Di depannya terpasang bingkai foto Halmeoni yang tersenyum.

Kembali dari rumah pemakaman, aku lansung mengunci diri kamar Halmeoni. Semua bayangannya ketika waktu dulu bersamaku, terlintas begitu saja.

“Aira” aku memandang sosok yeoja kecil yang berlari ketika Halmeoni sedang menyuapkannya makanan. Yah, yeoja kecil itu adalah aku.

“Minho, aku harus pulang. Aku akan kembali lagi” Minho mengangguk kepala lemah. Kyuhyun pun menepuk pundak Minho pulang sebelum ia pergi.

“Oppa, apa yang terjadi?” Ji Hyun menghampiri Minho yang duduk lemas di sofa. Ia memandang sendu Ji Hyun, Ji Hyun harus tahu ia juga sudah dewasa. “Halmeoni, sudah pergi ke surge untuk selamanya” ia berusaha tersenyum meskipun dalam hatinya ia menangis.

“Maksudmu, Halmeoni sudah meninggal?” Minho mengangguk lemah, Ji Hyun melangkah mundur ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan hyung itu.

“Jinjja, Halmeoni pergi untuk selamanya” Jin Yan tidak sengaja mendengar percakapan keduanya. “Jin Yan” lirih Min Ho.

“Kalian bercanda padaku, kan?” ia tersenyum meringis.

“Ji Yan” semua orang tahu jika adalah adik yang sangat setinsive dengan perasaan.

“Halmeoni, tidak meninggal dunia masih ada. Halmeoni masih hidup” teriak Ji Yan.

Aku membuka mataku mendengar teriakan Ji Yan, aku keluari dari kamar Halmeoni. Ia lansung memandangku, “eonnie, oppa bohongkan. Halmeoni tidak meninggalkan?” aku kembali menitikkan airmata.

Ku peluk dirinya, “Meskipun, Halmeoni sudah tidak ada. Ia masih berada di setiap hati kita. Hatimu, hati oppa dan hati semua adikmu” Ji Yan menangis.

Kabar meninggal orang terpenting Aira membuat teman-temannya berdatang berduyung menjenguknya. Minho sampai terkejut melihat puluhan mobil terpakir di parkiran rumahnya yang tidak terlalu besar.

Min Ho mengetuk kamar Aira pelan, lalu membuka pintu kamar tersebut. Terlihat Aira yang sedang menunggu Ji Yan yang sedang tertidur.
“Noona, ada orang yang mencarimu” aku beranjak bangun. “Nugu?” tanyaku.

“Molla” Sahut Min Ho.

Aku terkejut sekaligus kagum melihat teman-temanku datang. Mereka bahkan membuat group sendiri. Semua temanku dari SD hingga kuliah datang secara bersamaan hari ini. Membuat rumahku lansung ramai karena mereka. Kedatangan mereka juga bermaksud menghiburku agar aku tidak terlalu bersedih.

Kyuhyun sedikit kesulitan ketika ingin memarkirkan mobilnya karena terlalu banyak mobil. “Banyak sekali mobil yang datang” ucapnya lalu masuk ke dalam.

Ia merasa kikuk, ketika semua mata tertuju kepadanya ketika ia masuk ke dalam rumah. Aku heran kenapa tidak ada lagi suara riuh, aku pun membawa nampan berisi minuman.

“Oppa” Kyuhyun menghela nafas lega karena kekasihnya itu keluar juga. Setelah menaruh minuman di atas ia menghampiriku.

“Gwaechana? Tumben sekali kau menggunakan kacamata”

“Sinar matahari terlalu silau, jadi aku mengenakannya” aku mengangguk pelan. Kyuhyun melepaskan kacamata yang ia kenakan. “Oppa, mereka semua teman-temanku. Disana teman SD, lalu SMP, lalu SMA dan terakhir teman kampusku” aku memperkenalkan teman-temanku pada Kyuhyun. Kyuhyun membungkukkan badan.

“Semuanya perkenalkan dia kekasihku, Cho Kyuhyun” semua orang memandang tak percaya.

“Ah, bukankah kau putra sulung Cho group?” tanya temanku SDku, Sin Joo.

Kyuhyun mengangguk sekenanya, membuat semuanya kembali tercengang. “Eo, jadi ini Cho Kyuhyun yang bisa mengambil hati sahabatku” Haena maju menghampiri Kyuhyun. Kyuhyun mengerutkan kening, sedangkan aku hanya tersenyum kecil. Entah apa yang akan Haena lakukan pada Kyuhyun.

Haena memutari Kyuhyun, memperhatikan Kyuhyun dari atas hingga bawah. “Ah, pantas saja Aira menerimamu. Kau sangat sempurna dengan tipe ideal kekasihnya” aku terkejut mendengarnya, sedangkan Kyuhyun memandangku dengan tatapan selidik.

“Kajja, diminum” aku mengalihkan pembicaraan sesuana sedikit mulai memanas. “aku harus menemui Ji Woon” ucap Kyuhyun lalu masuk ke dalam.

“Kim Haena” geramku padanya. Ia mengangkat dua jarinya ke atas ia tidak sengaja membuka kartu sahabatnya itu.

“Hei, kalian tidak perlu melakukan ini” ucapku pada semua temanku, karena memberikan sumbangan padaku. “Gwaechana, anggap ini uang untuk masa depan adik-adikmu” ujar Haena.

“Gomawo, maaf aku tidak bisa membalasnya”

Haena memelukku, “Hei, kita ke sini untuk melihat tersenyum eo, bukan untuk melihatmu menangis” aku pun menyeka airmataku.

“Ara”

Aku mengantar semua teman-temanku keluar pintu, aku bahkan baru tahu jika banyak sekali mobil yang datang. Ku lambaikan tanganku, pada mereka satu persatu.

Kyuhyun tersenyum melihat Aira yang berdiri di depan itu. “Ji Woon ah, lihat betapa banyak orang yang menyanyangi nonamu” tuturnya, seperti biasa Ji Woon hanya tersenyum.

“Ji Woon” panggilku ketika melihat dalam gendongan Kyuhyun. Ji Woon menepuk-nepuk tangannya ke tangan Kyuhyun, membuat Kyuhyun sedikit merintih. Melihatnya aku lansung mengambil  Ji Woon dari gendongan Kyuhyun.

“Ah, gomawo” aku tersenyum lalu mengangguk. Baru ingin masuk ke rumah, beberapa mobil kembali datang sekitar 5 mobil.

“Oppa” panggilku mengetahui mereka adalah oppa-oppaku yang dulu bersamaku tapi ia sudah diadopsi lebih dahulu.

“Mianhae. Kami datang terlambat” sesal Sae Joong Oppa.
“Gwaecahana, yang terpenting kalian datang”

Sae Joong tersenyum, ia mengusap-usap kepalaku pelan “Kau memang tidak pernah berubah” aku hanya tersenyum kecil.

Oppa-oppaku memperkenalkan keluarga mereka padaku, aku pun juga tidak lupa mengenalkan Kyuhyun pada mereka. “Gadis kecil, sudah memiliki kekasih” godanya.

Mereka selalu seperti itu, menganggapku sebagai gadis kecil, ia selalu menggunakan aku menangis ketika mereka meninggalkan aku pergi.

Kyuhyun Pov

Kondisi Aira sudah lebih baik, ini sudah seminggu setelah hari berkabung itu. Ia juga mengatakan padaku jika ia dan Minho merupakan saudara kandung. Aku tidak percaya ada orang tua yang tega membuang kedua anaknya di tempat yang sama.

“Oppa, aku penampilanku tidak mengecewakanmu?” sudah puluhan kali ia bertanya itu padaku.
Aku memegang pundaknya, agar ia memandang. “Kau terlihat tetap terlihat cantik mengenakan pakaian apapun dan aku yakin tanpa kau mengenakan selesai benang pun kau akan terlihat cantik hanya saja aku tidak bisa melihatnya”

Aira menepuk lenganku, “Yak, kau mesum”

Aku terkekeh mendengarnya, “Kajja” Aira tersenyum lalu tangannya menggandeng lenganku.

Untuk pertama kalinya Aira menginjakkan kaki di rumah Kyuhyun. Satu kata yang bisa menggambarkan semua, “Mewah”. Rumah Kyuhyun dipenuhi barang antic, dan rumahnya sangat luas bahkan kami harus melewati beberapa lorong untuk menuju ruang makan.

“Aku datang” semua keluargaku yang sudah menunggu kehadiran kami pun menoleh.

“Annyeong haseyo, Choi Aira imnida”

“Kajja, silahkan duduk” Aira duduk di kursi sampingku dan Eomma.

“Gadis yang cantik” puji Eomma, Aira hanya menanggapinya dengan senyum.

“Ayo, makan” ajak Eomma. Eomma mengambilkan piring untuk Aira, menaruh nasi dan beberapa lauk untungnya.

“Makanlah” Aira kembali tersenyum, “Apakah seperti ini rasanya memiliki seorang eomma?” batinku.

“Kau mau ikan?” tanya Eomma. Aira melirik sekilas ikan yang dimaksud eomma, “Minhae, eommanim aku tidak bisa memakan makan yang ada bawang gorengnya”

“Eo, Wae?”

“Aku tidak menyukai baunya” Aku terdiam sepertinya aku pernah mendengar kalimat itu tapi dimana dan siapa yang mengatakannya.

Seusai makan siang, kami melanjutkan perbincangan ringan. “Kyuhyun kadang terlihat kenak-kanakan bukan?” tanya Eomma.

Aku memandang eomma, sedangkan Aira memandangku sekilas. Eomma selalu aja seperti itu.“Eo. Aniyp. Oppa, tidak pernah menunjukkan itu padaku bahkan untuk sekalipun ia tidak pernah. Selama aku mengenalnya dia adalah namja yang dewasa”

Aku tersenyum kemenangan, “Mwo. Jinjja” aku terkekeh melihat mereka yang tidak percaya.

“Eomma, aku sudah besar jangan samakan aku ketika aku berusia 5 tahun” kataku.

Eomma tertawa kecil, “Araseo, putra sekarang sudah tumbuh dewasa”. Aku tersenyum mendengarnya.

--
“Bukankah kau akan pulang?” Aira bertanya padaku, seperti ia sadar jika aku akan membawanya ke jalan berbeda. Aku tersenyum tipis, ku tepikan mobilku membuatnya lebih bingung.

“Mian” aku mengenakan sebuah kain hitam untuk menutupi kedua matanya. “Yak, Oppa. Apa yang kau lakukan?” ia meraba kain yang kini menutupi penglihatannya.
“Tenang saja, tidak akan lama” ujarku.

“Kau, tidak akan meninggalkan aku bukan?” Aira sedikit takut. Ku genggam tangannya, “Aniya, aku tidak pernah meninggalkanmu” Aira membalas genggaman tanganku, sepertinya rasa takutnya sudah menghilang.

Aku ingin membawa Aira ke sebuah tempat, yang mungkin semua orang di dunia ini mengetahuinya. Tempat dimana semua orang memasang gembok cinta dan berdoa agar cinta mereka abadi. Ya, tempat itu adalah Namsan Tower.

“Oppa, kita dimana? Kemana banyak sekali angin” Aira mengeratkan blaser putih yang ia kenakan. Ku buka penutup matanya dari belakang.

Aira membuka matanya ketika penutup matanya dilepas oleh Kyuhyun. Ia memandang takjub melihat pemandangan di depannya, ribuan gembok terpasang disana. Bukankah ini Namsan Tower?

Aira membalikkan badannya memandang Kyuhyun yang berada di belakang. “Kau mengajakku kesini” katanya. Aku mengangguk pelan, “Kita juga harus memasang gembok kita disini” ku tarik tangan Aira untuk mendekat ke arah ribuan gembok yang terpasang. Ku keluarkan gembok dari saku jaketku.

“Gembok yang cantik” puji Aira.

Aku tersenyum kecil, “seperti dirimu” pipi Aira sedikit memerah, ia tersipu malu. Ketika, aku membelinya aku memang sengaja mencarinya yang secantik mungkin seperti Aira, meskipun Aira lebih cantik.

“Kau mau pasang?” tawarku padanya.

“Bolehkah?” tanyanya. Aku mengangguk, ku berikan gembok tersebut padanya. Ia menerimanya dengan senang. Ia pun memasang gembok tersebut bersama ratusan gembok lainnya.

“Eo, aku baru sadar ada insial kita disini” Aira menunjuk sudut bawah gembok tersebut yang tertulis K & A yang berarti Kyuhyun & Aira.

“Aku yang mengukirnya sendiri” jawabku lembut.

“Jinjja? Bukankah itu sulit?” aku mengusap kepalanya lembut. “Semua terasa mudah jika tujukan untukmu” Aira kembali tersipu malu. Ia menyengol pinggangku pelan, membuatku sedikit meringis.

“Cah, ini yang terakhir” ku berikan salah satu kunci gembok, Aira menerimanya. Ia memandang terkejut ketika aku tiba-tiba saja melempar kunci tersebut tanpa arah.

Aku memandang, yang berarti kini gilirannya. “Aku tidak pandai melepar” sahutnya.

“Gwaechana yang terpenting terlempar” Aira pun melepar kunci tersebut, wajahnya terlihat senang bisa melepar kunci tersebut.

Srek, tubuh Aira menengang sejenak, ketika ia merasakan seseorang memeluknya dari belakang dan ia tahu seseorang itu adalah Kyuhyun.

Aku sandarkan daguku dipundaknya, “Kunci sudah terlempar entah kemana. Berarti, tidak alasan untuk membuka gembok itu. Dan tidak ada alasan untuk kita berpisah” Aira tersenyum mendengarnya, ia mengenggam tangan Kyuhyun yang memeluknya, lalu mengangguk pelan.

“Kau bahagia bersamaku?” tanyaku.

Aira menganggukkan kepala kembali, “Manhi hangbokhae” lirihnya kemudian. Aku lega mendengarnya. Ku cium pipinya kirinya, Aira terlihat terkejut tapi detik berikutnya wajahnya terlihat sedikit memerah.

Aku memuar tubuh Aira, agar ia  menghadap ke arahku. Ku eratkan pelukanku, membuat pipi kami bersentuhan. “Sepertinya, kau adalah malaikat yang diutus Tuhan untuk menggantikan Halmeoni disisiku” aku terkekeh mendengarnya.

“Kau terlalu berlebihan” komentarku.

Aira memandang wajahku, “Menurutku, aku tidak berlebihan. Aku sangat beruntung memlikimu, aku tidak pernah berpikir sekalipun aku bisa memiliki namja sempurna sempurna sepertimu”

Aira sudah kembali memujaku dengan berlebihan. “Kau tahu aku hanya..” ucapan Aira terpotong, karena aku membungkamnya dengan bibirku. Aku tidak ingin mendengar kelanjutan ucapannya, aku yakin ia akan kembali mengatakan tentang latar belakangnya.

Aira membuka matanya perlahan, “Sudah ku katakan jangan pernah mengatakan tentang latar belakangmu lagi padaku. Aku tidak peduli tentang, meskipun kau anak haram sekalipun, aku akan tetap mencintaimu” Airmata haru mengalir dari sudut mata Aira.

“Gomawo, Oppa” dipeluknya aku.

Appa, Eomma dan Nona tidak pernah mempermasalahkan status seseorang yang dekat denganku. Karena, itu aku berani mencintai Aira dan bahkan jika perlu segalanya akan aku berikan.

Author Pov

Aira sudah terlihat seperti dahulu, sebelumnya ia masih terlihat merenung dan terlihat sedih tapi kini ia sudah sering tersenyum dan tertawa bersama teman-temannya.

“Aira, kau dipanggil pemilik kampus” kedatangan Jimmy, membuat semuanya terdiam terlebih Aira dipanggil oleh pemilik kampus.
“Kau tahu untuk apa?” tanya Jun Suu. Jimmy menggeleng, “Ia, hanya menyuruhku untuk memanggil Aira”

“Gwaechana, aku akan menemuinya” Aira beranjak dari kursinya.

“Kalau terjadi sesuatu katakan pada kami, eo” seru Haena. Haena menghela nafas kasar, sahabatnya itu tidak menjawab apa-apa ia malah melanjutkan langkahnya tanpa menoleh ke belakang. Lagipula, itu adalah sesuatu yang impossible seorang Aira mengatakan masalah padanya dan teman-temannya. Ia adalah tipe yeoja yang ingin menyelesaikan masalah sendiri dengan kemampuannnya sendiri.

Aira masuk ke dalam ruangan ketika ia sudah izinkan. Ia tersenyum lalu membungkukkan badan. Tuan Choi mempersilahkan Aira untuk duduk.

“Aku mengucapkan terima kasih kembali atas pertolonganmu pada istriku” Aira mengangguk pelan.

“Tapi, sepertinya kau takut pada kami. Sehingga, kau memberikan alamat rumah yang salah” Aira sedikit terkejut. “Saya, hanya tidak ingin orang lain tahu dimana saya tinggal”

Tuan Choi terhenyak sejenak, yeoja di hadapannya begitu jujur dan berani mengatakan jawaban yang sebenarnya sulit di katakan. “Bolehkah, aku tahu alasannya?”

Aira memandang pemilik kampusnya, “Anda, tidak akan percaya dimana aku tinggal” jawabnya mengambang.

“Kenapa, kau yakin sekali jika aku tidak percaya?”

“Semua orang yang ku temui demikan, hanya ada 2 orang yang saja yang percaya padaku” orang itu adalah Haena dan Kyuhyun. Meskipun teman-teman lainnya menerima berteman tapi mereka masih belum percaya tempatnya tinggal hingga akhirnya Aira mengajaknya mampir dan saat itulah mereka baru percaya.

“Katakanlah?”

Aira terdiam sejenak, “Aku tinggal di panti asuhan”. Mimik wajah Tuan Choi seketika berubah, “Dimana tempat panti asuhan kau tinggal” Aira mengira perubahan mimic wajah pemilik kampusnya karena ia tidak percaya dengan apa yang ia katakan tapi ternyata salah.

“Masih di daerah sini, tapi 15 tahun lalu kami mengubah namanya menjadi rumah bersama” Tuan Choi terdiam sejenak. Mungkinkah panti asuhan itu adalah panti asuhan yang tidak pernah di datangi pesuruhnya karena ia sudah berganti nama.

“Berapa umur nak?” Aira mengerutkan kening, “22 tahun” tapi akhirnya ia menjawabnya. Tuan Choi merasa beban hidup menjadi ringan, ia memperhatikan wajah yeoja di hadapannya. Apa yang dikatakan istrinya benar, wajahnya mirip dengan dirinya. Dan bola matanya mirip sekali dengan istrinya.

“Bisakah, aku meminta kau melakukan 1 hal” Aira terdiam. Sedangkan, Tuan Choi memandangnya penuh harap.

“Apa itu?”

--
Café memang sangat dengan dekat kata santai, begitulah yang dilakukan oleh 2 namja di café tersebut. Mereka terlihat obrolan santai.

“Hyung, kau makin tampan saja” Siwon tersenyum kecil mendengar pujian dari dongsaengnya. Ia menaruh gelas jus yang baru saja ia minum di atas meja.

“Hei, tumben sekali kau memujiku” Siwon merasa aneh mendapat pujian tersebut. “Haishh, aku kira kau akan membalas dengan memberikan pujian yang sama padaku” gerutu Kyuhyun.

Siwon tertawa kecil, benar yang ia rasakan Kyuhyun tidak benar-benar tulus memujinya. “Ara-ara. Kau juga terlihat berbeda. Seperti kau sudah memiliki seseorang di hatimu”

Kyuhyun tersenyum kecil, “eo, kau benar sekali”

Siwon hanya menduga asal tapi ternyata dugaannya benar. “Siapa gadis itu, ceritakan padaku?” tanya Siwon penasaran.

“Seseorang gadis yang sempurna di mataku” Kyuhyun menjawab sambil menerawang wajah Aira. Siwon yang melihatnya hanya tersenyum dalam diam, dongsaengnya sudah lebih dewasa.

“Permisi, apa tuan. Ada menu tambahan yang anda ingin pesan” Siwon menoleh, Kyuhyun tersadar kembali. “Ah, nde” Pelayan itu memberikan buku menu pada Siwon. Kyuhyun menyedot jus jeruk di hadapanya sembari memperhatikan Siwon yang sedang memilih menu.

“Ah, ini” Siwon menunjuk satu menu, pelayan itu pun mencatatnya. “Ah, jangan menaruh bawang goreng di dalamnya. Aku tidak suka baunya” pelayan itu mengangguk lalu permisi. Sedangkan, Kyuhyun terdiam ia seperti pernah mendengarnya kalimat itu.

“Kau mau ikan?” tanya Eomma. Aira melirik sekilas ikan yang dimaksud eomma, “Minhae, eommanim aku tidak bisa memakan makan yang ada bawang gorengnya”

“Eo, Wae?”

“Aku tidak menyukai baunya” Aku terdiam sepertinya aku pernah mendengar kalimat itu tapi dimana dan siapa yang mengatakannya.

Ia ingat sekarang, bukankah kalimat itu yang diucapkan Aira ketika makan malam di rumahnya. “Hyung, sepertinya kekasihku memiliki kesamaan denganmu”

“Kesamaan, maksudmu?”

“Yah, dia tidak menyukai bawang goreng karena ia tidak menyukai baunya” Siwon terdiam.

“Bolehkah aku tahu nama kekasihmu?” tanya Siwon kemudian.

“Aira, Choi Aira” Siwon merasa tidak asing dengan nama tersebut. “Kau tahu dimana rumahnya?” Kyuhyun mengerutkan kening. “Mianhae, Kyuhyun ah bukan maksudku ingin tahu tentang kekasihmu tapi ada sesuatu yang ingin ku tanyakan padanya”

Kyuhyun memandang Siwon, wajahnya terlihat memohon. “Hyung, dia bukan yeoja yang hidup seperti yeoja pada umumnya. Ia memang tumbuh menjadi yeoja yang cantik tapi ia tidak memiliki keluarga”

“Maksudmu, dia yatim paitu?”

“Ani, lebih tepat dia di buang orang tuanya 22 tahun yang lalu” Siwon berpikir sejenak, “22 tahun yang lalu, bukankah adikku diculik 22 tahun yang lalu pula?” batin Siwon.

“Kyuhyun ah, aku mohon pertemukan aku dengannya?” pinta Siwon. Kyuhyun sedikit terkejut dengan perubahan sikap Siwon.

“nde”

--
Aira memasuki ruangan di sebuah rumah sakit, satu hal yang diminta dari pemilik kampusnya adalah memintanya untuk tes DNA.

Selama perjalanan ke rumah sakit, ia menjelaskan panjang lebar mengenai anaknya yang hilang bukan hilang melainkan diculik oleh pesaing bisnisnya. Orang itu sudah dipenjara tapi ia tidak pernah mau membuka mulut tentang keberadaan anaknya. Ia bahkan memilih mati daripada memberitahu dimana anaknya berada.

Tak lama ia pun keluar dan duduk di samping pemilik kampusnya. Pemilik kampus itu tersenyum padanya, “Aira, jika kau memang anakku. Kau akan menerima kami kan?” ia memandang dengan tatapan seorang Appa yang merindukan anaknya.

Aira mengangguk pelan, ia sudah berjanji menerima keluarganya kembali asalkan mereka memberikan alasan yang masuk akal. Dan ia kini tahu orang tuanya tidak pernah sekalipun berniat membuangnya. Ia di culik lalu dibuang di panti asuhan.

1 jam menunggu, seorang usia keluar dari ruangan tersebut. Tuan Choi dan Aira pun beranjak berdiri, “Bagaimana hasilnya?” tanya Tuan Choi.

Usia itu tersenyum, “Hasilnya, positif Tuan Choi. Dia putri anda” Tuan Choi tersenyum senang. Ia beralih memandang Aira, “Anakku” ia menangkupkan kedua tangannya di pipi Aira. “Anakku” lalu menariknya di dalam pelukannya.

“Anakku” ucapnya.
“Appa” ucap Aira. Tuan Choi mengeratkan pelukannya ketika mendengar Aira memanggilnya Appa. “Nde, sayang. Ini Appa”

“Appa” Aira terisak.

Unsia yang melihat itu memberikan ruang ke keduanya mencurahkan kerinduan masing-masing. Ia pun pamit pergi.

--
“Appa, bagaimana keadaan eomma?” tanya Aira ketika mereka dalam perjalanan ke rumah Aira. “Eomma, lebih baik setelah bertemu dengan beberapa hari lalu” Aira lega mendengarnya.

Appa mengatakan juga jika ia kehilangan anak ketiganya. Dulu ia sudah menjaganya dengan pengawal tapi tetap saja lolos.

Tuan Choi memandang panti asuhan yang menjadi tempat tinggal putrinya selama 22 tahun ini. Bangunannya sangat sederhana bahkan jauh dari rumah yang ia tempati.

“Kajja, Appa” Aira mengajak Appanya untuk masuk menemui Minho.

“Nona pulang” seru Aira.

“Nona, kenapa kau pulang terlam..” Minho baru saja ingin mengomel karena Aira pulang terlambat tapi ketika melihatnya datang dengan seorang Namja yang berumur. Perasaan aneh menyelimutinya.

“Appa, dia adikku. Choi Minho” Appa memandang Minho, sedangkan Minho memandang tidak percaya dengan sebutan yang baru saja dikatakan Aira.

Tuan Choi mendekati Min Ho, “Anakku” lirihnya. Min Ho masih terdiam, “Ini Appa sayang, appa kandungmu” Min Ho masih terdiam, ia masih bingung dengan apa yang terjadi.

Aira mendekat, ia menepuk pundak Min Ho. “Min Ho ya, ini Appa. Appa kandung kita” Min Ho memandang Aira, Aira mengangguk cepat. Min Ho beralih memandang ke arah Tuan Choi. “Appa” panggilnya lirih.

“Nde, anakku. Ini Appa” keduanya pun berpelukan. Airmata Aira kembali mengalir melihat Appa dan Adiknya berpelukan.

Appa melepaskan pelukannya pada Min Ho, “Kemarilah” Appa mengajak Aira untuk ikut memeluknya. Aira tersenyum ia pun memeluk Appa bersama dengan Min Ho.

Disisi lain Kyuhyun dan Siwon berdiri terdiam sambil menyaksikan pemandangan haru di depannya.

Siwon tersadar lebih dulu, ia berjalan mendekat. “Appa” ketiganya pun melepaskan pelukan mereka mendengar ada yang suara yang memanggil Appa.

“Eo, Siwon ah” Siwon tersenyum.

Siwon memandang Aira dan Min Ho.  “Siwon Ah, dia adik-adikmu yang hilang” raut wajah Siwon terlihat senang dan terharu.

“Kalian tidak ingin memelukku” Siwon merentangkan kedua tangannya, baik Aira dan Min Ho lansung berhambur.

“Oppa” lirih Aira.

“Hyung” lirih Min Ho.

“Adikku” sahut Siwon.

Appa tersenyum melihat anak-anaknya sudah bersatu kembali. Ia menoleh dan baru sadar jika ada sosok yang memperhatikan mereka.

“Kyuhyun ah” panggilnya. Kyuhyun hanya tersenyum dan membungkukkan badan. Siwon melepas pelukannya pada adiknya terutama Aira.

“Oppa” Kyuhyun tersenyum lalu berjalan mendekat. “Dia, kekasihku appa” Appa terlihat senang.

“Sepertinya, perjodohan itu tidak perlu dibatalkan?” Aira mengerutkan kening.

Appa mencolek hidung Aira pelan, “Sejak kecil kalian sudah dijodohkan. Tapi, karena kau menghilang kami menundanya. Dan ternyata kalian memang berjodoh”

Baik Aira dan Kyuhyun merasa senang mendengarnya. “Ternyata kau jodohku” goda Kyuhyun sambil merangkul Aira. Aira tersenyum malu-malu, “berhenti menggodaku” pinta Aira.

--
“Tuan besar dan Tuan Muda sudah pulang Nyonya” pelayan datang menghampiri Nyonya Choi yang sedang menyiapkan makan malam mereka.

Ia tersenyum lalu mengangguk, pelayan itu pun permisi pergi.

“Hei, Appa memiliki rumah besar. Impianku adalah membangun rumah besar seperti ini untuk Nona” celetuk Min Ho. Appa tersenyum, “Ini rumahmu juga” Min Ho terkekeh mendengarnya.

Appa lansung mengajak anak-anaknya ke ruang makan, di ruangan tersebut terlihat eomma yang sedang menyiapkan makan malam.

“Yeobo” panggilnya lirih. Nyonya Choi menoleh, ia memandang 2 sosok yang bersama suami dan putra tunggalnya.

“Eomma” panggil Aira dan Minho bersamaan. Airmata Eomma mengalir, ia merentangkan kedua tangannya. Aira dan Min Ho berlari menghampirinya dan berhampur dalam pelukannya.

“Eomma” panggil mereka kembali.

“Anakku” lirih Eomma.

Siwon merangkul Appa yang terlihat sudah menangis kembali. “Appa yang terhebat” pujinya. Appa tersenyum mendengarnya.

Malam ini Aira dan Min Ho menginap di rumah orang tuanya. Min Ho tidur bersama Appa dan Siwon sedangkan Aira tidur bersama eomma. Aira sudah tertidur dalam dekapan eomma. Ia merasa dekapan eomma terasa sangat hangat dan nyaman.

“Yeobo, sepertinya kita bisa membicarakan kembali perjodohan anak kita dengan keluarga Cho” Nyonya Choi yang sedang merangkai bunga pun berhenti sejenak.

“Ah, benar. Kau atur saja pertemuan dengan mereka” ucapnya sembari melanjutkan kegiatannya. Tuan Choi tersenyum, ia mencium puncak kepala istrinya sebelum ia pergi.

Kyuhyun Pov

Aku duduk di kursi untuk makan malam, Appa dan Eomma mengatakan jika ada hal yang penting yang ingin bicarakan.

15 menit waktu berjalan tidak ada satu pun dari mereka yang berbicara. “Sebenarnya, apa yang Appa dan Eomma ingin bicarakan?” aku bertanya lebih dahulu.

Appa dan Eomma memandang satu sama lain, Eomma memberikan kode agar Appa yang mulai berbicara. “Kyuhyun ah, ini memang mungkin hal yang sulit untukmu tapi hal ini sudah kami rencakan sejak lama”

Aku memandang Appa dengan pandangan santai, “Katakan saja, Appa” pintaku to the point. Appa mengambil nafas dalam-dalam, “Kami sudah menjodohkanmu dengan putri dari keluarga Choi.”

“Geureseo” Kyuhyun terlihat tidak begitu memusingkan hal itu.

“Kyuhyun ah, besok malam kita akan makan malam bersama mereka untuk membahas kelanjutan perjodohan ini. Tapi, jika kau tidak setuju dengan perjodohan ini, karena kau sudah memiliki Aira kau bisa menolaknya ketika acara makan malam itu”

Aku meminum air di sampingku, “Lakukan saja, aku tidak akan menolaknya”

Bukannya hanya kedua orang tuanya, Ahra Nona juga terlihat terkejut mendengar jawaban dari mulut Kyuhyun. “Myoya, kau mau menyakiti Aira” omel Ahra. Ahra sudah lumayan dekat dengan Aira.

Aku mendengus kecil, “Tidak ada di kamus hidupku, untuk menyakitinya”

“Jadi, kenapa kau menerima perjodohan ini?”

Aku terdiam, “Dia, jodohku. Aku tidak bisa menolaknya” ucapan Kyuhyun seperti abu-abu bagi keduanya dan Ahra. Mereka tidak berkomentar apapun lagi.
Besok Malam

“Kau yakin, tidak ingin ikut bersama kami?” Eomma berkali bertanya padaku. Sepertinya, ia takut jika aku kabur dari acara.

“Nde, eomma. Tenang saja aku pasti datang” Eomma mengangguk pelan.

“Jika, kau tidak datang, habis riwayatmu di tanganku” ancam Ahra.

“Hu, menakutkan” aku malah menggoda Nonaku. Ia berdecak kecil, “Sudah berangkatlah, hati-hati di jalan”

“Jangan lupa datang, eo” aku mengangguk. Mobil Appa pun mulai berjalan, aku melambaikan tangan ke arah mobil.

Setelah mobil Appa sudah keluar, ia pun masuk ke dalam mobilnya. “Aku kesana sekarang” ia mengirimkan pesan.

Tring, Aira membuka ponselnya ketika ada pesan masuk. “Aku kesana sekarang” Aira tersenyum membacanya.

“Kau tidak apa-apa berangkat sendiri, eo?” tanya Eomma, ia sudah masuk ke dalam mobil bersama yang lain.

“Gwaechana, eomma.”

“Yasudah, jika ada sesuatu lansung telepon eomma, eo” Aira mengangguk pelan.

Mobil Appa pun mulai keluar dari rumah, selang beberapa menit, sebuah mobil masuk ke dalam rumahnya.

Mobil tersebut berhenti di hadapannya, kaca mobil itu pun perlahan turun. “Kajja, masuk” Aira mengangguk pelan, ia pun masuk.

“Bisakah kencan lebih dulu sebelum ke tempat tujuan utama?” tanyaku sembari focus mengendarai mobil. “Yak, jangan bercanda” seru Aira.

“Okey, aku akan lansung ke tempat tujuan utama kita dengan satu syarat”

“Mwonde”

Aku tersenyum kecil, “Kau tahu sayang, akhir-akhir ini bibirku merasa merindukan sesuatu yang lembut. Jadi…” Aira lebih dulu membungkam Kyuhyun dengan bibirnya. Aku menutup mataku, merasakan bibirnya menempel dibibirku.

Tin Tin.

Kami tersentak kaget, mendengar bunyi klakson di belakang kami. “Haishh” aku buru-buru mengendarai mobil, ternyata lampu sudah kembali hijau. Karena terlalu terlarut dengan kegiatan tadi aku sampai lupa.

Aku melirik sekilas Aira, yang tertawa kecil. Apa dia menertawakan aku?

Kedua orang tua itu sama-sama bingung menjawab kemana perginya anak-anak mereka. “Tenang saja, Kyuhyun berjanji akan datang” ucap Eomma Kyuhyun.

“Min Ho ah, dimana Nonamu” tanya Eomma pada Min Ho. “Aku akan meneleponnya” baru saja ingin beranjak Min Ho melihat Nonanya dan Kyuhyun yang baru saja masuk. Dan kini berjalan menuju kursi mereka.

“Eomma, Nona datang” semua mata pun memandang ke arah pandangan Min Ho. Terlihat, Aira yang berjalan bersama Kyuhyun sambil bergandengan tangan satu sama lain. Mereka tidak ada kecanggungan sedikit pun yang terlihat di mereka berdua. Mereka terlihat romantic karena saling tersenyum satu sama lain.

“Eoh, itu dia” Aku mengajak Aira mendekat ke meja yang sudah dipesan.

“Annyeong haseyo, maaf kami terlambat” ucap Kyuhyun dan Aira bersamaan lalu membungkukkan badan secara bersamaan. Hanya Appa, Siwon dan Min Ho yang tidak terkejut melihat mereka seperti itu. Tapi yang lain memandangnya tidak percaya.

“Eo, Gwaechana. Kajja, duduk” ajak Eommaku.

“Kajja, duduk” aku mempersilahkan Aira untuk duduk lebih dahulu. Ia tersenyum tipis, aku di duduk kursi sampingnya.

Appa Aira menceritakan semuanya, hingga hubungan kami. “Pantas saja, kau tidak menolak di jodohkan Kyu, ternyata kau tahu siapa jodohmu” ucap Eommaku, aku tersenyum mendengarnya.

Aira Pov

Berita mengenai keluarga kandungku menjadi pembicaraan topic hangat di kampus. Mereka mengucapkan selamat padaku.

Bukan hanya di kampus saja, Appa memasang iklan tentang kami. Foto keluarga kami terpasang di ratusan web berita online di Korea, dan menjadi trending topic dari Korea.

Semua pengurusan mengenai panti asuhan diberikan sepenuhnya padaku. Appa dan Eomma sebenarnya menyuruhku dan Min Ho tinggal bersamanya, aku ingin tapi adik-adikku juga membutuhkanku. Aku berjanji akan mengunjungi eomma 1 jam setiap harinya.
--
“Kau terlihat cantik” puji Haena melihat pantulanku di cermin. Aku tersenyum tipis. Ku memandang pantulan diriku yang kini menganggukan gaun pengantin.

Pintu perlahan terbuka, “Sudah waktunya ke altar” ucap Siwon Oppa. Aku memandangnya, senyumku lansung terbit melihat Si Yon datang bersama bersama Yoona Eonnie. Dia adalah anak pertama Siwon mereka menikah 3 tahun lalu. “Figthing” Yoona Eonnie menyemangatiku.

Rangkain acara pernikahan pun berakhir. Semua melihat terlihat bahagia, terlebih teman-teman Aira yang turut hadir.

Ternyata cita-cita yang inginkannya semua terwujud meskipun sebenarnya ia ingin sekali membahagiakan lebih Halmeoninya. Ah, ketika selesai ucap janji suci, aku lihat sosok Halmeoni yang duduk di salah kursi undangan. Ia tersenyum padaku, tapi sekilas kemudian dia menghilang. Bukankah dia bahagia?

“Oppa” panggilku.

“Hem” gumamnya.

Aku menoleh ke samping, mempastikan Kyuhyun masih terjaga. “Kau belum tidur?” ia memelukku, menarik selimut agar menutupi tubuh kami yang tidak mengenakan sehelai benang pun.

Aku memandang langit-langit kamar, “Bukankah, ini takdir Tuhan. Aku bahkan sempat tidak percaya jika Tuhan begitu baik padaku karena ia memberikan takdir yang begitu sempurna bagiku”

Kyuhyun tersenyum menanggapi ocehan istrinya itu. “Ia memberikan ku segalanya bagiku, semua dan termasuk kau” aku memandang ke arah Kyuhyun ketika mengatakan “Kau”.

Kyuhyun mencubit hidungku pelan, “Apakah aku seseorang yang berarti untukmu?” tanyanya.

“Ani” Kyuhyun terkejut. “Kau bukan seseorang yang berarti tapi kau adalah seseorang yang sangat berarti untukku” senyum pun kembali menghiasi wajah Kyuhyun. Ia menarik tubuhku, mendekatkan kepalaku pada lehernya.

“Tuhan memang baik kepada setiap umatnya” ujarnya. Aku mengangguk dalam dekapannya. Memeluk pinggang Kyuhyun.

“Apalagi jika umatnya adalah yeojamu sepertimu” tambah Kyuhyun dalam hatinya.

--

“Aku tahu waktuku tidak akan lama lagi” Kyuhyun terdiam mendengar penuturan Halmeoni. “Halmeoni” lirihnya. Ia tersenyum kecil, “Gwaechana. Semua orang hidup itu akan mati, Kyuhyun ah dan aku tidak pernah takut akan kematian. Bukankah kematian akan mendekatkan kita pada Tuhan” Kyuhyun hanya bisa mengangguk lemah, ia mencoba tersenyum.

“Berjanjilah padaku untuk menjaga dan mencintai Aira seumur hidupmu dan jangan pernah membuatnya menangis” Ucapan Halmeoni terdengar seperti sebuah permintaan.

Aku mengangguk mantap, “Kau mau berjanji padaku kan?” ia kembali bertanya padaku.

“Nde, Halmeoni aku berjanji” aku bisa melihat wajah kelegaan dari wajah yang sudah tua. Ia bahkan tersenyum lepas padaku.

-The End-

No comments:

Post a Comment