Author : Yunita {@dedee_yunita}
Cast :
- Cho Kyuhyun (SJ)
- Choi Aira (OC)
Genre : Romance,
Friendship, Sad, Perjodohan dan Cinta Abadi
Rating : PG 16
Coment Juseyo untuk menghargai FF gaje ku ini..
happy reading :)
Bukankah orang tua selalu menginginkan seorang anak
dalam kehidupan rumah tangga. Tapi, kenapa tidak dengan kedua orang tuaku.
Mereka membuangku dan menaruhku di panti asuhan. Apakah mereka pantas disebut
orang tua?
Tuhan, aku berjanji akan menerima mereka kembali
jika alasan yang mereka berikan padaku, bisa aku terima. Meskipun aku kecewa
dengan mereka tapi disisi lain aku juga ingin hidup bersama keluarga kandungku.
-o0o-
Seorang Halmeoni keluar dari kamarnya, ia tersenyum
melihat seorang yeoja yang kini terlihat serius mengerjakan tugas sekolahnya.
“Kau, sudah minum susu” tanyanya lembut, tangannya mengusap halus puncak
kepalanya.
Yeoja itu tersenyum melihat kehadiran Halmeoni yang
kini duduk di hadapannya. “Setelah ini aku akan meminumnya” jawabnya kemudian.
“Heii, kau selalu menyuruh semua adikmu minum susu
tepat waktu. Tapi, kenapa kau sendiri yang malah melanggarnya”
Yeoja itu terhenyak sejenak, “Araseo, Halmeoni aku
akan membuatnya sekarang” tangan Halmeoni menahan yeoja itu ketika ia ingin
beranjak dari kursinya.
Yeoja memandang wajah Halmeoni, “Wae” lirihnya.
“Lanjutkan saja belajarmu, eo. Biar, Halmeoni yang
membuatkannya untukmu” Yeoja itu ingin sekali menahan Halmeoni tapi Halmeoninya
lebih dulu beranjak ke dapur.
“Halmeoni, gomawo” serunya. Halmeoni tersenyum
kecil lalu menganggukkan kepala.
Halmeoni memandang cucunya yang sudah kembali
melanjutkan kegiatannya. Yeoja itu bernama Choi Aira, yeoja yang dulu ditinggalkan
di depan pintu asuhannya kini menjadi yeoja yang sempurna, ia tumbuh menjadi
yeoja yang cantik, pintar dan baik hati.
“Minumlah” Aira tersenyum kecil lalu meminum susu
buatan Halmeoninya.
Halmeoni kembali tersenyum. Semenjak Aira hadir ia
merasa hidupnya kembali berwarna setelah suami dan anaknya meninggal 25 tahun
yang lalu karena kecelakaan mobil. Ia juga tidak mengizinkan orang tua asuh
untuk mengadopsinya karena ia ingin bersamanya hingga sebesar sekarang.
Aira
Pov
Seperti biasanya setiap pagi aku membantu adik-adikku
untuk bersiap-siap ke sekolah. “Yeppo” aku
mengusap-usap pipi yeoja kecil bernama Choi Shin Hyun, yeoja kecil itu
meringis.
Aku tersenyum melihatnya, tapi terkadang aku merasa
sedih karena ia bernasib sama denganku. Aku kira akulah anak terakhir yang
dibuang orang tuanya di panti asuhan tapi ternyata tidak. Panti asuhan kami
sekarang memiliki 25 anak. 2 orang duduk bangku kuliah, 2 ruang duduk dibangku
sekolah menegah pertama, 10 orang duduk dibangku sekolah dasar, 6 duduk
dibangku taman kanak-kanak dan 5 lagi masih balita.
“Nona, apa aku sudah tampan?” tanya seorang namja
sambil memperlihatkan penampilannya di hadapanku. Aku melisik penampilannya
dari atas hingga bawah, lalu menaruh jari telunjukku seperti sedang berpikir.
“eotte?” tanya namja itu lagi.
Aku tersenyum kecil, ku rapihkan kerah kemeja yang
ia pakai. Namja itu hanya terdiam melihat apa yang dilakukan oleh Aira “Minho
ah, pakaian apapun yang kau kenakan. Kau akan tetap terlihat tampan di mataku”
Minho mengaruk tengkunya yang tidak gatal, ia
sedikit salah tingkah mendengar pujian itu. Ia yakin, wajahnya sedikit memerah
karena itu.
“Aku harus menyuruh adik-adik masuk ke mobil” Aku
tersenyum kecil melihat sikap Minho.
Aku tidak pernah takut jika Minho mencintaiku,
karena sejak awal aku sudah mengatakan padanya jika aku adalah kakaknya dan dia
adalah adikku. Seorang adik tidak boleh mencintai kakaknya maupun sebaliknya.
Aku dan Minho juga memiliki sifat yang sama entah
dari cara makan, makan favorite, hingga hobby.
“Belajar yang pintar, eo. Figthing” aku memberikan
semangat kepada adik-adikku yang bersekolah di taman kanak-kanak.
“Figthing” ucap mereka serempak. Seorang sem yeoja
mengajak mereka untuk masuk ke sekolah. Aku melambaikan tanganku kepada mereka,
ketika mereka menoleh kembali ke arahku.
Aku menghela nafas lega, aku bersyukur karena
mereka tidak hidup di tempat yang salah, karena Halmeoni mewajibkan mereka
untuk sekolah.
Aku kembali ke mobil, di luar sudah menunggu Minho
yang berdiri di samping mobil. “Nona, tuan kami pamit pulang” para pekerja di
panti asuhan pamit pulang kepada aku dan Minho.
“Nde, hati-hati” pesanku, sedangkan Minho hanya
menganggukkan kepala saja.
“Nde” aku melambaikan tanganku ketika mobil mereka
mulai berjalan menjauh.
“Kau tidak pernah berubah” celetukku pada Minho,
lalu berjalan lebih dulu meninggalkannya yang masih terdiam mungkin karena
celetukkanku yang tiba-tiba.
“Nona” Minho mengejar Aira yang berjalan
meninggalkannya, berjalan sejajarnya dengannya. “Araseo, besok aku akan
mengatakan hati-hati di jalan” Aku melirik sekilas ke arah Minho, ia memasang
wajah memohon.
“Janji?” tanyaku, sambil memberikan jari kelilingku
padanya.
“Janji” Minho mengaitkan jari kelilingnya ke jari
kelilingku. Aku tersenyum kecil, Minho yang melihat senyum itu lansung merangkul Aira. “Kajja, kita harus
berangkat” aku tersenyum simpul mendengarnya.
Aku dan Minho berkuliah di universitas yang berbeda
meskipun dengan jurusan yang sama. “Jangan pulang terlambat, eo” pesanku pada
Minho sebelum ia turun dari bus yang membawa kami ke kampus kami masing-masing.
Minho memberikan symbol oke dengan tangan kanannya,
aku mendengus kecil melihat itu. Ia sering kali menggunakan itu sebagai jawaban
dari pesan, pertanyaan, bahkan nasihat dariku.
Bus kembali berhenti di kampus, Seungri Unviversity
kampus yang sudah 4 tahun aku datangi untuk menuntut ilmu.
Flash
Back
Aku berjalan menuju sekolah baruku, dan aku harus kembali
beradabtasi dengan sekolah baru. Aku tersenyum senang melihat teman baruku yang
sangat banyak, tapi di dalam hati aku juga sedih apakah mereka akan menerima
aku.
“Ah, sekarang giliran kamu yeoja cantik” Yeoja sem
menyuruhku untuk maju ke depan kelas untuk memperkenalkan diriku.
Semua mata memandang ke arahku, “Nan, Aira Imnida.
Choi Aira Imnida. Aku hanya memiliki seorang Halmeoni yang sangat aku sayangi
dan sangat aku cintai. Karena, aku tidak memiliki seorang ibu dan Ayah” baik
Sem maupun murid-murid mulai memandang satu sama lain.
Aku tersenyum kecil, “Aku yakin kalian pasti
bingung, jika aku tidak memiliki orang tua kenapa aku bisa lahir. Yah, kalian
benar aku adalah anak yang dibuang di panti asuhan” semua pun tercengang
mendengarnya.
“Aira” lirih Sem, aku memandang sem sambil
tersenyum. “Gwaechana, sem” balasku. Aku kembali memandang teman-teman baru.
“Aku mengatakan ini dari awal agar kalian tidak
terkejut nantinya tentang latar belakangku. Setelah ini pun, aku tidak peduli
jika kalian tidak mau berteman denganku. Karena, aku bersekolah dengan 3
tujuan, agar aku pintar, agar aku bisa membahagiakan Halmeoniku dan agar aku
bisa menemukan kedua orang tuaku” jelasku, lalu membungkukkan badan mengakhiri
perkenalan diriku.
Pok, pok. Sayup-sayup aku dengar tepuk tangan, aku
menegakkan kembali tubuhku. Pertama hanya beberapa temanku yang bertepuk
setelah itu semua teman-temanku bertepuk tangan termasuk sem baruku. Aku
memandang terharu ke arah mereka, “Gomawo” aku kembali membungkukkan badan.
Flash
Back End
Aku selalu tersenyum jika aku mengenang itu, hingga
saat ini aku selalu melakukan itu jika aku masuk ke sekolah baru bahkan aku
menerapkan itu kepada semua adik-adikku, aku takut mereka memiliki tekanan
batin karena status mereka.
“Yak, kau selalu saja melamun kajja kita masuk”
Seorang yeoja imut merangkul dan mengajakku masuk. Shin Naya dialah sahabatku,
sejak kami bertemu di sekolah menengah pertama ia menjadi seseorang yang sangat
dekat denganku. “Aku, kagum padamu” itulah kalimat yang selalu ia katakan
padaku.
-o0o-
Sebelum kembali ke rumah, aku menyempatkan diri ke
toko buku, ada satu buku mengenai bisnis yang ingin aku beli, aku harap aku
bisa menemukannya disini.
Aku membaca judul di setiap rak buku. “Itu, dia”
aku menemukan buku yang aku cari. Ketika aku ingin mengambil buku itu, ternyata
ada tangan lain yang ingin mengambilnya pula. Tangan kami pun tidak sengaja
bersentuhan, kami pun saling memandang satu sama lain.
“Eo, mian” aku tersadar, aku terlalu terlama
terdiam karena memandang. Orangnya yang ingin mengambil buku itu ternyata
seorang namja, ia juga baru tersadar ketika aku menarik tanganku.
Ia mengaruk tengkunya yang ku rasa tidak gatal,
“Seharusnya, aku yang mengatakan mianhae”
Aku meliriknya sekilas, “Gwaechana, sebaiknya kau
saja yang mengambil buku ini” aku menyerahkan buku tersebut, kebetulan buku
hanya tersisa satu.
“Aniya, untukmu saja”
Kami pun terlibat pembicaraan yang lama bukan
pembicaran yang penting hanya saja kami masih bersikeras untuk memberikan buku
tersebut pada orang sebaliknya.
“Maaf, Nona dan tuan bisakah kalian mengecilkan
suara kalian. Karena suara kalian menganggangu pengunjung yang lain” aku dan
namja itu seketika terdiam ketika seorang yeoja pekerja toko buku tersebut
menegur kami.
Aku dan namja itu pun mengedarkan pandangan kami,
benar beberapa mata memandang ke arah kami. “Nde, Cheoseongimnida” balasku
kemudian. Yeoja pekerja itu pun pergi.
Aku menghela nafas lega lalu melirik ke arah namja
itu, “Araseo, aku akan mengambilnya” ku ambil buku itu. Namja itu menganggukkan
kepala pelan. Ketika aku ingin pergi, tangannya menahan lenganku.
“Bolehkah, aku tahu namamu?” tanyanya ketika aku
memandangnya. Aku tersenyum, “Aira imnida” namja itu pun melepaskan tangannya,
ia merasa tersihir melihat senyum itu.
“Aku permisi” aku pamit pergi.
Malamnya, entah kenapa tidak bisa tidur, wajah
namja itu terbayang dibenakku. Bukankah ini aneh? Aku baru saja bertemu
dengannya, tapi kenapa aku lansung memikirkannya? Apa aku jatuh cinta pada
pandang pertama?
--
“Yak, Minho kau masih tidak mau memaafkan aku” aku
bertanya untuk sekian kalinya pada Minho tapi ia masih bungkam. Ia marah padaku
karena aku kembali ketika ia sudah pulang. “Nona, menyuruhku agar tidak pulang
telat tapi kenapa Nona sendiri yang pulang terlambat” omelnya padaku. Alasan
aku membeli buku tidak terima olehnya, karena ia mengatakan aku bisa
menyuruhnya untuk membeli buku tersebut.
“Halmeoni” rajukku. Halmeoni menepuk pundakku
pelan, “tenang saja sebentar lagi dia juga akan memaafkanmu. Dia juga seperti
ini karena mengkhawatirkanmu” bijak Halmeoni. Jika, Halmeoni sudah berbicara aku hanya bisa mengikutinya.
Suasana di mobil terasa hening, biasanya Aira dan
Minho akan meramaikan suasana. Para pekerja panti pun juga merasa aneh. Shin
Hyun memandang pengasuhnya, bertanya melalui pandangan. Pengasuhnya mengeleng
pelan, lalu mengusap lembut kepala Shin Hyun berharap rasa penasaran yeoja
kecil itu menghilang.
“Yak, kalian sedang bertengkar, eo” celetuk Ji
Hyun, adikku yang bersekolah dibangku SMA. “Nde, benar” sahut Jin Yan, adikku
yang beda satu tahun dengan Ji Hyun. Keduanya memandang selidik aku dan Minho.
“Ani” pendekku.
“Kojitmal” gerutu Ji Hyun. Aku memang tidak pandai
berbohong.
Hingga tinggal kami berdua, Minho masih saja
bungkam. Minho masuk bus terlebih dahulu sebelum aku, aku mengikutinya dari
belakang. “Anja” titahnya, agar aku duduk di kursi bus yang kosong. Aku
mengangguk pelan, semarah-marah Minho padaku dialah tetap Minho adikku.
Bus berhenti di depan kampus Minho, biasanya aku
akan mengatakan pesan yang biasa aku katakan tapi aku tidak berani
mengatakannya. “Jangan terlambat pulang,eo” ucap Minho sembari keluar dari bus.
Aku tercengang mendengarnya, “Nde” seruku cepat. Senyum terbit di sudut bibir
Minho ketika mendengar seruan itu, ia pun melangkah masuk ke dalam kampusnya.
Aku berniat untuk pulang bersama Minho hari ini,
aku ingin ia memaafkan aku. Aku yakin ia akan luluh karena kehadiranku.
Bus pun berhenti di kampus Minho, aku mengusap-usap
tanganku karena kedinginan, hari ini aku lupa mengenakan jaket. Ku lirik jam
tanganku, “10 menit lagi” aku melangkah mendekat ke arah gerbang.
Security yang kebetulan bertugas menghampiri Aira,
“Agasshi, ada yang perlu ku bantu?” tanyanya, ia prihatin melihat Aira yang
terlihat kedinginan.
“Ah, gamsahmnida ajusshi. Aku hanya menunggu
adikku”
“Jika, ada sesuatu kau bisa menemuiku di pos” ia
menunjuk pos dengan tangan kanannya. “Nde” Ajusshi itu mengangguk sekilas lalu
kembali ke pos.
Aku menghela nafas kecil, mendengar bunyi bel.
Aku menempatkan diriku untuk lebih dekat
dengan gerbang.
“Yak, Minho
kau masih marah padaku” Minho tersenyum setiap kali kalimat itu terngiang
di kepalanya. “Yak-yak. Lihat-lihat siapa yeoja di dekat gerbang itu. Cantik
sekali, aku tidak pernah melihat sebelumnya” Minho tidak memperdulikan ucapan
teman-temannya. Di otak mereka hanya ada yeoja cantik dan seksi.
“Yak, Minho ya. Lihat yeoja cantik itu” Taemin
menepuk pundak Minho membuat Minho memandang ke arah yeoja yang dimaksud
Taemin. Seketika matanya lansung membulat melihat yeoja yang dimaksud Taemin.
“Haishh, apa yang dipikirkan yeoja itu” Minho
berlari begitu saja meninggalkan teman-temannya. Ia lansung menghampiri Aira.
“Mwoya, Minho ternyata mengenalnya” lirih Taemin.
“Yak, apa kau lakukan disini, eo?” omelnya padaku.
Semua murid mulai memperhatikan keduanya.
Aku tersenyum kecil, “meminta permohonan maaf pada
adikku” jawabku asal. “Kau ini” dengus Minho. Ia melepaskan jaket yang ia
kenakan, lalu mengenakannya padaku, “Jika dengan cara seperti ini lagi, jinjja
aku tidak pernah memaafkanmu”
“Ara” Minho melirik sekilas ke arahku. Ia
mengusap-usap kedua tanganku bersamaan lalu menepelkannya pada pipinya. “Lihat,
kau kedinginan bagaimana jika kau sakit” Minho kembali mengomel.
“Kau, akan merawatku hingga aku sembuh” ucapku
diakhiri senyuman kecil. Minho memberikan tatapan tajam, “araseo, aku tidak
akan melakukannya lagi” Minho menghela nafas lega.
“Siapa yang bersama dengan Minho?” tanya Sungmin
pada Kyuhyun. Kyuhyun sendiri hanya terdiam sambil memandang yeoja yang bersama
Minho. “Bukankah dia yeoja itu?” batinnya. “Yak, Kyuhyun ah, kau tidak
mendengarkan aku, eo” omelan Sungmin menyadarkan Kyuhyun. Kyuhyun mengangkat
bahunya santai lalu berjalan lebih dulu.
“Kajja, kita pulang” Minho merangkulku, kami pun pulang
bersama.
--
Hari Minggu, dimana hari aku akan mengajak adik-adikku
yang masih balita untuk jalan-jalan di taman bersama dengan pekerja pengasuh lainnya.
Aku ingin mereka tahu dunia luar sehingga ketika dia dewasa merasa cangung
lagi.
“Ji Woon ah, apa kau senang?” tanyaku pada Ji Woon,
adikku. Ia memang belum bisa berkata tapi ia bisa menjawab dengan senyuman yang
ia berikan padaku.
“Yah, aku juga senang” aku mengajak Ji Woon untuk
mendekati balita seumurannya. Ia menepuk-nepukkan tangannya pada tanganku.
Kyuhyun menghentikan mobilnya ketika melihat yeoja
yang ia kenal. Ia tidak sengaja melewati taman. Ia pun memarkirkan mobilnya,
lalu berjalan mendekati Aira.
“Aira ssi” aku menoleh ketika seseorang memanggil
namaku. “Eo, kau” aku sedikit kejut melihat namja yang di toko buku beberapa
hari lalu kini berdiri di hadapanku.
“Bisakah, kita bicara” aku terdiam sejenak. “Eo, nde”
aku mengiayakan tawarannya.
“Bolehkah, aku menggendongnya?” tawarnya. Dengan
sedikit kikuk aku memberikan Ji Woon pada namja itu. “Gwaechana, nona disini
eo” aku berbicara pada Ji Woon ketika melihat mimicnya yang aneh, mungkin ia
tidak terbiasa merada dalam gendongan orang lain. Namja itu memperhatikan Aira
yang seolah-seolah dengan bicara dengan balita tersebut.
“Siapa namanya?” tanyanya.
“Choi Ji Woon” jawabku lalu memandangnya. Ia
mengangguk pelan, ia menggendong Ji Woon agar ia menghadap ke arahnya. “Hai,
Choi Ji Woon. Aku Cho Kyuhyun” aku terdiam melihat sikapnya, apalagi aku baru
tahu nama namja itu.
Ji Woon tersenyum kecil, “sepertinya, dia
menyukaimu”
“Benarkah?” tanya Kyuhyun tidak percaya, aku
mengangguk cepat. “Syukurlah” ada nada lega dalam ucapan Kyuhyun tapi aku tidak
ingin mengartikannya apa-apa.
“Apa yang ingin kau bicarakan?” Kyuhyun
menghentikan langkahnya ketika kami kembali berjalan. “Eo, geuge” Kyuhyun
bingung untuk mengatakannya darimana.
Ia berdiri di hadapanku, “Kau percaya dengan cinta
pandangan pertama” Kyuhyun memulai bicaraannya. Aku yang mendengarnya sedikit
terkejut, apalagi qaku baru saja merasakan itu.
“Hem, aku percaya” kataku kemudian.
“Itulah, yang aku rasakan ketika melihatmu di toko
buku 2 hari lalu” aku lansung membulatkan kedua bola mataku. “Kyuhyun sii”
lirihku.
“Kau mungkin menganggapku namja yang tidak waras
tapi aku bukan namja yang pintar berbohong tentang perasaanku sendiri” aku
masih terdiam.
“Ah, kau pasti juga tidak percaya jika aku namja
yang tidak pandai berhohong” gusarnya sendiri.
Aku tersernyum simpul melihatnya yang sedikit gusar
membuatku percaya dengan apa yang ia katakan. “Ara, nan mideo” Kyuhyun
tercengang mendengar perkataan Aira.
“Aku percaya padamu” ulangku. Kyuhyun tersenyum
lega, “Karena itu, izinkan aku mendekatimu, eo” kini giliran aku yang
tercengang karena ucapannya. Melihat keterkejutan di wajah Aira membuat Kyuhyun
sedikit sedih, ia yakin jika penolakan adalah jawabannya.
“Aku… aku” aku tergagap menjawabnya. “Aku bukan
yeoja yang sempurna Kyuhyun ssi. Aku bukan yeoja yang pantas kau dekati”
lanjutku kemudian, ada rasa sedih mengatakan hal itu pada Kyuhyun.
Kyuhyun menangkap rasa sedih di wajah Aira,
“Bolehkah aku tahu apa maksudmu kau tidak sempurna?” sebenarnya Kyuhyun tahu maksud
ucapan Aira tapi ia ingin Aira mengatakannya lansung padanya. Entah kenapa ia
yakin jika Aira berbeda dengan yeoja yang pernah ia kenal.
Aku tersenyum tipis, “Aku tidak memiliki orang tua
dan aku adalah anak yang dibuang di panti asuhan” ungkapku.
Aku kira Kyuhyun akan terkejut mendengar ungkapanku
tapi ternyata tidak mimic wajahnya masih sama. “Aku tidak pernah mempedulikan
status ketika aku mencintai seseorang”
“Kyuhyun ssi” lirihku.
“Yang aku inginkan, izinkan aku untuk mendekatimu,
eo” pintanya tulus. Melihat manik matanya yang jelas memperlihatkan ketulusan
membuatku ingin menangis. Aku menundukkan kepala lalu detik kemudian
menganggukkan kepalaku.
Kyuhyun yang melihat anggukan kepala Aira seketika
merasa senang. “Aku mengizinkanmu” ucapku.
“Ji Woon ah, kau dengar Noonamu mengizinkan aku
mendekatinya” Ji Woon menanggapinya dengan tertawa kecil, sedangkan aku yang
melihatnya hanya tersenyum, senyum bahagia.
“Nona muda” aku pun menoleh karena sebuah
panggilan. Aku lihat pekerja pengasuh yang lain sudah kembali, mereka
memandangku dengan pandangan yang tidak bisa ku mengerti.
“Mianhae, Kyuhyun ssi aku harus pergi” Kyuhyun
memberikan kembali Ji Woon. Kyuhyun menahan tanganku ketika aku ingin pergi,
“Bisakah aku meminta nomor ponselmu?” Kyuhyun dengan cepat mengeluarkan
ponselnya. Aku sedikit bimbang, aku melirik sekilas pengasuh lainnya mereka masih
memandang ke arahku.
Aku mengambil ponsel Kyuhyun dengan cepat mengetik
nomor ponselku. “Minhae, aku harus pergi” pamitku setelah mengembalikan ponselnya.
“Nde”
Kyuhyun memperhatikan Aira yang masuk ke dalam
sebuah mobil bersama dengan pengasuh yang lain. Ia menggenggam ponselnya erat
menangkupnya dengan kedua tangannya, ia merasa senang sekali bisa mendapatkan
nomor ponsel Aira.
Apa aku benar-benar gila? Yah, sepertinya aku
benar-benar gila. Sejak terakhir bertemu dengan Kyuhyun aku selalu berharap ia
menghubungiku karena aku memberikan nomor ponselku padanya tapi nihil hingga
langit berubah malam ia sama sekali tidak menghubungiku.
Dengan perlahan Halmeoni membuka pintu kamar
cucunya, ia tersenyum melihat Aira masih siaga di atas ranjang yang seharusnya
ia harus sudah tidur karena besok ia harus kembali kuliah.
Aku terkejut ketika Halmeoni tiba-tiba saja duduk
di atas ranjangku. “Apa yang membuatmu belum tidur?” tanyanya lembut. Aku
bingung menjawabnya, “Aku tidak bisa tidur Halmeoni, karena itu aku sedang
menghitung domba” jawabku asal.
“Kau mau aku bacakan dongeng untukmu” tawarnya.
“Ani, Halmeoni. Lebih baik Halmeoni tidur eo, aku
janji sebentar lagi aku akan tidur” Halmeoni masih terdiam sambil memandangku.
“Hoam, aku seperti mengangguk” aku berpura-pura mengucap agar Halmeoni percaya.
Halmeoni tersenyum, “Araseo, aku kembali ke kamar”
Aku menganguk pelan. “Jangan tidur malam-malam” pesannya, aku mengangguk
sebelum ia menutup pintu kamarku.
“Ini, semua gara-gara Cho Kyuhyun” umpatku dalam
hati, aku merebahkan tubuhku menarik selimut hingga menutupi hingga dadaku.
Aku mulai memejamkan mataku. Tring. Aku membuka
mataku cepat. “Apa itu dia?” tanyaku sendiri. Aku lansung bergegas membuka
pesan yang masuk.
“Hei,
Aira. Akh, mianhe jika aku baru mengirim pesan padamu. Aku bukan namja yang
pandai merangkai kata-kata. Aku sudah puluhan bahkan ratusan kali mengetik
pesan tapi kemudian aku kembali menghapusnya. Aku juga bingung bagaimana awalan
mengirimkanmu pesan. Apakah, aku harus bertanya “Apa yang sedang kau lakukan?”,
atau “Apa kau sudah makan?”. Ah, aku bukan namja yang seperti itu. Aku hanya
ingin bertanya, “Apa kau menunggu pesan dariku?” atau “Apa kau masih terjaga
karenaku?”. Memang terdengar percaya diri sekali, tapi itu adalah pertanyaan yang
ingin ku tanyakan padamu” - Cho Kyuhyun
“Myoya kenapa dia bisa tahu” tanyaku dalam hati.
“Jika jawaban jujur, aku akan menjawab ya untuk
kedua pertanyaan” aku menimbang sejenak jawaban pesan untuk Kyuhyun. “Ani-ani,
bukannya terlihat jika aku juga mencintainya” aku berniat menghapus isi balasan
pesan tapi aku tidak sengaja malah menyentuh tombol send.
“Massage sending” aku melongo melihat tulisan di layar
ponselku. “Aira, bagaimana kau bisa sebodoh ini” lirihku.
Kyuhyun
Pov
Jika ada yang memperhatikanku mungkin mereka akan
mengatakan jika aku seperti sterika yang bolak balik. Tapi, sayangnya tidak ada
yang bisa memperhatikanku karena aku berada di kamarku dan mengunci kamarku
erat-erat.
Aku sedang bingung untuk mengirimkan pesan pada
Aira. Puluhan kali bahkan ratusan kali
aku mengetik pesan tapi berikutnya aku kembali menghapusnya. Untuk
pertama kali aku merasakan perasaan seperti ini.
Kalian tidak percaya? Pasti kalian tahu siapa aku,
bukan? Mwo, salah satu member Super Junior?? Kalian salah. Aku adalah penerus
Cho Group, perusahan yang bisa dibilang memiliki segalanya. Mulai dari
Departement Store, Auto mobiles, Teater Movie, dan Bangunan Apartement.
Lahir dari keluarga kaya tidak membuatku mudah
tertarik oleh seorang yeoja apalagi menurutku mereka mendekatiku karena mereka
ingin menyandang status marga Cho di depan namanya.
Aku bukan namja yang mudah merangkai kata-kata.
Tapi, aku yakin aku adalah namja yang akan mencintai yeoja dengan cinta di
seluruh hidupku.
Dengan harap-harap cemas aku menunggu balasan
pesanku untuk Aira.
Tring, dengan cepat aku lansung membuka pesan baru saja masuk. Sedetik kemudian mataku
membulat sempurna, “Jika jawaban jujur,
aku akan menjawab ya untuk kedua pertanyaan”
“Kau membacanya Cho Kyuhyun, dia menunggu. Yah dia
menunggumu” aku berucap sendiri seolah memberikan semangat kepada diriku.
Setidaknya aku masih memiliki harapan untuk mendapatkannya.
--
Tidak biasanya aku merasa jika diriku terlihat
lebih baik, senyum tidak pernah lepas dari wajahku. “Yak, Cho Kyuhyun apa kau
sakit?” Ahra, kakak kandung Kyuhyun menaruh telapak tangannya tepat di dahi
adiknya itu.
“Ani” pendekku. Ahra memandang tak percaya, ia
melepaskan tautan tangannya pada adiknya. “Kau membuatku takut” sindir Ahra.
Eomma yang melihat itu hanya bisa mendengus kecil,
Ahra memang terkadang asal ceplos mengenai adiknya. “Kyuhyun ah, kau sedang
jatuh cinta eo?” pertanyaan eomma yang tiba-tiba membuatku tersendak, buru-buru
aku meminum segelas air putih di hadapanku.
“Ah, sepertinya benar” aku melirik eomma yang
tersenyum tipis.
“Jinjja, kau sedang jatuh cinta? Dengan siapa?”
Kini Ahra Nona yang bertanya. “Tentunya dengan seorang yeoja” Jawabku lalu kembali
melanjutkan memakan sarapanku. “Huuuu” Eomma dan Ahra mengucapkan dengan
serempak, sedangkan Appa hanya tersenyum.
“Sepertinya, dia yeoja yang luar biasa bisa
menaklukan pangeran iblis sepertimu” aku mendelik tajam ke arah Nona, ia memang
sering menghinaku sebagai pangeran iblis.
“Aku bukan pangeran Iblis” Protesku.
Ahra terlihat biasa saja menggapinya, “Jadi, kau
cocok disebut pangeran apa?” tanyanya lalu menyuapkan sesendok nasi goreng ke
mulutnya. Hinaan itu memang sudah melekat padaku ketika aku duduk di sekolah menengah atas
hingga kini aku duduk dibangku kuliah.
“Dwaesseo” Ahra terkekeh kecil, adiknya itu memang
tidak bisa menjawab jika ia mengajukan pertanyaan itu tapi seharusnya ia bisa
menjawab aku adalah “pangeran untuk keluargaku”, Kyuhyun memang terlihat Iblis
dari luar tapi ia kau tahu sifat aslinya ia seperti malaikat.
“Minho ah, siapa yeoja yang kemarin datang ke
kampus kita” aku tidak sengaja mendengar pembicaraan Minho dengan
teman-temannya.
“Yak, kenapa kalian sangat ingin tahu tentang itu”
omel Minho, sepertinya ia tidak suka jika seseorang bertanya tentang Aira.
“Aniya, kami hanya bertanya saja. Jika kau tidak ingin
memberitahukan pada kami, tidak apa-apa” Onew teman Minho yang duduk di samping
Minho sangat terkejut melihat Minho yang mengomel seperti tadi. Tidak biasanya Minho
semarah itu, ia terlalu sensitive jika ditanyai mengenai yeoja itu.
Minho melihat wajah ketakutan sahabatnya itu merasa
bersalah, ia tidak bermaksud mengomel pada mereka ia hanya tidak ingin mereka
bertanya tentang Aira Nona.
“Dia, nonaku” bukan hanya teman-teman Minho yang
terkejut disisi lain aku terdiam mendengarnya, aku sudah yakin jika itu adalah
nonanya karena aku tidak terkejut ketika ia mengatakan jika Aira tidak memiliki
orang tua dan dibuang di panti asuhan.
---
Halmeoni memandangi cucunya yang beberapa hari ini
terlihat aneh, ia sering terlihat tersenyum sendiri. “Myoya, apa yang terjadi
dengan cucuku?” tanyanya lirih, ia masih memperhatikan Aira yang berkutat
dengan notebooknya tapi sesekali ia tersenyum tanpa alasan.
“Mungkin karena seorang namja” Halmeoni lansung
menoleh ketika seseorang menjawab pertanyaannya. Ajuhma Han yang merupakan
pengasuh senior disini berdiri di sampingnya sambil ikut memperhatikan Aira.
“Apa maksudmu dengan namja?” Halmeoni tidak mengerti.
“Menurut pengasuh yang lain, Aira terlihat bersama
dengan seorang namja ketika mereka jalan-jalan di taman. Menurut mereka pula,
namja bersama Aira memiliki wajah yang sangat tampan” Halmeoni terdiam
mendengar penjelasan Ajuhma Han.
“Cucuku sudah tumbuh dewasa”
Apa yang hatiku katakan dan rasakan memang benar.
Bersamanya 3 bulan ini membuatku bertambah mencintainya. Dia yeoja yang pintar,
baik hati dan tentu saja memiliki wajah yang cantik.
Aku terkadang berharap waktu berhenti ketika aku
sedang bersamanya. Aira memandang Kyuhyun yang terlihat sedang melamun, ia
mengoyangkan tangannya di hadapan Kyuhyun tapi ia merespon. “Oppa, kau
melamun?” Aira menempelkan telapak tangannya di pipiku membuatku tersadar.
“Ah, minhae” sesalku. Aira tersenyum kecil, disaat
ia ingin melepaskan tangannya dari pipiku disaat itu pula aku menahan
tangannya. Aira terdiam sambil memandangku, begitupula sebaliknya. Ia masih
memandangku ketika aku mendekatkan wajahku, entah apa yang membuatku berani
melakukan itu. Aira menutup matanya ketika bibir Kyuhyun mendarat di atas
bibirnya. Kyuhyun melumat bibir tipisnya, dan ia sadar jika ia membalas ciuman
Kyuhyun. Ia bahkan tidak tahu sejak kapan kedua tangannya sudah melingkar masih
di leher Kyuhyun, dan tangan Kyuhyun yang melingkar dipingangnya.
Keduanya bahkan melupakan jika kini mereka berada
di restoran umum. Untung saja tidak ada yang memperhatikan kegiatan mereka
karena meja keduanya yang terletak panggil pojok dan terhalang tiang tembok.
Aira membuka matanya meskipun ia masih merasakan
jika Kyuhyun masih mencium bibirnya. Aku merasa jika Aira tidak membalas lagi ciuman
yang aku berikan, karena itu aku membuka matanya. Betapa malunya aku, ketika
aku melihatnya yang sedang memandangku. Apa ia sedang melihat mimic wajahku ketika
menciumnya tadi?
Ku rasakan pipiku memerah seketika, lalu ia
menyatukan dahinya dengan dahiku membuatku bisa mendengarkan deru nafasnya yang
sedikit teratur.
“Hei, kau mencuri ciuman pertamaku” lirihnya tapi
bisa membuatku terkejut. Myoya, jadi aku orang pertama untuknya?
Aku tersenyum tipis, “Nado, kau juga mendapatkan
ciuman pertama dariku” Mimic Aira terlihat tidak percaya dengan yang ku
katakan.
“Hei, aku tidak pernah berbohong apalagi padamu”
Aira tersenyum tipis. Aku terkejut sejenak ketika ia mengecup bibirku, “kajja,
kita pulang” ajaknya, ia tidak memandang ke arahku yang masih syock karena
ulahnya.
“Iya” pendekku.
Aku beranjak bangun merapihkan tas yang aku bawa
begitupula dengan Aira. “Kajja” Aira terdiam ketika aku mengulurkan tanganku
padanya. “Hei, hari ini kau resmi jadi yeojachinguku” Aira mengerjap matanya cepat,
tapi detik berikutnya ia menautkan tangannya pada tanganku. Ia terlihat
malu-malu membuat wajahnya terlihat 2x lipat cantik.
--
Minho memandang penasaran ke setiap namja di
kampusnya. Aira mengatakan jika ada seseorang yang akan menemuinya untuk
meminta restu padanya tapi sedari tadi ia menunggu tidak ada orang namja yang
menghampirinya hanya teman-temannya saja.
Aku menghampiri Minho yang duduk sendiri, akhirnya
ia terlihat sendiri juga. “Minho” Minho menoleh ke arahku. “Hyung” balasnya
padaku.
“Ada yang ingin aku bicarakan padamu” Minho
mengerutkan keningnya, jarang sekali sunbaenya itu menemuinya. Mimic wajah
Minho seketika berubah, “Jangan-jangan kau…” Aku lansung menganggukan kepala
sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.
Minho tidak pernah berpikir jika namja itu adalah
Cho Kyuhyun, namja yang sangat sempurna di kampusnya. Ia ingin sekali tidak
merestui hubungan mereka, ia takut jika Kyuhyun hanya mempermainkan perasaan
Aira. Tapi, melihat kesungguhan di mata Kyuhyun rasa takut itu pun hilangnya.
“Kau, harus janji padaku untuk selalu melindungi
dan mencintainya eo. Jangan membuatnya menangis bahkan untuk sekali saja” tegas
Minho.
“Nde, aku berjanji”
“Sudah saatnya aku membiarkan nona untuk merasakan
rasa dicintai oleh namja” batin Minho.
“Aku pulang” seru Minho ketika sampai di rumahnya.
“Bersihkan tubuhmu lalu makan siang, aku sudah buatkan makan siang untukmu”
jawab Aira tanpa memandang ke arah Minho.
Ia sibuk mencuci piring. Minho memberikan kode padaku untuk mengatakan sesuatu.
“Aira” gerakkan membilas piring seketika terhenti
ketika ia mendengar nada suara yang sangat ia kenal. Betapa terkejutnya ketika
ia menoleh mendapati Kyuhyun kini berdiri di samping Minho.
Minho mendengus kecil, “Yak, Nona kenapa kau tidak
mengatakan jika kau menjalin hubungan dengan Kyuhyun hyung, eo” protes Minho.
“Ah, geuge…” Aira bingung untuk menjawab apa.
“Hei, kenapa berisik sekali” Halmeonie keluar dari
kamarnya, ia mengerakkan kursi rodanya mendekati ke arah Minho asal keberisikan
dimulai. Halmeoni kini sudah semakin tua kondisinya juga semakin melemah karena
itu ia menggunakan kursi roda.
“Halmeoni” lirih Minho. Halmeoni mengerucutkan
bibirnya, Minho memang sangat berisik jika menyangkut Aira. “Eo, apakah ini
namja yang selalu kau ceritakan pada Halmeoni” Halmeoni memandang ke arahku.
Aku pun tersenyum lalu mencium tangannya.
“Nde, Halmeoni” Aira terdengar malu-malu
menjawabnya.
“Yak, Nona kau curang. Kau menceritakan pada
Halmeoni tapi tidak padaku” Minho kembali protes. “Minho ya, kecilkan suaramu.
Kau bisa membangunkan adik-adikmu yang sedang tertidur” Minho lansung terdiam.
“Bagaimana, Nonamu mau menceritakannya padamu. Kau
terlalu sensitive jika ada namja yang mendekati nonamu” Minho mengaruk tengku
lehernya, apa yang dikatakan Halmeoninya ada benarnya. Ia sering berulah kepada
teman Aira yang terlihat menyukai Aira.
“Kajja, kita makan siang bersama” ajak Halmeoni, ia
menjalanlan kursi rodanya mendekati meja makan. “Anja” ia menyuruh Minho dan Kyuhyun untuk duduk
karena baik Minho dan Kyuhyun masih berdiri di tempat yang sama.
Setelah selesai makan, Halmeoni mengajakku bicara
berdua. Ia menceritakan semua tentang Aira dan Minho, aku terkadang tertawa mendengar
ceritanya. Aku sedikit gelisah ketika Halmeoni mulai bercerita aneh-aneh ia
terdengar seperti mengucapkan wasiat dan pesan-pesan terakhir padaku.
“Kau mau berjanji padaku?” tanya Halmeoni lembut.
“Ne, aku berjanji”
Author
Pov
“Haena, aku ingin menceritakan sesuatu padamu” ucap
Aira ketika ia dan Haena sedang makan siang bersama di kantin. “Mwonde?” Haena
memandang Aira santai.
“Aku sudah memiliki namjachingu” ucap Aira pelan.
“Eo, begitu kau sudah memiliki namjachingu” Haena terlihat biasa-biasa saja.
Detik berikutnya ia terdiam lalu memandang Aira
tajam, “apa yang tadi kau katakan?” tanyanya ulang. Aira menghela nafas kecil,
“Aku sudah memiliki namjachingu”
Haena terlihat tidak percaya sekaligus kagum,
“Daebak” pujinya kemudian. “Siapa dia?” tanyanya lagi. Aira tidak yakin
mengatakannya apalagi jika ia tahu mengetahui Kyuhyun.
“Cho Kyuhyun” lirihku.
“Mwoya, Cho Kyuhyun penerus Cho group” Aira lansung
menutup mulut Haena dengan tangannya, kini semua mata di kantin memandang ke
arah kami mungkin mereka penasaran.
Aira melepas bungkaman tangannya, ketika Haena memberikan
kode ia akan diam. Haena mengatur nafasnya yang sedikit terengah-engah, “Yak,
Choi Aira kau bisa membuatku mati karena kehabisan nafas”
Aira tersenyum kecil, “ani, aku tidak mungkin melakukan
itu pada sahabat baikku”. Haena tersenyum tersungging, “Araseo, sejak kapan?”
tanya lagi. Aira hanya diam, “aku berjanji tidak akan seperti tadi”
“baru 6 bulan” Haena kembali terkejut, ia reflex
menutup mulutnya sendiri. “Apa yang kau maksud baru, Aira. Itu sudah berjalan
setengah tahun” komentar Haena.
“Ah, menurutku itu hubungan yang masih baru”
“Ah, dwaesseo. Yang terpenting, Chukhae” Haena
memajukan tubuhnya dan merentang kedua tangannya untuk memberikan pelukan
kepada sahabatnya itu. Aira tersenyum kecil, “Gomawo, Haena”
--
Aira dan Haena berjalan bersama di koridor kampus,
“Yak, lihat namja itu” Aira memandang ke depan ketika mendengar gumaman Haena.
Ia terdiam melihat namja tinggi putih, tampan dan memiliki lesung pipi berjalan
dengan gagahnya. Murid-murid yang melihatnya pun bahkan lupa bagaimana cara
menutup mulut mereka.
Aira terdiam bukan karena kagum melainkan ia
seperti ingin berlari dan memeluknya. “Hei, kau melamun” Haena menyengol Aira
membuat Aira kembali tersadar.
“Hei, ingat kau sudah punya Cho Kyuhyun, eo” ingat
Haena. “Hei, aku bukan yeoja yang cepat berpindah hati pada namja” Haena
tersenyum kecil, ia kembali menyengol Aira. “aku hanya mengingatkan”
Aira menanggapinya dengan senyuman kecil, namja itu
sudah menghilang entah kemana. “Sepertinya, ia ke ruangan Appanya. Rasanya enak
sekali bisa memiliki orang tua pemilik kampus” ucapan Haena seperti menjawab
pertanyaan Aira.
“Aira, untung kau ada disini” Shindong sem datang
menghampiri kami dengan beberapa berkas di tangannya. “Nde, sem”
“Tolong berikan ini kepada pemilik kampus, eo. Aku
harus segera pulang karena istriku ingin melahirkan” dengan terburu-buru ia
memberikan berkas tersebut pada Aira.
“Gomawo” dengan cepat Shindong berlari menuju
mobilnya. “Chukhae, untuk kelahiran anakmu sem” seru Aira, entah apa Shindong
mendengarnya apa tidak.
Aira menatap berkas yang kini berpindah alih
ditangannya. “Kau pulang duluan saja”
ujar Aira pada Haena.
“Oke”
Sepeninggal Haena, Aira pun berjalan menuju ruang
pemilik kampus. Dengan perlahan ia mengetuk pintu, setelah ada jawaban dari
dalam untuknya masuk, ia dengan perlahan membuka pintu.
Baik pemilik kampus dan anaknya memandang ke arah
Aira, Aira sedikit cangung dipandang seperti itu. “Saya, datang membawakan
berkas dari Shindong Sem. Ia mohon maaf tidak bisa memberikannya secara lansung
karena ia baru saja mendapat kabar jika istrinya akan melahirkan” jelas Aira.
“Eo, ya berkas itu. Kau bisa menaruhnya di mejaku”
dengan segan, Aira berjalan menuju meja yang dimaksud dan menaruh berkas di
atasnya.
“Saya permisi” Aira membungkukkan badanya sebelum
meninggalkan ruangan. Keduanya hanya mengangguk pelan.
Aira menghela nafas lega bisa keluar dari ruangan
tersebut, ada yang aneh dengan dirinya melihat keduanya ia sekali berhambur
dipelukan mereka. “Aku mungkin sudah
mulai gila” batin Aira.
--
“Dia benar-benar licik, meskipun ia sudah masuk
penjara tapi sekalipun dia tidak pernah mengatakan dimana tempat ia membuang
anakku” geram tuan Choi.
“Nde, appa dia bahkan memilih mati jika ia
mengatakan dimana tempat itu” Siwon terlihat gelisah.
“Kita sudah mencari mereka puluhan tahun, tapi
hasilnya nihil. Aku tidak ingin menyerah, aku akan berusaha menemukan
anak-anakku dan membuat keluargaku kembali utuh” tegas tuan Choi.
“Aku akan membantu semampu, Appa” Tuan Choi
mendengar ucapan putra sulungnya itu.
“Minhae,
hari ini aku tidak bisa menemuimu. Aku harus menemui dosen untuk menambah
pelajaran” Aira tersenyum membaca pesan dari
Kyuhyun.
“Gwaechana,
aku mengerti. Selamat belajar, eo” balas Aira.
“Eo, batraiku lobet” tuturnya ketika melihat gambar batrai yang kosong. “Aku
harus cepat-cepat pulang”
Di tengah jalan ia melihat seorang ajuhma yang
berjalan sempoyongan, ia takut jika ajuhma itu akan jatuh pingsan. “Ajuhma,
gwaechana?” tanya Aira sambil memapah tubuh Ajuhma itu.
“Nde, gwaechana” lirihnya, matanya sudah terlihat
sendu.
“Ajuhma, dimana rumahmu eo” Ajuhma itu menjawab
dengan lirih tapi untung saja Aira masih bisa mendengarnya. Ia pun menghentikan
taksi, dan mengantarnya menuju alamat yang tadi sempat dikatakan oleh ajuhma
tersebut.
Aira terdiam karena Ajuhma mengeratkan pelukan
padanya, dan ia merasakan jika ia merasa hangat ketika memeluk ajuhma tersebut.
“Apakah ini rasanya memeluk seorang eomma?” tanya Aira lirih.
Sesampainya, pelayan yang bertugas lansung membawa
ajuhma tersebut. Aira tidak tahu jika ajuhma itu adalah seorang nonya besar dan
memiliki rumah yang sangat besar. Entah kenapa Aira merasa cemas melihat
keadaan ajuma tersebut, ia menempelkan telapak tangannya dahi Ajuhma tersebut.
“Omo, ajuhma suhu badanya panas”
Aira lansung menyuruh pelayan untuk menyiapkan air
dingin dan washlap untuk mengopres dahi ajuhma tersebut. Pelayan itu, menuruti
apa yang disuruh Aira ia kembali dengan air dingin dan washlap yang Aira minta.
Dengan telaten Aira mengopres dahi ajuhma itu, menggantinya ketika washlap itu
tidak terasa dingin.
Pelayan yang melihat hanya bisa memperhatikannya
dari jauh, selama Aira tidak melakukan sesuatu yang buruk pada bos besarnya
itu. Mereka bahkan membiarkan Aira tertidur di samping Nyonya besar.
Ajuhma itu perlahan membuka matanya, ia merasa ada
sesuatu yang aneh dengan dahinya ia menyentuh dahinya dan benar ada sebuah
washlap di atas dahinya. Ia melirik ke bawah, ia sedikit terkejut melihat
seseorang tidur di sampingnya. Entah kenapa tangannya terulur untuk mengusap
kepala seseorang itu.
Aira terbangun ketika merasakan jika seseorang
mengusap rambutnya. “Eo, ajuhma kau sudah bangun? Gwaechana?” ia lansung
mengajukan pertanyaan.
Ajuhma itu mengangguk lemah, “Syukurlah” Aira
menghela nafas kecil. Ia melirik sekilas jam dinding menunjukkan pukul 5 sore,
“Mwoya, aku tertidur terlalu lama” Aira meruntuki kebodohannya, tadi adalah
tidur ternyenyak pernah ia rasakan.
“Mianhae, aku Ajuhma aku harus pulang” pamit Aira.
Ajuhma menahan tangan Aira, membuat Aira terdiam. Ia menekan sesuatu tombol,
detik berikutnya seorang pelayan namja datang.
“Nde, nyonya. Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya.
Nyonya itu tidak mengatakan apapun, ia hanya melirik Aira. “Araiminida, Nyonya.
Saya akan mengantar agashi pulang ke rumahnya” Ajuhma mengangguk lemah.
Aira sedikit tidak percaya dengan apa yang ia
lihat, hanya dengan tatapan saja pelayan itu sudah mengerti apa yang
diperintahkan ajuhma itu.
“Bagaimana dengan keadaan Nyonya?” Tuan Choi
berjalan cepat memasuki rumahnya bersama dengan Siwon. “Nyonya sudah siuman
tuan, ada seorang agashi yang menolongnya dan membawanya ke rumah” jelas
seorang pelayan.
“Syukurlah”
Aira terkejut ketika kembali bertemu dengan pemilik
kampusnya dan anaknya ketika ia menuruni tangga. “agashi ini yang menolong
nyonya” Aira membungkukkan badan.
“Gamsahamnida” Aira terkejut karena pemilik kampus
mengulurkan tangan padanya. Aira menerima uluran tangan tersebut, disisi lain
Siwon memperhatikan yeoja di hadapannya.
“Aku harus pulang”
“Ah, nde silahkan”
Aira tidak ingin keluarga itu tahu dimana ia
tinggal bukan karena malu, ia hanya tidak ingin mereka tahu. “Ajushhi,
berhenti” sopir yang mengantar Aira menurut. Aira keluar dari mobil tersebut,
“Ajushhi, rumahku di dalam gang ini jadi kau hanya bisa mengantarku sampai sini
saja. Sampaikan terimakasihku pada ajuhma, dan semoga cepat sembuh”
“Nde”
Aira mengangguk, ia masuk ke dalam gang yang
sebenarnya ia juga tidak tahu gang apa ini. Ketika melihat mobil yang
mengantarnya sudah pergi, ia buru-buru lari menuju halte bus menuju rumah
pantinya.
“Hyung, jika nona belum kembali satu jam lagi aku
akan melaporkannya pada polisi” ucap Minho pada Kyuhyun. Kyuhyun tidak
menjawab, ia malah terdiam ia berdoa agar tidak terjadi sesuatu pada kekasihnya
itu.
Aira belum kembali kampusnya, ketika mereka
mengecek kampus sudah kosong. Security mengatakan jika Aira keluar tepat waktu
seperti biasanya.
“Hyung, sudah satu jam. Aku akan menelpon polisi”
Minho beranjak menuju telepon panti.
“Aku pulang” seru Aira, ia membuka pintu panti
seolah tidak terjadi sesuatu. Ia mencoba tersenyum melihat 2 pasang mata namja
memandangnya tajam.
“Yak, kau darimana saja?” tanya keduanya bersamaan,
mereka lansung berjalan dan berhampur memeluk Aira. Aira tersenyum, ia senang
ternyata ia mempunyai dua namja yang sangat mengkhawatirkannya.
“Darimana saja kau?” tanya Minho.
“Kenapa, ponselmu tidak aktif?” tanya Kyuhyun.
“Apa terjadi sesuatu?” tanya Minho.
“Kau baik-baik saja?” tanya Kyuhyun.
“Sepulang kuliah, aku menolong seorang ajuhma yang
pingsan di jalan. Aku tidak sadar aku tertidur di rumahnya. Ponselku mati,
karena batrainya lobet terakhir ketika aku membalas pensanmu, oppa. Tidak
terjadi sesuatu, dan aku baik-baik saja” baik Minho dan Kyuhyun menghela nafas
lega.
“Pantas saja kau tidak lagi membalas pesanku” tutur
Kyuhyun. Aira hanya tersenyum simpul.
“Kajja, makan kau pasti belum makan” Kyuhyun
mengajak Aira untuk makan, Minho tersenyum melihat sikap Kyuhyun.
--
“Kalian melihat wajahnya bukan?” tanya Nyonya Choi
kpada anak dan suaminya.
“Nde, eomma kami melihatnya” jawab Siwon.
“Aku yakin, dia anakku. Dia anak kita yeobo, dia
adikmu Siwon” ucap Nyonya Choi dengan sedikit terisak.
“Eomma” lirih Siwon.
“Wajahnya, mirip sekali dengan kau oppa. Senyumnya
sama seperti kau” tambahnya lagi. Tuan
Choi dan Siwon hanya bisa mengangguk pelan, semenjak kehilang kedua anaknya
Nyonya Choi mengalami sedikit ganggungan batin. Ia terkadang menggendong guling
dan mengatakan pada mereka, jika dia adalah anaknya yang dulu hilang.
Nyonya choi mengenggam tangan Siwon, “temukan
kembali, dia Siwon ah. Jebal” mohonnya.
“Nde, eomma” Nyonya Choi menghela nafas lega.
“Lebih baik, kau istrihat dulu sayang” ujar Tuan
Choi. Nyonya Choi mengangguk pelan, ia perlahan menutup matanya. Siwon
menyelimuti tubuh ibunya dengan selimut hingga bagian dadanya.
Tuan Choi memberikan kode agar mereka keluar dari
kamar.
Sesuai keinginan eomma, Siwon mencari keberadaan
yeoja. “Apa benar ini rumahnya?” Siwon memandang ke arah yang menurutnya agar
aneh sebagai tempat tinggal.
“Nde, tuan kemarin saya mengantarkannya sampai
sini” Siwon mengangguk pelan, ia pun keluar dari mobil. Masuk ke dalam gang
yang dimaksud sopirnya sebagai rumah tinggal yeoja itu.
Tak butuh lama ia kembali masuk ke mobil, “tidak
ada rumah di gang tersebut hanya tanah kosong”
“Mianhamnida, tuan” ucap Sopir tersebut, ia merasa
bersalah seharusnya ia ikut bersama dengan yeoja itu kemarin.
“Gwaechana, Samchon jangan salahkan dirimu” Sopir
itu mengangguk dan kembali menjalankan mobilnya.
Aira
Pov
Aku dan Minho sedang belajar bersama di meja makan,
sesekali kami merecoki satu sama lain. Setelah makan malam mereka selalu
memanfaatkan waktu untuk belajar bersama.
“Yak, kau terus saja menggangguku” ucap Minho.
“Hahaha, kau kalah” Aira menggoda adiknya.
Ajuhma Han keluar dari kamar Halmeoni dengan
terburu-buru, “Nona dan tuan” keduanya lansung terdiam, dan memandang Ajuhma
Han.
“Nyonya..” aku dan Minho lansung beranjak mendengar
nama Halmeoni disebut, aku merasa ada sesuatu yang aneh.
“Halmeoni” aku dan Minho lansung duduk di samping
ranjang Halmeoni. Ia tersenyum dengan lemah, ia memegang tanganku dan Minho.
“Kalian, adalah cucuku yang paling besar” lirihnya.
“Ada yang ingin aku sampaikan pada kalian”
lanjutnya lagi. “Halmeoni” lirihku. Ia tersenyum, “Kalian hanya berbeda 1 tahun
10 bulan. Dulu aku pikir hanya firasatku saja tapi ternyata kalian benar-benar
adik dan kakak kandung”
Aku dan Minho memandang tak percaya, Halmeoni
memandang ke atas mejanya terlihat sebuah secarik kertas, aku pun mengambilnya
dan membacanya. “Itu, adalah hasil tes DNA kalian berdua” airmataku, mengalir
tanpa perintah.
“Aira, Minho ah” panggil Halmeoni, keduanya pun
mendekat. “Aku pinta pada kalian jangan pernah marah pada kedua orang tua
kalian, aku yakin mereka lakukan itu bukan karena keinginan mereka” Minho
memejamkan matanya, ia tidak pernah menangis sebelumnya.
“Minho ya, jaga kakakmu dan semua adikmu, eo.
Turuti semua ucapannya” Halmeoni memandang sendu Minho.
“Nde, Halmeoni” jawab Minho.
“Aira, jaga semua adikmu, eo” aku mengangguk cepat.
Halmeoni tersenyum, “bisakah kalian memelukku?”
pintanya. Aku dan Minho pun memeluk Halmeonie dengan penuh kasih sayang.
Halmeonie tersenyum, perlahan ia menutup matanya.
Aku dan Minho terdiam seketika, ketika merasakan
tidak ada lagi hembusan nafas Halmeoni disisinya. “Halmeoni” panggilku lembut.
Minho mengelus pelan wajah Halmeoni, “Halmeoni, ini
tidak lucu. Bangunlah Halmeoni” Halmeoni masih saja diam.
“Halmeoni” teriak Minho, aku menangis
sejadi-jadinya di bahu Halmeoni.
Ajuhma Han yang melihat itu hanya bisa menangis.
Baginya adalah Halmeoninya adalah sosok yang sangat sempurna ia tidak pernah
membedakan status. Ia bahkan menganggap semua adalah saudaranya, cucunya.
Aku menangis dalam pelukan Minho ketika jenazah
Halmeoni, diangkat dari kamar. “Halmeoni” panggilku lirih. Dulu Minho sangat
benci jika Nonanya menangis dan ia akan buru-buru membuatnya berhenti menangis
tapi kini tidak bisa melakukan itu. Kepergian Halmeoni untuk selamanya juga
pukulan terberat yang pernah ia alami.
“Aira” Kyuhyun lansung datang ketika mengetahui
jika Halmeoni meninggal dunia. Kyuhyun lansung memelukku, “Halmeoni, oppa”
isakku.
“Kau harus tabah dan ikhlas sayang” ujar Kyuhyun
sambil mencium puncak kepala kekasihnya itu.
Pembakaran jenazah pun dilakukan pagi harinya,
sepanjang malam aku dan Minho menemani Halmeoni di ruang jenazah, Kyuhyun juga
ikut menemani. Tak ada sedikit pun rasa takut tidur di samping jenazah
Halmeoni. Bukankah sosok ini selalu tidur di samping mereka, waktu mereka masih
kecil.
Kendi yang menjadi tempat abu jenazah Halmeoni
lansung dimasukkan ke dalam ruangan kaca. Di depannya terpasang bingkai foto
Halmeoni yang tersenyum.
Kembali dari rumah pemakaman, aku lansung mengunci
diri kamar Halmeoni. Semua bayangannya ketika waktu dulu bersamaku, terlintas
begitu saja.
“Aira” aku memandang sosok yeoja kecil yang berlari
ketika Halmeoni sedang menyuapkannya makanan. Yah, yeoja kecil itu adalah aku.
“Minho, aku harus pulang. Aku akan kembali lagi”
Minho mengangguk kepala lemah. Kyuhyun pun menepuk pundak Minho pulang sebelum
ia pergi.
“Oppa, apa yang terjadi?” Ji Hyun menghampiri Minho
yang duduk lemas di sofa. Ia memandang sendu Ji Hyun, Ji Hyun harus tahu ia
juga sudah dewasa. “Halmeoni, sudah pergi ke surge untuk selamanya” ia berusaha
tersenyum meskipun dalam hatinya ia menangis.
“Maksudmu, Halmeoni sudah meninggal?” Minho
mengangguk lemah, Ji Hyun melangkah mundur ia tidak percaya dengan apa yang
dikatakan hyung itu.
“Jinjja, Halmeoni pergi untuk selamanya” Jin Yan
tidak sengaja mendengar percakapan keduanya. “Jin Yan” lirih Min Ho.
“Kalian bercanda padaku, kan?” ia tersenyum
meringis.
“Ji Yan” semua orang tahu jika adalah adik yang
sangat setinsive dengan perasaan.
“Halmeoni, tidak meninggal dunia masih ada.
Halmeoni masih hidup” teriak Ji Yan.
Aku membuka mataku mendengar teriakan Ji Yan, aku
keluari dari kamar Halmeoni. Ia lansung memandangku, “eonnie, oppa bohongkan.
Halmeoni tidak meninggalkan?” aku kembali menitikkan airmata.
Ku peluk dirinya, “Meskipun, Halmeoni sudah tidak
ada. Ia masih berada di setiap hati kita. Hatimu, hati oppa dan hati semua
adikmu” Ji Yan menangis.
Kabar meninggal orang terpenting Aira membuat
teman-temannya berdatang berduyung menjenguknya. Minho sampai terkejut melihat
puluhan mobil terpakir di parkiran rumahnya yang tidak terlalu besar.
Min Ho mengetuk kamar Aira pelan, lalu membuka
pintu kamar tersebut. Terlihat Aira yang sedang menunggu Ji Yan yang sedang
tertidur.
“Noona, ada orang yang mencarimu” aku beranjak
bangun. “Nugu?” tanyaku.
“Molla” Sahut Min Ho.
Aku terkejut sekaligus kagum melihat teman-temanku
datang. Mereka bahkan membuat group sendiri. Semua temanku dari SD hingga
kuliah datang secara bersamaan hari ini. Membuat rumahku lansung ramai karena
mereka. Kedatangan mereka juga bermaksud menghiburku agar aku tidak terlalu
bersedih.
Kyuhyun sedikit kesulitan ketika ingin memarkirkan
mobilnya karena terlalu banyak mobil. “Banyak sekali mobil yang datang” ucapnya
lalu masuk ke dalam.
Ia merasa kikuk, ketika semua mata tertuju
kepadanya ketika ia masuk ke dalam rumah. Aku heran kenapa tidak ada lagi suara
riuh, aku pun membawa nampan berisi minuman.
“Oppa” Kyuhyun menghela nafas lega karena
kekasihnya itu keluar juga. Setelah menaruh minuman di atas ia menghampiriku.
“Gwaechana? Tumben sekali kau menggunakan kacamata”
“Sinar matahari terlalu silau, jadi aku
mengenakannya” aku mengangguk pelan. Kyuhyun melepaskan kacamata yang ia
kenakan. “Oppa, mereka semua teman-temanku. Disana teman SD, lalu SMP, lalu SMA
dan terakhir teman kampusku” aku memperkenalkan teman-temanku pada Kyuhyun.
Kyuhyun membungkukkan badan.
“Semuanya perkenalkan dia kekasihku, Cho Kyuhyun”
semua orang memandang tak percaya.
“Ah, bukankah kau putra sulung Cho group?” tanya
temanku SDku, Sin Joo.
Kyuhyun mengangguk sekenanya, membuat semuanya
kembali tercengang. “Eo, jadi ini Cho Kyuhyun yang bisa mengambil hati
sahabatku” Haena maju menghampiri Kyuhyun. Kyuhyun mengerutkan kening,
sedangkan aku hanya tersenyum kecil. Entah apa yang akan Haena lakukan pada
Kyuhyun.
Haena memutari Kyuhyun, memperhatikan Kyuhyun dari
atas hingga bawah. “Ah, pantas saja Aira menerimamu. Kau sangat sempurna dengan
tipe ideal kekasihnya” aku terkejut mendengarnya, sedangkan Kyuhyun memandangku
dengan tatapan selidik.
“Kajja, diminum” aku mengalihkan pembicaraan
sesuana sedikit mulai memanas. “aku harus menemui Ji Woon” ucap Kyuhyun lalu
masuk ke dalam.
“Kim Haena” geramku padanya. Ia mengangkat dua
jarinya ke atas ia tidak sengaja membuka kartu sahabatnya itu.
“Hei, kalian tidak perlu melakukan ini” ucapku pada
semua temanku, karena memberikan sumbangan padaku. “Gwaechana, anggap ini uang
untuk masa depan adik-adikmu” ujar Haena.
“Gomawo, maaf aku tidak bisa membalasnya”
Haena memelukku, “Hei, kita ke sini untuk melihat
tersenyum eo, bukan untuk melihatmu menangis” aku pun menyeka airmataku.
“Ara”
Aku mengantar semua teman-temanku keluar pintu, aku
bahkan baru tahu jika banyak sekali mobil yang datang. Ku lambaikan tanganku,
pada mereka satu persatu.
Kyuhyun tersenyum melihat Aira yang berdiri di
depan itu. “Ji Woon ah, lihat betapa banyak orang yang menyanyangi nonamu”
tuturnya, seperti biasa Ji Woon hanya tersenyum.
“Ji Woon” panggilku ketika melihat dalam gendongan
Kyuhyun. Ji Woon menepuk-nepuk tangannya ke tangan Kyuhyun, membuat Kyuhyun
sedikit merintih. Melihatnya aku lansung mengambil Ji Woon dari gendongan Kyuhyun.
“Ah, gomawo” aku tersenyum lalu mengangguk. Baru
ingin masuk ke rumah, beberapa mobil kembali datang sekitar 5 mobil.
“Oppa” panggilku mengetahui mereka adalah
oppa-oppaku yang dulu bersamaku tapi ia sudah diadopsi lebih dahulu.
“Mianhae. Kami datang terlambat” sesal Sae Joong
Oppa.
“Gwaecahana, yang terpenting kalian datang”
Sae Joong tersenyum, ia mengusap-usap kepalaku
pelan “Kau memang tidak pernah berubah” aku hanya tersenyum kecil.
Oppa-oppaku memperkenalkan keluarga mereka padaku,
aku pun juga tidak lupa mengenalkan Kyuhyun pada mereka. “Gadis kecil, sudah
memiliki kekasih” godanya.
Mereka selalu seperti itu, menganggapku sebagai
gadis kecil, ia selalu menggunakan aku menangis ketika mereka meninggalkan aku
pergi.
Kyuhyun
Pov
Kondisi Aira sudah lebih baik, ini sudah seminggu
setelah hari berkabung itu. Ia juga mengatakan padaku jika ia dan Minho
merupakan saudara kandung. Aku tidak percaya ada orang tua yang tega membuang
kedua anaknya di tempat yang sama.
“Oppa, aku penampilanku tidak mengecewakanmu?”
sudah puluhan kali ia bertanya itu padaku.
Aku memegang pundaknya, agar ia memandang. “Kau
terlihat tetap terlihat cantik mengenakan pakaian apapun dan aku yakin tanpa
kau mengenakan selesai benang pun kau akan terlihat cantik hanya saja aku tidak
bisa melihatnya”
Aira menepuk lenganku, “Yak, kau mesum”
Aku terkekeh mendengarnya, “Kajja” Aira tersenyum
lalu tangannya menggandeng lenganku.
Untuk pertama kalinya Aira menginjakkan kaki di
rumah Kyuhyun. Satu kata yang bisa menggambarkan semua, “Mewah”. Rumah Kyuhyun
dipenuhi barang antic, dan rumahnya sangat luas bahkan kami harus melewati
beberapa lorong untuk menuju ruang makan.
“Aku datang” semua keluargaku yang sudah menunggu
kehadiran kami pun menoleh.
“Annyeong haseyo, Choi Aira imnida”
“Kajja, silahkan duduk” Aira duduk di kursi
sampingku dan Eomma.
“Gadis yang cantik” puji Eomma, Aira hanya
menanggapinya dengan senyum.
“Ayo, makan” ajak Eomma. Eomma mengambilkan piring
untuk Aira, menaruh nasi dan beberapa lauk untungnya.
“Makanlah” Aira kembali tersenyum, “Apakah seperti
ini rasanya memiliki seorang eomma?” batinku.
“Kau mau ikan?” tanya Eomma. Aira melirik sekilas
ikan yang dimaksud eomma, “Minhae, eommanim aku tidak bisa memakan makan yang
ada bawang gorengnya”
“Eo, Wae?”
“Aku tidak menyukai baunya” Aku terdiam sepertinya
aku pernah mendengar kalimat itu tapi dimana dan siapa yang mengatakannya.
Seusai makan siang, kami melanjutkan perbincangan
ringan. “Kyuhyun kadang terlihat kenak-kanakan bukan?” tanya Eomma.
Aku memandang eomma, sedangkan Aira memandangku
sekilas. Eomma selalu aja seperti itu.“Eo. Aniyp. Oppa, tidak pernah
menunjukkan itu padaku bahkan untuk sekalipun ia tidak pernah. Selama aku
mengenalnya dia adalah namja yang dewasa”
Aku tersenyum kemenangan, “Mwo. Jinjja” aku
terkekeh melihat mereka yang tidak percaya.
“Eomma, aku sudah besar jangan samakan aku ketika
aku berusia 5 tahun” kataku.
Eomma tertawa kecil, “Araseo, putra sekarang sudah
tumbuh dewasa”. Aku tersenyum mendengarnya.
--
“Bukankah kau akan pulang?” Aira bertanya padaku,
seperti ia sadar jika aku akan membawanya ke jalan berbeda. Aku tersenyum
tipis, ku tepikan mobilku membuatnya lebih bingung.
“Mian” aku mengenakan sebuah kain hitam untuk
menutupi kedua matanya. “Yak, Oppa. Apa yang kau lakukan?” ia meraba kain yang
kini menutupi penglihatannya.
“Tenang saja, tidak akan lama” ujarku.
“Kau, tidak akan meninggalkan aku bukan?” Aira
sedikit takut. Ku genggam tangannya, “Aniya, aku tidak pernah meninggalkanmu”
Aira membalas genggaman tanganku, sepertinya rasa takutnya sudah menghilang.
Aku ingin membawa Aira ke sebuah tempat, yang
mungkin semua orang di dunia ini mengetahuinya. Tempat dimana semua orang
memasang gembok cinta dan berdoa agar cinta mereka abadi. Ya, tempat itu adalah
Namsan Tower.
“Oppa, kita dimana? Kemana banyak sekali angin”
Aira mengeratkan blaser putih yang ia kenakan. Ku buka penutup matanya dari
belakang.
Aira membuka matanya ketika penutup matanya dilepas
oleh Kyuhyun. Ia memandang takjub melihat pemandangan di depannya, ribuan
gembok terpasang disana. Bukankah ini Namsan Tower?
Aira membalikkan badannya memandang Kyuhyun yang
berada di belakang. “Kau mengajakku kesini” katanya. Aku mengangguk pelan,
“Kita juga harus memasang gembok kita disini” ku tarik tangan Aira untuk
mendekat ke arah ribuan gembok yang terpasang. Ku keluarkan gembok dari saku
jaketku.
“Gembok yang cantik” puji Aira.
Aku tersenyum kecil, “seperti dirimu” pipi Aira
sedikit memerah, ia tersipu malu. Ketika, aku membelinya aku memang sengaja
mencarinya yang secantik mungkin seperti Aira, meskipun Aira lebih cantik.
“Kau mau pasang?” tawarku padanya.
“Bolehkah?” tanyanya. Aku mengangguk, ku berikan
gembok tersebut padanya. Ia menerimanya dengan senang. Ia pun memasang gembok
tersebut bersama ratusan gembok lainnya.
“Eo, aku baru sadar ada insial kita disini” Aira
menunjuk sudut bawah gembok tersebut yang tertulis K & A yang berarti
Kyuhyun & Aira.
“Aku yang mengukirnya sendiri” jawabku lembut.
“Jinjja? Bukankah itu sulit?” aku mengusap
kepalanya lembut. “Semua terasa mudah jika tujukan untukmu” Aira kembali
tersipu malu. Ia menyengol pinggangku pelan, membuatku sedikit meringis.
“Cah, ini yang terakhir” ku berikan salah satu
kunci gembok, Aira menerimanya. Ia memandang terkejut ketika aku tiba-tiba saja
melempar kunci tersebut tanpa arah.
Aku memandang, yang berarti kini gilirannya. “Aku
tidak pandai melepar” sahutnya.
“Gwaechana yang terpenting terlempar” Aira pun
melepar kunci tersebut, wajahnya terlihat senang bisa melepar kunci tersebut.
Srek, tubuh Aira menengang sejenak, ketika ia
merasakan seseorang memeluknya dari belakang dan ia tahu seseorang itu adalah
Kyuhyun.
Aku sandarkan daguku dipundaknya, “Kunci sudah
terlempar entah kemana. Berarti, tidak alasan untuk membuka gembok itu. Dan
tidak ada alasan untuk kita berpisah” Aira tersenyum mendengarnya, ia
mengenggam tangan Kyuhyun yang memeluknya, lalu mengangguk pelan.
“Kau bahagia bersamaku?” tanyaku.
Aira menganggukkan kepala kembali, “Manhi
hangbokhae” lirihnya kemudian. Aku lega mendengarnya. Ku cium pipinya kirinya,
Aira terlihat terkejut tapi detik berikutnya wajahnya terlihat sedikit memerah.
Aku memuar tubuh Aira, agar ia menghadap ke arahku. Ku eratkan pelukanku,
membuat pipi kami bersentuhan. “Sepertinya, kau adalah malaikat yang diutus
Tuhan untuk menggantikan Halmeoni disisiku” aku terkekeh mendengarnya.
“Kau terlalu berlebihan” komentarku.
Aira memandang wajahku, “Menurutku, aku tidak
berlebihan. Aku sangat beruntung memlikimu, aku tidak pernah berpikir sekalipun
aku bisa memiliki namja sempurna sempurna sepertimu”
Aira sudah kembali memujaku dengan berlebihan. “Kau
tahu aku hanya..” ucapan Aira terpotong, karena aku membungkamnya dengan
bibirku. Aku tidak ingin mendengar kelanjutan ucapannya, aku yakin ia akan
kembali mengatakan tentang latar belakangnya.
Aira membuka matanya perlahan, “Sudah ku katakan
jangan pernah mengatakan tentang latar belakangmu lagi padaku. Aku tidak peduli
tentang, meskipun kau anak haram sekalipun, aku akan tetap mencintaimu” Airmata
haru mengalir dari sudut mata Aira.
“Gomawo, Oppa” dipeluknya aku.
Appa, Eomma dan Nona tidak pernah mempermasalahkan
status seseorang yang dekat denganku. Karena, itu aku berani mencintai Aira dan
bahkan jika perlu segalanya akan aku berikan.
Author
Pov
Aira sudah terlihat seperti dahulu, sebelumnya ia
masih terlihat merenung dan terlihat sedih tapi kini ia sudah sering tersenyum
dan tertawa bersama teman-temannya.
“Aira, kau dipanggil pemilik kampus” kedatangan
Jimmy, membuat semuanya terdiam terlebih Aira dipanggil oleh pemilik kampus.
“Kau tahu untuk apa?” tanya Jun Suu. Jimmy
menggeleng, “Ia, hanya menyuruhku untuk memanggil Aira”
“Gwaechana, aku akan menemuinya” Aira beranjak dari
kursinya.
“Kalau terjadi sesuatu katakan pada kami, eo” seru
Haena. Haena menghela nafas kasar, sahabatnya itu tidak menjawab apa-apa ia
malah melanjutkan langkahnya tanpa menoleh ke belakang. Lagipula, itu adalah
sesuatu yang impossible seorang Aira mengatakan masalah padanya dan
teman-temannya. Ia adalah tipe yeoja yang ingin menyelesaikan masalah sendiri
dengan kemampuannnya sendiri.
Aira masuk ke dalam ruangan ketika ia sudah
izinkan. Ia tersenyum lalu membungkukkan badan. Tuan Choi mempersilahkan Aira
untuk duduk.
“Aku mengucapkan terima kasih kembali atas
pertolonganmu pada istriku” Aira mengangguk pelan.
“Tapi, sepertinya kau takut pada kami. Sehingga,
kau memberikan alamat rumah yang salah” Aira sedikit terkejut. “Saya, hanya
tidak ingin orang lain tahu dimana saya tinggal”
Tuan Choi terhenyak sejenak, yeoja di hadapannya
begitu jujur dan berani mengatakan jawaban yang sebenarnya sulit di katakan.
“Bolehkah, aku tahu alasannya?”
Aira memandang pemilik kampusnya, “Anda, tidak akan
percaya dimana aku tinggal” jawabnya mengambang.
“Kenapa, kau yakin sekali jika aku tidak percaya?”
“Semua orang yang ku temui demikan, hanya ada 2
orang yang saja yang percaya padaku” orang itu adalah Haena dan Kyuhyun.
Meskipun teman-teman lainnya menerima berteman tapi mereka masih belum percaya
tempatnya tinggal hingga akhirnya Aira mengajaknya mampir dan saat itulah
mereka baru percaya.
“Katakanlah?”
Aira terdiam sejenak, “Aku tinggal di panti asuhan”.
Mimik wajah Tuan Choi seketika berubah, “Dimana tempat panti asuhan kau
tinggal” Aira mengira perubahan mimic wajah pemilik kampusnya karena ia tidak
percaya dengan apa yang ia katakan tapi ternyata salah.
“Masih di daerah sini, tapi 15 tahun lalu kami
mengubah namanya menjadi rumah bersama” Tuan Choi terdiam sejenak. Mungkinkah
panti asuhan itu adalah panti asuhan yang tidak pernah di datangi pesuruhnya
karena ia sudah berganti nama.
“Berapa umur nak?” Aira mengerutkan kening, “22 tahun”
tapi akhirnya ia menjawabnya. Tuan Choi merasa beban hidup menjadi ringan, ia
memperhatikan wajah yeoja di hadapannya. Apa yang dikatakan istrinya benar,
wajahnya mirip dengan dirinya. Dan bola matanya mirip sekali dengan istrinya.
“Bisakah, aku meminta kau melakukan 1 hal” Aira
terdiam. Sedangkan, Tuan Choi memandangnya penuh harap.
“Apa itu?”
--
Café memang sangat dengan dekat kata santai,
begitulah yang dilakukan oleh 2 namja di café tersebut. Mereka terlihat obrolan
santai.
“Hyung, kau makin tampan saja” Siwon tersenyum
kecil mendengar pujian dari dongsaengnya. Ia menaruh gelas jus yang baru saja
ia minum di atas meja.
“Hei, tumben sekali kau memujiku” Siwon merasa aneh
mendapat pujian tersebut. “Haishh, aku kira kau akan membalas dengan memberikan
pujian yang sama padaku” gerutu Kyuhyun.
Siwon tertawa kecil, benar yang ia rasakan Kyuhyun
tidak benar-benar tulus memujinya. “Ara-ara. Kau juga terlihat berbeda. Seperti
kau sudah memiliki seseorang di hatimu”
Kyuhyun tersenyum kecil, “eo, kau benar sekali”
Siwon hanya menduga asal tapi ternyata dugaannya
benar. “Siapa gadis itu, ceritakan padaku?” tanya Siwon penasaran.
“Seseorang gadis yang sempurna di mataku” Kyuhyun
menjawab sambil menerawang wajah Aira. Siwon yang melihatnya hanya tersenyum dalam
diam, dongsaengnya sudah lebih dewasa.
“Permisi, apa tuan. Ada menu tambahan yang anda
ingin pesan” Siwon menoleh, Kyuhyun tersadar kembali. “Ah, nde” Pelayan itu
memberikan buku menu pada Siwon. Kyuhyun menyedot jus jeruk di hadapanya
sembari memperhatikan Siwon yang sedang memilih menu.
“Ah, ini” Siwon menunjuk satu menu, pelayan itu pun
mencatatnya. “Ah, jangan menaruh bawang goreng di dalamnya. Aku tidak suka
baunya” pelayan itu mengangguk lalu permisi. Sedangkan, Kyuhyun terdiam ia
seperti pernah mendengarnya kalimat itu.
“Kau
mau ikan?” tanya Eomma. Aira melirik sekilas ikan yang dimaksud eomma, “Minhae,
eommanim aku tidak bisa memakan makan yang ada bawang gorengnya”
“Eo,
Wae?”
“Aku
tidak menyukai baunya” Aku terdiam sepertinya aku pernah mendengar kalimat itu
tapi dimana dan siapa yang mengatakannya.
Ia ingat sekarang, bukankah kalimat itu yang
diucapkan Aira ketika makan malam di rumahnya. “Hyung, sepertinya kekasihku
memiliki kesamaan denganmu”
“Kesamaan, maksudmu?”
“Yah, dia tidak menyukai bawang goreng karena ia
tidak menyukai baunya” Siwon terdiam.
“Bolehkah aku tahu nama kekasihmu?” tanya Siwon
kemudian.
“Aira, Choi Aira” Siwon merasa tidak asing dengan
nama tersebut. “Kau tahu dimana rumahnya?” Kyuhyun mengerutkan kening. “Mianhae,
Kyuhyun ah bukan maksudku ingin tahu tentang kekasihmu tapi ada sesuatu yang
ingin ku tanyakan padanya”
Kyuhyun memandang Siwon, wajahnya terlihat memohon.
“Hyung, dia bukan yeoja yang hidup seperti yeoja pada umumnya. Ia memang tumbuh
menjadi yeoja yang cantik tapi ia tidak memiliki keluarga”
“Maksudmu, dia yatim paitu?”
“Ani, lebih tepat dia di buang orang tuanya 22
tahun yang lalu” Siwon berpikir sejenak, “22 tahun yang lalu, bukankah adikku
diculik 22 tahun yang lalu pula?” batin Siwon.
“Kyuhyun ah, aku mohon pertemukan aku dengannya?”
pinta Siwon. Kyuhyun sedikit terkejut dengan perubahan sikap Siwon.
“nde”
--
Aira memasuki ruangan di sebuah rumah sakit, satu
hal yang diminta dari pemilik kampusnya adalah memintanya untuk tes DNA.
Selama perjalanan ke rumah sakit, ia menjelaskan
panjang lebar mengenai anaknya yang hilang bukan hilang melainkan diculik oleh
pesaing bisnisnya. Orang itu sudah dipenjara tapi ia tidak pernah mau membuka
mulut tentang keberadaan anaknya. Ia bahkan memilih mati daripada memberitahu
dimana anaknya berada.
Tak lama ia pun keluar dan duduk di samping pemilik
kampusnya. Pemilik kampus itu tersenyum padanya, “Aira, jika kau memang anakku.
Kau akan menerima kami kan?” ia memandang dengan tatapan seorang Appa yang
merindukan anaknya.
Aira mengangguk pelan, ia sudah berjanji menerima
keluarganya kembali asalkan mereka memberikan alasan yang masuk akal. Dan ia
kini tahu orang tuanya tidak pernah sekalipun berniat membuangnya. Ia di culik
lalu dibuang di panti asuhan.
1 jam menunggu, seorang usia keluar dari ruangan
tersebut. Tuan Choi dan Aira pun beranjak berdiri, “Bagaimana hasilnya?” tanya
Tuan Choi.
Usia itu tersenyum, “Hasilnya, positif Tuan Choi.
Dia putri anda” Tuan Choi tersenyum senang. Ia beralih memandang Aira, “Anakku”
ia menangkupkan kedua tangannya di pipi Aira. “Anakku” lalu menariknya di dalam
pelukannya.
“Anakku” ucapnya.
“Appa” ucap Aira. Tuan Choi mengeratkan pelukannya
ketika mendengar Aira memanggilnya Appa. “Nde, sayang. Ini Appa”
“Appa” Aira terisak.
Unsia yang melihat itu memberikan ruang ke keduanya
mencurahkan kerinduan masing-masing. Ia pun pamit pergi.
--
“Appa, bagaimana keadaan eomma?” tanya Aira ketika
mereka dalam perjalanan ke rumah Aira. “Eomma, lebih baik setelah bertemu
dengan beberapa hari lalu” Aira lega mendengarnya.
Appa mengatakan juga jika ia kehilangan anak
ketiganya. Dulu ia sudah menjaganya dengan pengawal tapi tetap saja lolos.
Tuan Choi memandang panti asuhan yang menjadi
tempat tinggal putrinya selama 22 tahun ini. Bangunannya sangat sederhana
bahkan jauh dari rumah yang ia tempati.
“Kajja, Appa” Aira mengajak Appanya untuk masuk
menemui Minho.
“Nona pulang” seru Aira.
“Nona, kenapa kau pulang terlam..” Minho baru saja
ingin mengomel karena Aira pulang terlambat tapi ketika melihatnya datang
dengan seorang Namja yang berumur. Perasaan aneh menyelimutinya.
“Appa, dia adikku. Choi Minho” Appa memandang
Minho, sedangkan Minho memandang tidak percaya dengan sebutan yang baru saja
dikatakan Aira.
Tuan Choi mendekati Min Ho, “Anakku” lirihnya. Min
Ho masih terdiam, “Ini Appa sayang, appa kandungmu” Min Ho masih terdiam, ia
masih bingung dengan apa yang terjadi.
Aira mendekat, ia menepuk pundak Min Ho. “Min Ho
ya, ini Appa. Appa kandung kita” Min Ho memandang Aira, Aira mengangguk cepat.
Min Ho beralih memandang ke arah Tuan Choi. “Appa” panggilnya lirih.
“Nde, anakku. Ini Appa” keduanya pun berpelukan.
Airmata Aira kembali mengalir melihat Appa dan Adiknya berpelukan.
Appa melepaskan pelukannya pada Min Ho, “Kemarilah”
Appa mengajak Aira untuk ikut memeluknya. Aira tersenyum ia pun memeluk Appa
bersama dengan Min Ho.
Disisi lain Kyuhyun dan Siwon berdiri terdiam
sambil menyaksikan pemandangan haru di depannya.
Siwon tersadar lebih dulu, ia berjalan mendekat.
“Appa” ketiganya pun melepaskan pelukan mereka mendengar ada yang suara yang
memanggil Appa.
“Eo, Siwon ah” Siwon tersenyum.
Siwon memandang Aira dan Min Ho. “Siwon Ah, dia adik-adikmu yang hilang” raut
wajah Siwon terlihat senang dan terharu.
“Kalian tidak ingin memelukku” Siwon merentangkan
kedua tangannya, baik Aira dan Min Ho lansung berhambur.
“Oppa” lirih Aira.
“Hyung” lirih Min Ho.
“Adikku” sahut Siwon.
Appa tersenyum melihat anak-anaknya sudah bersatu
kembali. Ia menoleh dan baru sadar jika ada sosok yang memperhatikan mereka.
“Kyuhyun ah” panggilnya. Kyuhyun hanya tersenyum
dan membungkukkan badan. Siwon melepas pelukannya pada adiknya terutama Aira.
“Oppa” Kyuhyun tersenyum lalu berjalan mendekat.
“Dia, kekasihku appa” Appa terlihat senang.
“Sepertinya, perjodohan itu tidak perlu
dibatalkan?” Aira mengerutkan kening.
Appa mencolek hidung Aira pelan, “Sejak kecil
kalian sudah dijodohkan. Tapi, karena kau menghilang kami menundanya. Dan
ternyata kalian memang berjodoh”
Baik Aira dan Kyuhyun merasa senang mendengarnya.
“Ternyata kau jodohku” goda Kyuhyun sambil merangkul Aira. Aira tersenyum
malu-malu, “berhenti menggodaku” pinta Aira.
--
“Tuan besar dan Tuan Muda sudah pulang Nyonya”
pelayan datang menghampiri Nyonya Choi yang sedang menyiapkan makan malam
mereka.
Ia tersenyum lalu mengangguk, pelayan itu pun
permisi pergi.
“Hei, Appa memiliki rumah besar. Impianku adalah
membangun rumah besar seperti ini untuk Nona” celetuk Min Ho. Appa tersenyum,
“Ini rumahmu juga” Min Ho terkekeh mendengarnya.
Appa lansung mengajak anak-anaknya ke ruang makan,
di ruangan tersebut terlihat eomma yang sedang menyiapkan makan malam.
“Yeobo” panggilnya lirih. Nyonya Choi menoleh, ia
memandang 2 sosok yang bersama suami dan putra tunggalnya.
“Eomma” panggil Aira dan Minho bersamaan. Airmata
Eomma mengalir, ia merentangkan kedua tangannya. Aira dan Min Ho berlari
menghampirinya dan berhampur dalam pelukannya.
“Eomma” panggil mereka kembali.
“Anakku” lirih Eomma.
Siwon merangkul Appa yang terlihat sudah menangis
kembali. “Appa yang terhebat” pujinya. Appa tersenyum mendengarnya.
Malam ini Aira dan Min Ho menginap di rumah orang
tuanya. Min Ho tidur bersama Appa dan Siwon sedangkan Aira tidur bersama eomma.
Aira sudah tertidur dalam dekapan eomma. Ia merasa dekapan eomma terasa sangat
hangat dan nyaman.
“Yeobo, sepertinya kita bisa membicarakan kembali
perjodohan anak kita dengan keluarga Cho” Nyonya Choi yang sedang merangkai
bunga pun berhenti sejenak.
“Ah, benar. Kau atur saja pertemuan dengan mereka”
ucapnya sembari melanjutkan kegiatannya. Tuan Choi tersenyum, ia mencium puncak
kepala istrinya sebelum ia pergi.
Kyuhyun
Pov
Aku duduk di kursi untuk makan malam, Appa dan
Eomma mengatakan jika ada hal yang penting yang ingin bicarakan.
15 menit waktu berjalan tidak ada satu pun dari
mereka yang berbicara. “Sebenarnya, apa yang Appa dan Eomma ingin bicarakan?”
aku bertanya lebih dahulu.
Appa dan Eomma memandang satu sama lain, Eomma
memberikan kode agar Appa yang mulai berbicara. “Kyuhyun ah, ini memang mungkin
hal yang sulit untukmu tapi hal ini sudah kami rencakan sejak lama”
Aku memandang Appa dengan pandangan santai,
“Katakan saja, Appa” pintaku to the point. Appa mengambil nafas dalam-dalam,
“Kami sudah menjodohkanmu dengan putri dari keluarga Choi.”
“Geureseo” Kyuhyun terlihat tidak begitu
memusingkan hal itu.
“Kyuhyun ah, besok malam kita akan makan malam
bersama mereka untuk membahas kelanjutan perjodohan ini. Tapi, jika kau tidak
setuju dengan perjodohan ini, karena kau sudah memiliki Aira kau bisa menolaknya
ketika acara makan malam itu”
Aku meminum air di sampingku, “Lakukan saja, aku
tidak akan menolaknya”
Bukannya hanya kedua orang tuanya, Ahra Nona juga
terlihat terkejut mendengar jawaban dari mulut Kyuhyun. “Myoya, kau mau
menyakiti Aira” omel Ahra. Ahra sudah lumayan dekat dengan Aira.
Aku mendengus kecil, “Tidak ada di kamus hidupku,
untuk menyakitinya”
“Jadi, kenapa kau menerima perjodohan ini?”
Aku terdiam, “Dia, jodohku. Aku tidak bisa
menolaknya” ucapan Kyuhyun seperti abu-abu bagi keduanya dan Ahra. Mereka tidak
berkomentar apapun lagi.
Besok
Malam
“Kau yakin, tidak ingin ikut bersama kami?” Eomma
berkali bertanya padaku. Sepertinya, ia takut jika aku kabur dari acara.
“Nde, eomma. Tenang saja aku pasti datang” Eomma
mengangguk pelan.
“Jika, kau tidak datang, habis riwayatmu di
tanganku” ancam Ahra.
“Hu, menakutkan” aku malah menggoda Nonaku. Ia
berdecak kecil, “Sudah berangkatlah, hati-hati di jalan”
“Jangan lupa datang, eo” aku mengangguk. Mobil Appa
pun mulai berjalan, aku melambaikan tangan ke arah mobil.
Setelah mobil Appa sudah keluar, ia pun masuk ke
dalam mobilnya. “Aku kesana sekarang” ia mengirimkan pesan.
Tring, Aira membuka ponselnya ketika ada pesan
masuk. “Aku kesana sekarang” Aira tersenyum membacanya.
“Kau tidak apa-apa berangkat sendiri, eo?” tanya
Eomma, ia sudah masuk ke dalam mobil bersama yang lain.
“Gwaechana, eomma.”
“Yasudah, jika ada sesuatu lansung telepon eomma,
eo” Aira mengangguk pelan.
Mobil Appa pun mulai keluar dari rumah, selang
beberapa menit, sebuah mobil masuk ke dalam rumahnya.
Mobil tersebut berhenti di hadapannya, kaca mobil
itu pun perlahan turun. “Kajja, masuk” Aira mengangguk pelan, ia pun masuk.
“Bisakah kencan lebih dulu sebelum ke tempat tujuan
utama?” tanyaku sembari focus mengendarai mobil. “Yak, jangan bercanda” seru
Aira.
“Okey, aku akan lansung ke tempat tujuan utama kita
dengan satu syarat”
“Mwonde”
Aku tersenyum kecil, “Kau tahu sayang, akhir-akhir
ini bibirku merasa merindukan sesuatu yang lembut. Jadi…” Aira lebih dulu
membungkam Kyuhyun dengan bibirnya. Aku menutup mataku, merasakan bibirnya
menempel dibibirku.
Tin Tin.
Kami tersentak kaget, mendengar bunyi klakson di
belakang kami. “Haishh” aku buru-buru mengendarai mobil, ternyata lampu sudah
kembali hijau. Karena terlalu terlarut dengan kegiatan tadi aku sampai lupa.
Aku melirik sekilas Aira, yang tertawa kecil. Apa
dia menertawakan aku?
Kedua orang tua itu sama-sama bingung menjawab
kemana perginya anak-anak mereka. “Tenang saja, Kyuhyun berjanji akan datang”
ucap Eomma Kyuhyun.
“Min Ho ah, dimana Nonamu” tanya Eomma pada Min Ho.
“Aku akan meneleponnya” baru saja ingin beranjak Min Ho melihat Nonanya dan
Kyuhyun yang baru saja masuk. Dan kini berjalan menuju kursi mereka.
“Eomma, Nona datang” semua mata pun memandang ke
arah pandangan Min Ho. Terlihat, Aira yang berjalan bersama Kyuhyun sambil
bergandengan tangan satu sama lain. Mereka tidak ada kecanggungan sedikit pun
yang terlihat di mereka berdua. Mereka terlihat romantic karena saling
tersenyum satu sama lain.
“Eoh, itu dia” Aku mengajak Aira mendekat ke meja
yang sudah dipesan.
“Annyeong haseyo, maaf kami terlambat” ucap Kyuhyun
dan Aira bersamaan lalu membungkukkan badan secara bersamaan. Hanya Appa, Siwon
dan Min Ho yang tidak terkejut melihat mereka seperti itu. Tapi yang lain
memandangnya tidak percaya.
“Eo, Gwaechana. Kajja, duduk” ajak Eommaku.
“Kajja, duduk” aku mempersilahkan Aira untuk duduk
lebih dahulu. Ia tersenyum tipis, aku di duduk kursi sampingnya.
Appa Aira menceritakan semuanya, hingga hubungan
kami. “Pantas saja, kau tidak menolak di jodohkan Kyu, ternyata kau tahu siapa
jodohmu” ucap Eommaku, aku tersenyum mendengarnya.
Aira
Pov
Berita mengenai keluarga kandungku menjadi
pembicaraan topic hangat di kampus. Mereka mengucapkan selamat padaku.
Bukan hanya di kampus saja, Appa memasang iklan
tentang kami. Foto keluarga kami terpasang di ratusan web berita online di
Korea, dan menjadi trending topic dari Korea.
Semua pengurusan mengenai panti asuhan diberikan
sepenuhnya padaku. Appa dan Eomma sebenarnya menyuruhku dan Min Ho tinggal
bersamanya, aku ingin tapi adik-adikku juga membutuhkanku. Aku berjanji akan
mengunjungi eomma 1 jam setiap harinya.
--
“Kau terlihat cantik” puji Haena melihat pantulanku
di cermin. Aku tersenyum tipis. Ku memandang pantulan diriku yang kini
menganggukan gaun pengantin.
Pintu perlahan terbuka, “Sudah waktunya ke altar”
ucap Siwon Oppa. Aku memandangnya, senyumku lansung terbit melihat Si Yon
datang bersama bersama Yoona Eonnie. Dia adalah anak pertama Siwon mereka menikah
3 tahun lalu. “Figthing” Yoona Eonnie menyemangatiku.
Rangkain acara pernikahan pun berakhir. Semua
melihat terlihat bahagia, terlebih teman-teman Aira yang turut hadir.
Ternyata cita-cita yang inginkannya semua terwujud
meskipun sebenarnya ia ingin sekali membahagiakan lebih Halmeoninya. Ah, ketika
selesai ucap janji suci, aku lihat sosok Halmeoni yang duduk di salah kursi
undangan. Ia tersenyum padaku, tapi sekilas kemudian dia menghilang. Bukankah
dia bahagia?
“Oppa” panggilku.
“Hem” gumamnya.
Aku menoleh ke samping, mempastikan Kyuhyun masih
terjaga. “Kau belum tidur?” ia memelukku, menarik selimut agar menutupi tubuh
kami yang tidak mengenakan sehelai benang pun.
Aku memandang langit-langit kamar, “Bukankah, ini
takdir Tuhan. Aku bahkan sempat tidak percaya jika Tuhan begitu baik padaku
karena ia memberikan takdir yang begitu sempurna bagiku”
Kyuhyun tersenyum menanggapi ocehan istrinya itu. “Ia
memberikan ku segalanya bagiku, semua dan termasuk kau” aku memandang ke arah
Kyuhyun ketika mengatakan “Kau”.
Kyuhyun mencubit hidungku pelan, “Apakah aku
seseorang yang berarti untukmu?” tanyanya.
“Ani” Kyuhyun terkejut. “Kau bukan seseorang yang
berarti tapi kau adalah seseorang yang sangat berarti untukku” senyum pun
kembali menghiasi wajah Kyuhyun. Ia menarik tubuhku, mendekatkan kepalaku pada
lehernya.
“Tuhan memang baik kepada setiap umatnya” ujarnya.
Aku mengangguk dalam dekapannya. Memeluk pinggang Kyuhyun.
“Apalagi jika umatnya adalah yeojamu sepertimu”
tambah Kyuhyun dalam hatinya.
--
“Aku tahu waktuku tidak akan lama lagi” Kyuhyun
terdiam mendengar penuturan Halmeoni. “Halmeoni” lirihnya. Ia tersenyum kecil,
“Gwaechana. Semua orang hidup itu akan mati, Kyuhyun ah dan aku tidak pernah
takut akan kematian. Bukankah kematian akan mendekatkan kita pada Tuhan”
Kyuhyun hanya bisa mengangguk lemah, ia mencoba tersenyum.
“Berjanjilah padaku untuk menjaga dan mencintai
Aira seumur hidupmu dan jangan pernah membuatnya menangis” Ucapan Halmeoni
terdengar seperti sebuah permintaan.
Aku mengangguk mantap, “Kau mau berjanji padaku
kan?” ia kembali bertanya padaku.
“Nde, Halmeoni aku berjanji” aku bisa melihat wajah
kelegaan dari wajah yang sudah tua. Ia bahkan tersenyum lepas padaku.
-The
End-
No comments:
Post a Comment