Author: Hyunjielfdevilkyu
====
“Jiwa-jiwa
burung kertas, kemudian terbang, meliuk dan menyalip, ke dalam dimensi ruang,
jarak dan waktu, mengabulkan permintaan mereka… dan mencari anak manusia
lain dengan mimpi serta harapan besar yang sama, untuk di wujudkan!”
(Hiroshima
Peace Memorial)
====
Book
1. Shin Jiae.
19
Februari.
“Kumohon jangan
mengambil gitar itu.” Jiae bergetar. Berkata disela tangisnya dan rasa sakit di
pergelangan tangannya akibat genggaman kasar seorang pria.
“Diam saja nona,
jika kau mau baik-baik saja,” pria bertubuh besar yang ada di samping Jiae
menyeringai dan menatapnya dengan tatapan puas.
“Apa yang kalian
lakukan!?”
Jiae mengangkat
kepala, mendengar seseorang yang ada di ujung lorong tempatnya ditarik saat
ini. Mata coklatnya menatap pria yang mengunakan penutup hoodie itu dengan
tatapan memohon untuk dibantu dan benar saja beberapa saat kemudian ia datang
dengan sebuah tongkat kayu, memukul beberapa pria yang mengerumuninya hingga
beberapa dari mereka terjatuh.
Bugh`
Suara cukup keras
terdengar saat sebuah kayu menyentuh punggung dan tangan pria berhoodie hitam
itu hingga membuatnya terjatuh. Jiae tersentak, menyadari seseorang dibalik
hoodie hitam tersebut. Dadanya sesak, jantungnya terasa benar-benar sakit saat
ini. “Hentikan kumohon, kalian boleh mengambil semuanya,”
“Kyuhyun~ssi,
Gwaenchana?”
Terbangun dari tidurnya dengan
napas memburu, Jiae menyentuh dadanya. Kejadian beberapa jam lalu yang masuk ke
dalam alam bawah sadarnya membuat ia kembali takut. Keringat dingin bahkan
mengalir di pelipisnya. Beberapa saat mengatur napas kembali, Jiae menatap
pintu kamar yang berada beberapa meter di depan. Teringat dengan ucapan Kyuhyun
agar ia menganggap kejadian semalam tidak pernah terjadi, tapi bagaimana bisa?.
Cho Kyuhyun…pria itu terluka karena menolong dirinya. Pergelangan tangan kanan
Kyuhyun retak akibat pukulan keras pria semalam dan itu sangat berakibat fatal
bagi seseorang yang bergelut di dunia musik, terlebih ia tahu jika Kyuhyun
menyukai fotografi dan akan mengikuti lomba musik beberapa minggu mendatang.
Jiae mengusap wajah, merasa bodoh
karena telah menghancurkan impian Kyuhyun secara tidak langsung. Dan bagaimana
mungkin ia melupakan kejadian itu, menganggap semuanya tidak pernah terjadi. Ia
tidak ingin seperti ini, sekalipun dirinya adalah salah satu pengagum Kyuhyun
di Universitasnya ia bukan ingin mengambil kesempatan untuk mendekati Kyuhyun.
Beberapa lama terdiam, Jiae
mendengar suara pintu dibuka. Matanya membulat melihat Kyuhyun sudah berdiri
dengan baju lengkap semalam, setahunya Kyuhyun diminta menginap untuk beberapa
hari di Rumah Sakit tapi yang dilihatnya kini.
“Apa yang kau lakukan di sini?”
Kyuhyun menatap Jiae lurus, lalu berdecak. “Pulanglah, Apa kau tidak
mendengarku nona.” Ucap Kyuhyun sebelum meneruskan langkahnya. Meninggalkan
Jiae yang masih mematung.
Tersadar. Jiae berdiri, mencoba
menyusul Kyuhyun. “Kenapa kau tidak istirahat? Bukankah dokter memintamu untuk
menginap –“.
“Aku tidak suka menghabiskan waktu
di tempat seperti ini. Tidak pulang semalam sudah lebih dari cukup,” potong
Kyuhyun sekenanya.
“Tapi,” Jiae bergumam dan terdiam,
tau jika apa yang dikatakannya tidak akan pernah didengar Kyuhyun.
“Pulang saja. Bukankah sudah
kukatakan, angap kita tidak pernah bertemu.”
Jiae menghentikan langkahnya,
menatap punggung Kyuhyun yang semakin menjauh. Perkataan terakhir pria itu
sedikit membuatnya sedih, ia tahu bahkan sangat tahu jika dirinya bukan
siapa-siapa. Pertolongan Kyuhyun semalam hanya karena pria itu tidak sengaja
melintasi daerah itu untuk pergi ke gedung yang berada tepat di sebelahnya. Haruskah aku melupakannya Kyu,
batin Jiae. Tersenyum miris.
***
Apa
harus seperti ini?
Berakhir
dengan membuat orang lain terluka,..
Lalu,
Bagaimana mungkin aku menganggap semua ini tidak pernah terjadi. Melupakannya…
Terlalu
sulit..
Bukan
karena ia adalah seseorang yang kusukai, karena ia tidak akan pernah bisa
kugapai,..
Karena
ia terlalu…Bersinar?
Dan
untuk cinta bodoh ini, tidak akan pernah berarti apapun baginya,..
Satu
hal yang ingin kulakukan,..
Melakukan
sesuatu yang berarti dan membayar apa yang telah ia lakukan,..
_Shin
Jiae_
***
Book
2. Shin Jiae.
3
Maret.
Menghela napas dan memainkan sepatu
kets yang ia gunakan, Jiae menyandarkan punggungnya pada dinding lorong kelas
yang sudah beberapa hari ini menjadi tempatnya menunggu seseorang. Hati
kecilnya selalu berharap jika Kyuhyun mau menerima bantuannya, bantuan yang
bahkan ia sendiri tidak pernah berpikir apa. Ia tahu Kyuhyun sudah cukup sering
mengatakan jika tidak ada yang perlu dibahas lagi, bahkan terkadang pria itu
tidak menganggapnya ada selama kurang lebih satu minggu ini setelah ia
mati-matian mencoba memberanikan diri pergi bertemu Kyuhyun di luar kelasnya.
“Apa kau tidak mendengarku,”
Kyuhyun menatap Jiae dingin, seolah menegaskan apa yang sedang ia katakan.
“Aku tidak bisa melupakannya,” Jiae
menunduk, ia sadar Kyuhyun bukan seseorang yang mudah luluh bahkan ketika
melihat seorang gadis menangis di hadapannya karena selalu ditolak. Tidak,
Kyuhyun bahkan cendrung tidak peduli dengan gadis-gadis yang menyukainya.
Kyuhyun mendecak, lalu melangkah
mendekati Jiae. Meletakan satu tangannya pada dinding yang berada di sebelah
kepala Jiae, hingga mengundang beberapa orang yang baru keluar dari kelas
tersebut. “Apa kau sengaja melakukan ini untuk menarik perhatianku? Kau bahkan
tahu kelasku di mana nona Shin,” desis Kyuhyun, terdengar menyindir karena
berpikir gadis di hadapannya kini adalah salah satu dari sekian banyak
orang-orang yang membuatnya muak.
Jiae menelan ludah kasar, mengerti
dengan maksud Kyuhyun. Sakit. Ia tidak pernah membayangkan ini sebelumnya,
mungkin jika ia berada di posisi Kyuhyun perkataan itu memang pantas diucapakan
sekalipun ucapan itu sedikit menyakitkan. “Mianhae jika kau berpikir seperti itu, tapi
sungguh aku hanya ingin melakukan sesuatu yang bisa membantumu. Aku tidak bisa
terus berdiam, menganggap pertolonganmu –“.
“Kau keras kepala,” Kyuhyun
menyela, menatap Jiae dan menyeringai. “Jangan menyesal dengan apa yang kau
katakan.” Ucap Kyuhyun, lalu memundurkan tubuhnya. Melangkah meninggalkan Jiae
dan berhenti, “Kau bisa membawa mobil?”
“Nde?” Jiae berseru, masih tidak
percaya jika Kyuhyun mau menerima bantuannya sekalipun dengan kata-kata yang
terlihat ..meragukan?.
“Berhenti.”
Jiae mengerutkan kening, melihat
deretan club yang berada di daerah Itaewon dan ucapan pertama Kyuhyun setelah
ia mengambil alih kemudi mobil Hyundai hitam pria itu yang sebelumnya disupiri
oleh orang suruhan keluarga Cho, mengingat Kyuhyun tidak bisa menggunakan
tangan kanannya untuk beberapa waktu.
Kyuhyun membuka pintu dan turun. Ia
menatap Jiae sesaat dan mengangkat alis “Wae? Apa yang kau lihat? Cepat
turun.”
“Kau mau kemana?” Jiae mencoba
angkat suara, setelah sebelumnya mengunci mobil Hyundai hitam milik Kyuhyun.
“Menurutmu?”.
Sudah hampir tiga jam Jiae merasa
gelisah, menatap orang-orang di seklilingnya yang terlihat menikmati suara
debuman musik bahkan ketika suara keras itu membuat dadanya sakit. Jiae
menunduk, menatap jam tangannya untuk kesekian kali dan melihat ke arah Kyuhyun
yang berada beberapa meter di sampingnya dengan gadis-gadis berbeda setiap
menit. Menjatuhkan dagu pada kedua tangan yang ia lipat di atas meja, Jiae
melihat gelas bening yang tidak pernah ia sentuh sedikitpun.
“Apa kau sendiri nona?”
Jiae mengangkat kepala, menatap
pria yang kini berdiri di hadapannya. “Jangan menggangguku,”
Tersenyum penuh arti, pria yang
sebelumnya berdiri itu mengambil tempat di samping Jiae “Kau terlihat bosan,
kutemani saja.”
Menahan napas, Jiae bisa mencium
harum alkohol dari tubuh pria itu. Ia bergeser, memberi jarak yang cukup besar
tapi beberapa detik kemudian matanya membulat, merasakan dirinya ditarik dan
dipeluk. “Ya! lepaskan.” Meronta, Jiae tidak bisa melapaskan diri ditengah
pelukan erat pria yang tidak ia kenal.
“Lepaskan dia bodoh, apa kau tidak
mendengarnya?” Kyuhyun menarik lengan Jiae dengan tangan kirinya, menatap tajam
kearah pria yang terdiam melihat Kyuhyun.
“Mianhae, kupikir dia sendiri
Kyuhyun~ssi.”
Jiae mengeratkan genggaman
tangannya di lengan Kyuhyun, sedikit terkejut mengetahui jika pria yang ada di
depannya kini tahu nama Kyuhyun. “Kau mengenalnya?” tanya Jiae, menatap
Kyuhyun tapi tidak ada jawaban apapun yang ia dapat.
“Gadis ini milikku, jadi jangan
mengganggunya kau mengerti,” Kyuhyun menarik Jiae yang terdiam mendengar
ucapannya, seolah ia tidak peduli dengan ekspresi keterkejutan di wajah Jiae.
“Milikmu?” Jiae bergumam.
Menghentikan langkahnya setelah mereka berada di luar club tadi.
“Keberatan?” Kyuhyun berbalik,
menatap Jiae dengan satu alis diangkat. “Bukankah sudah kuperingatkan
sebelumnya, jangan mendekatiku dan kau –“
“Aniyo, Aku tidak keberatan.” Tukas
Jiae dan tersenyum, melangkah ke arah mobil Kyuhyun. “Kau mau pergi kemana
lagi?.”
***
Bukankah
ini yang kuinginkan,..
Mencoba
membantunya dan melakukan sesuatu yang berguna untuknya,..
Tapi
bagaimana bisa perasaan miris dengan perlakuan semena-mena darinya membuatku
sakit,..
Ataukah
hati kecilku ingin diperlakukan dengan baik darinya, bahkan ketika kenyataan
yang kulihat,..
Kenyataan,
jika ia tidak menganggapku benar-benar ada,..
_Shin
Jiae_
***
Book
3. Shin Jiae.
15
Maret.
Udara terasa sejuk, berhembus
ringan pagi ini. Pepohonan terlihat mulai bersemi, berganti dengan daun baru
yang sudah hilang dimakan musim salju. Jiae tersenyum, menarik napas panjang
dan menatap taman yang berada di Kyunghee University. Mata coklatnya berhenti
pada satu titik, tepat di bawah pohon maple yang kini diduduki oleh seorang
pria, ia..Cho Kyuhyun.
Melangkah perlahan, Jiae mendekat
ke arah Kyuhyun, pria yang sudah beberapa minggu terakhir selalu ia ikuti
kemauannya. “Kau membuat lagu?” Jiae duduk di samping Kyuhyun, menatap lembaran
yang ada di tangan pria itu.
“Bukankah kau bisa melihat
sendiri,” jawab Kyuhyun sekenannya, tidak berniat berbicara lebih jauh Kyuhyun
mengambil gitar yang ia sandarkan pada pohon di sampingnya. Mencoba memetik
beberapa nada dengan tangan kirinya. Ia mendesah, tahu pasti jika bermain gitar
akan terlalu sulit mengingat keadaan tangannya.
“Aku bisa memainkannya, kau tinggal
memberitahu nada yang kau inginkan,” Jiae tersenyum, meraih gitar di tangan
Kyuhyun. Menunduk, Jiae memetik senar gitar milik Kyuhyun, bermain pelan dengan
lagu yang sering ia mainkan beberapa bulan lalu. “Jiyongoppa mengajarkanku bermain gitar sejak
sekolah dulu, tapi sayang pemberian gitar pertamanya untukku tidak bisa
kujaga.”
Kyuhyun menatap Jiae dari sudut
matanya, tertarik dengan permainan gadis itu sebelumnya. Ia mengerti begitu
mengingat kejadian malam itu, saat dimana ia bisa melihat jelas jika Jiae
menatap sebuah gitar yang dibawa oleh pria-pria tidak bertanggung jawab, seolah
Jiae hanya peduli tentang gitarnya, tidak dengan barang-barangnya yang lain.
“Mianhae,” Gumam Jiae, menunduk dan
menatap Kyuhyun penuh penyesalan. “Mianhae, karena kau tidak bisa
mengikuti lomba musik dua hari lalu –“
“Kau tidak akan pernah bisa merubahnya.”
Tukas Kyuhyun, menatap lurus ke depan.
Hening. Lama terdiam dengan
pemikiran masing-masing, Jiae berdiri dari duduknya. Melangkah ke dekat pohon
maple di samping Kyuhyun. Tersenyum dan menarik lengan Kyuhyun untuk melihat ke
arahnya, Jiae menunjuk sebuah tumbuhan yang berada tepat di bawah pohon maple
tersebut. “Kau tahu ini bunga apa Kyu?”
“Ani,” jawab Kyuhyun sesaat setelah
melihat bunga yang ditunjuk Jiae. Mata hitamnya seolah lebih tertarik dengan
sorot mata coklat Jiae yang terlihat berbinar.
“Bunga Iris,” gumam Jiae.
Mengalihkan tatapannya untuk menatap Kyuhyun. Terdiam, kedua mata yang menatap
satu sama lain itu seolah tengelam dalam dimensi lain, menimbulkan sebuah rasa
aneh. Jiae tersadar, lalu dengan cepat kembali menatap bunga depannya. “Bunga
Iris seharusnya hanya berbunga di bulan februari,” mengambil jeda, Jiae kembali
menarik kedua sudut bibirnya. “Dan bunga Iris memiliki makna harapan. Kau tahu
Kyu, tiga kelopak bunga Iris melambangkan keyakinan, keberanian, kebijaksanaan,
harapan –“.
“Kau sengaja mengatakan ini?” sela
Kyuhyun. Mengambil tempat duduk kembali seperti sebelumnya, “Harapan? Kau
mengarangnya eo? sudahlah kau tidak perlu mengarang sejauh itu, Aeya.”
“Nde?” Jiae berseru, sedikit
terkejut dengan kata terakhir Kyuhyun. Panggilan untuknya,Aeya?.
Ia bahkan tidak terlalu memikirkan jika ucapan Kyuhyun sebelumnya mengarahkan
kesimpulan jika pria itu mengira ia mengarang cerita tentang bunga Iris, bunga
yang begitu ia sukai. Bunga yang berbunga saat bulan kelahirannya.
“Bahkan dengan bunga itu, tidak
akan pernah bisa mengubah fakta,” ucap Kyuhyun dengan suara rendah. Menatap
kembali langit pagi itu yang tampak cerah.
Setelah beberapa saat terlewat dan
Kyuhyun tetap bergeming, tetap dengan sorot mata kosong menatap ke arah langit.
Jiae tersadar, semua yang dikatakannya tidak berarti bahkan mungkin untuk
sesuatu yang sudah ia geluti beberapa minggu lalu semenjak kejadian itu. Bangau
kertas.
***
Apa
harapan itu sudah tidak ada lagi?
Mungkin
jika melihat keadaan tangannya akan sulit untuk kembali bermain dengan
gitarnya, tapi apa hanya karena itu?
Ia
bahkan memiliki suara yang indah,..
Ataukah
aku yang terlalu banyak berharap?
Seperti
apa yang ia katakan.. tidak akan pernah merubah fakta?
_Shin
Jiae_
***
Book
4. Shin Jiae.
30
Maret.
Angin berhembus ringan membuat
ilalang yang tumbuh hingga sebatas pinggang orang dewasa tersebut bergerak
mengikuti. Jiae masih diam di posisinya, membungkuk dan mengatur napas setelah
cukup jauh berjalan dengan usaha yang benar-benar keras. “Bisakah kita istirahat
sebentar,” terduduk, Jiae menatap Kyuhyun yang kini berada di depannya. “Dadaku
sakit.”
“Kita bahkan belum mencapai
setengah perjalanan Shin Jiae,” Kyuhyun membungkuk, menatap wajah Jiae yang
kini tampak pucat pasi. “Bukankah sudah kukatakan jangan ikut, kau benar-benar
keras kepala nona Shin.”
“Kau tidak mengatakan akan kemana.”
Mengadah, Jiae menatap Kyuhyun sayu. “Apa kita bisa berhenti di sini saja?”
ucap Jiae dengan nada memohon.
“Di kaki gunung Hwawang?” Kyuhyun
mendesah, lalu mengambil tempat di samping Jiae. “Merepotkan.”
“Mianhae,” Jiae menunduk. Merasa
bersalah. “Apa kau begitu ingin ke atas? Apa yang akan kau lakukan jika kita
sampai di sana?”.
Kyuhyun memiringkan wajah, menatap
Jiae untuk sesaat. “Memotret.”
Membulatkan mata, Jiae mencoba
memastikan ucapan Kyuhyun dan yang ia lihat tidak ada kebohongan dari sorot
mata hitam itu. “Kau memotret lagi?”
“Wae? Jika hanya memotret tanganku
bisa melakukannya.” Kyuhyun mengangkat tangan kanannya di udara, lalu menatap
Jiae dan tersenyum seolah meyakinkan gadis di sampingnya.
Jiae tersenyum. Merasa hangat di
hatinya dengan senyuman pertama Kyuhyun, senyuman yang terlihat tulus. Ia
teringat bagaimana perlakukan Kyuhyun sebelumnya, sesuatu yang terlihat jelas
jika pria di sampingnya tidak menganggapnya ada, tapi setelah satu bulan lebih
berada di samping Kyuhyun ia bisa merasakan perubahan perilaku Kyuhyun padanya.
Berdiri dari duduknya, Jiae berbalik dan memasang senyum lebar “Jika begitu,
kita lanjutkan saja.” Seru Jiae bersemangat, mencoba menyembunyikan kelelahan
yang tergambar jelas di wajahnya.
Kyuhyun tertawa pelan, lalu menarik
lengan Jiae hingga kembali terduduk. “Kau bisa pingsan jika kita melanjutkan
ini, wajahmu sudah terlihat seperti mayat hidup Aeya.”
“Ayolah, aku sudah cukup kuat untuk
melanjutkannya lagi,” Jiae menarik-narik lengan Kyuhyun dan mengerucutkan bibir
melihat pria itu tidak juga mendengarnya.
“Jika kau pingsan, Apa kau mau
kutinggal di sana?” Kyuhyun menatap Jiae sesaat, gadis itu tampak berpikir dan
detik berikutnya ia bisa melihat Jiae mendesah. “Kita istirahat sebentar dan
kembali ke Seoul.”
“Tapi –“
“Berhenti membujukku nona keras
kepala atau kau mau kucium agar mengikuti perintahku?” sela Kyuhyun, mendekat
ke arah Jiae. Ia tertawa detik berikutnya, melihat wajah Jiae yang memerah,
tersenyum Kyuhyun mengangkat satu tangannya dan menepuk pelan kepala Jiae.
Jiae tertegun dan menyentuh
kepalanya. Merasakan tepukan pelan tangan Kyuhyun sebelumnya, seolah perlakuan
kecil pria itu sudah lebih dari cukup membuat ia kembali lupa akan sakit di
dadanya.
***
Apa
yang harus kulakukan?
Bagaimana
mungkin perasaan ini semakin kuat, membuatku sulit untuk menguburnya,..
Hanya
karena ia tersenyum dengan sorot mata teduh?
Hati
kecil dan pemikiran bodoh ini berharap hal lebih,..
Tidakah
ini konyol?
Tapi
apakah salah jika seorang gadis lemah sepertiku mengharapkan ini,..
_Shin
Jiae_
***
Book
5. Shin Jiae.
17
April.
Jiae berlari, menaiki anak tangga
menuju gedung College of
Art and Design Kyunghee University. Ia terengah namun senyum terukir di
bibir merahnya. Sebuah toples yang ia letakan pada peper bag biru di tangannya membuat ia
kembali melanjutkan langkah, menghiraukan jika kini setengah dari bagian atas
tubuhnya basah terkena hujan.
Terdiam di tengah gedung utama College of Art and Design ini, Jiae melihat Kyuhyun berdiri
tidak jauh darinya. Menatap dengan pandangan..berbeda?
Kyuhyun menyandarkan punggunganya pada
pilar besar yang berada di ujung bagian depan gedung ini, memilih untuk sedikit
menjauh dari tempat masuk utama. Ia memasukan tangan pada saku celanannya,
menatap Jiae dengan pandangan yang kembali dingin.
Jiae tersenyum, menghilangkan
pikiran negatif yang melintas di otaknya akibat tatapan mata Kyuhyun. Ia
mengeluarkan toples berukuran besar dari dalam peper bag biru yang ia bawa, mengarahkannya pada
Kyuhyun. “Untukmu. Kau tahu, legenda di Jepang mengatakan siapapun yang melipat
kertas-kertas menjadi seribu bangau maka satu permohonannya akan dikabulkan,”
Jiae mengambil jeda, lalu mendekatkan kembali toples di tangannya ke arah
Kyuhyun. “Wae? Apa kau tidak suka Kyu? Aku tahu kau tidak percaya
dengan –“.
Brak`
Terkejut, Jiae bisa melihat toples
kaca yang berisi kertas burung bangau buatannya jatuh akibat tepisan tangan
Kyuhyun. “Wae?” tanya Jiae dengan suara rendah, bahkan nyaris
teredam suara hujan yang cukup deras. Ia terduduk, menatap kertas bangau yang
ia buat cukup lama menghambur di antara pecahan kaca toples.
“Jangan menemuiku lagi,” ucap
Kyuhyun dingin, kali ini tanpa menatap Jiae. Takut jika ia akan luluh dengan
wajah gadis di bawahnya yang sudah cukup lama berada dekat dengannya. “Chukkae.
Kau sudah berhasil menarikku lebih jauh nona Shin.”
“Apa maksudmu? Apa ada yang salah?”
Jiae mengangkat kepala, menatap Kyuhyun sekalipun pria itu bahkan tidak ingin
menatap ke arahnya.
“Kau benar-benar pintar
menyembunyikan perasaanmu,” Kyuhyun menarik tipis sudut bibirnya dan mendecak.
“Kau bahkan menyangkal jika sengaja menarik perhatianku sejak awal, tapi kau
bahkan mempunyai cukup banyak gambarku di kamarmu. Jadi sejak dua tahun lalu?
Apa kau bahagia sekarang?”
Jiae membulatkan mata, mengerti
arah pembicaraan Kyuhyun. Beberapa detik kemudian ia bisa merasakan sakit di
jantungnya, seolah ditarik keluar dari posisinya. Kembali menunduk, Jiae
menekan kuat dadanya, mencoba meredam sakit. Ia terengah dengan pemikiran yang
menghantamnya “Darimana kau tahu?”
“Kau ingin tahu?” Kyuhyun menunduk,
melihat Jiae tanpa bisa melihat wajah gadis yang juga tertunduk. “Aku
melihatnya sendiri saat ke rumahmu kemarin, saat akan mengembalikan buku
lagumu. Seharusnya kau sudah melihatnya di atas mejamu nona Shin.” Kyuhyun
menegakan tubuhnya, menghembuskan napas panjang seolah lelah. “Jangan
menunjukan ekspresi seolah-olah kau gadis yang lemah.”
“Aku memang menyukaimu sejak dua
tahun lalu,” Jiae mengangkat kepala, menggigit bibir bawahnya untuk menahan
diri agar tidak menangis. “Tapi sengaja mengambil perhatianmu?” pertahanan Jiae
runtuh, dadanya terlalu sesak untuk ditahan. Air matanya jatuh seolah..kecewa.
“Sedikitpun aku tidak pernah berniat melakukannya, tapi jika kau berpikir
seperti itu…aku bisa memberitahumu setelah hari ini.. kau tidak akan melihatku
lagi.” Ucap Jiae lirih, terdengar putus-putus disela tangisannya.
Kyuhyun bergeming, hatinya sakit.
Ia tidak pernah merasakan ini, perasaan yang bahkan lebih sakit saat ia merasa
dibohongi oleh Jiae. Tapi kini, ucapan gadis itu benar-benar menghantamnya.
Beberapa saat terdiam, Kyuhyun melangkahkan kakinya, meninggalkan Jiae tanpa
berkata apapun.
***
Kenapa
bisa sesakit ini?
Terlalu
sesak, bahkan air mataku tidak bisa selalu kutahan,..
Ini
bahkan terasa lebih buruk dibandingkan sakit yang kuderita,..
Harapanku
seolah hilang, terkubur begitu saja,..
Apa
kebahagiaan itu terlalu semu untukku?
Tapi
apa aku harus menyerah?
Mata
ini kini terlalu berat, ingin menutup dengan sendirinya,.. lelah.
Dan
ketika langit kembali berubah warna, aku tidak bisa memastikan apa mata ini
kembali membuka,..
Tuhan,
jika memang seperti ini akhirnya, biarkan jiwa-jiwa burung kertas ini terbang,
membawa satu permohonanku untuknya,..
Permohonan
agar ia bisa meraih impiannya,..
Dan
untuk satu harapan kecilku di antara jiwa-jiwa burung kertas ini biarkan terkubur,
lenyap dan menghilang,..
_Shin
Jiae_
***
29
April.
Kyunghee
University, Suwon.
Cahaya matahari masuk melalui
celah-celah dedaunan pohon maple, mengenai kulit putih seorang pria yang
terduduk di bawah pohon maple itu, menyandarkan diri. Cho Kyuhyun. Mendesah,
pria bermata hitam itu tidak bisa menghentikan matanya untuk tidak menatap ke
arah pohon yang berada beberapa meter di depannya, bukan karena pohon maple itu
sangat menarik tapi sebuah tumbuhan kecil yang ada di bawah pohon itu terlalu
menarik perhatiannya. Bunga iris.
Kyuhyun berdiri, melangkah ke arah
pohon tersebut setelah cukup lama terdiam. Ia duduk, menatap bunga iris yang
kini sudah layu, nyaris mati.
Bunga Iris memiliki
makna harapan. Kau tau Kyu, tiga kelopak bunga Iris melambangkan keyakinan,
keberanian, kebijaksanaan, harapan.
“Sial,” Kyuhyun mengumpat,
menyadarkan tubuhnya kali ini tepat di samping bunga iris yang hampir mati
tersebut. Sudah satu minggu lebih ia tidak pernah melihat wajah gadis itu…Shin
Jiae. Ada perasaan kosong, hilang setelah Jiae benar-benar tidak pernah terlihat
lagi. Terkadang ia bingung dengan dirinya sendiri, melangkah ke arah kelas Jiae
yang berada satu gedung dengannya karena gadis itu mengambil College Textile and Clothings Design,
sedangkan ia sendiri mengambil Major Post
Modern Music.
“Cho Kyuhyun~ssi.”
Berbalik, Kyuhyun menatap seorang
gadis yang memanggilnya. Ia menyipitkan mata, tahu pasti jika gadis di
hadapannya kini adalah sahabat Jiae mengingat ia pernah bertemu beberapa kali
saat bersama Jiae.
“Bunga iris? Kau sengaja
melihatnya? Jadi, apa kau sudah percaya?” Mendesis, Eunhee menatap Kyuhyun
datar. Ia terlalu marah atau kesal terhadap Kyuhyun, karena Jiae sering
bercerita tentang pria di hadapannya hingga beberapa minggu lalu, beberapa
minggu sebelum ia tidak bisa kembali mendengar suara lembut sahabatnya.
“Apa maksudmu, Lee Eunhee~ssi?
Katakan dengan jelas,”
Eunhee mengelengkan kepala, lalu
meletakan peper bag besar di samping Kyuhyun. “Jika kau
membuangnya, kuharap kau tidak menyesal kelak,” ucap Eunhee sebelum pergi,
tidak ingin terlalu lama berada dekat dengan Kyuhyun karena ia terlalu ingin
mengumpat dan memukul pria itu dengan apapun yang ia lihat jika saja ia tidak
memikirkan Jiae.
Selama beberapa detik Kyuhyun
terdiam, ragu untuk melihat isi peper bag di sampingnya yang jelas berisi sesuatu
menyangkut Jiae. Diambilnya peper bag tersebut, lalu membukanya. “Burung
bangau ini lagi, kau memang keras kepala.” Kyuhyun tersenyum tipis, tahu-tahu
ia mengingat seringnya panggilan itu ia ucapkan untuk Jiae. Kali ini mata
hitamnya teralihkan, menatap sebuah buku bersampul bunga Iris ungu. Tertarik,
Kyuhyun mengambil buku itu dan membuka setiap halamannya. Diary Jiae.
Kyuhyun meletakan begitu saja buku
bersampul bunga Iris ungu yang baru ia baca setengah, lalu menatap langit musim
semi dengan pandangan nanar. Ia salah, terlalu salah menilai Jiae hanya karena
sebuah fakta yang sebenarnya tidak bisa dibilang kejahatan besar. Gadis
itu…hanya menyukainya.
Mata hitam Kyuhyun menutup, ia
menghembuskan napas berat dan mengusap wajahnya. Sudut matanya kini tertuju
pada bunga Iris di sampingnya, bunga yang bahkan dulu ia tidak tahu namanya
tapi setelah mengenal Jiae ia tahu segala hal tentang bunga Iris. Bunga Iris,
bunga yang memiliki makna harapan, bunga yang berbunga saat bulan februari,
bulan kelahiran mereka..ia dan Jiae.
Cukup lama Kyuhyun terdiam,
tengelam dengan kenangan-kenangan ia tentang Jiae. Angin berhembus ringan,
membuat beberapa daun maple yang lebih dulu menguning terlepas dari tangkainya
dan terjatuh tepat pada lembaran terakhir Diary Jiae yang juga terbuka.
Mata ini kini
terlalu berat, ingin menutup dengan sendirinya,.. lelah.
Dan ketika langit
kembali berubah warna, aku tidak bisa memastikan apa mata ini kembali
membuka,..
Tuhan, jika memang
seperti ini akhirnya, biarkan jiwa-jiwa burung kertas ini terbang, membawa satu
permohonanku untuknya,..
Permohonan agar ia
bisa meraih impiannya,..
Dan untuk satu
harapan kecilku di antara jiwa-jiwa burung kertas ini biarkan terkubur, lenyap
dan menghilang,..
Mata Kyuhyun terpaku tepat pada
beberapa kata terakhir yang ada di lembaran itu. Tubuhnya menegang, jantungnya
berdebar begitu keras hingga membuahkan rasa sesak di dadanya. Ini tidak
mungkin!. Gadis itu..meminta permohonan hanya untuknya? Dan membiarkan
harapannya terkubur!. Kyuhyun menggelengkan kepala, berharap yang ia lihat
adalah kebohongan. Namun tulisan Jiae menyadarkannya, ini nyata dan ia bahkan
tidak pernah berpikir jika seseorang akan melakukan ini untuknya. Darah Kyuhyun
langsung terasa membeku.
Kyuhyun berdiri, tanpa berpikir
lagi diambilnya peper bag di sampingnya lalu meletakan Diary
Jiae di sana. Ia berlari dengan tangan yang mencengkeram tali peper bag itu erat-erat sampai buku-buku jarinya
memutih. Perasaannya dan pikirannya kacau…takut. Takut jika ia tidak bisa
melihat mata coklat itu lagi. Jantungnya semakin berdebar keras dan tubuhnya
terasa sedingin es, yang ada dipikirannya kini harus memastikan keadaan Jiae
dan yang tahu hanya Eunhee, sehingga ia harus segera bertemu gadis itu.
Asan
Medical Center, Songpa. Seoul.
Cukup lama Kyuhyun berdiri di depan
sebuah kamar Rumah Sakit Asan Medical Center, memegang pegangan pintu kamar
itu. Tidak bergerak. Ia menarik napas, sebelum akhirnya dengan perlahan membuka
pintu kamar tersebut. Jantungnya kembali berdegup kencang, ucapan Eunhee
beberapa saat lalu masih terbayang di otaknya. Jiae memiliki penyakit jantung
sejak kecil dan beberapa minggu lalu ia ditemukan pingsan di kamar dengan
tangan memeluk buku Diarynya, beruntung beberapa hari setelah itu pihak
Rumah Sakit menemukan jantung yang cocok untuk Jiae mengingat orang tua gadis
itu sudah cukup lama mencari transplantasi jantung, tapi itu tidak cukup
membuatnya tenang karena Jiae belum juga sadar dari komanya.
Kyuhyun menghentikan langkahnya
sesaat setelah ia masuk ke kamar Jiae, jantungnya seakan diremas kuat melihat
gadis itu berbaring dengan mata terpejam. Ia tertegun menyadari hanya ada suara
alat mengukur detak jantung seseorang, suara yang membuat ia tahu jika gadis
itu masih hidup. Beberapa detik terlewatkan, ia masih berpikir ini mimpi bahkan
ketika ia bertemu orangtua Jiae untuk pertama kalinya sebelum masuk ke kamar
ini, meminta izin untuk melihat Jiae yang berada pada ruang perawatan khusus.
Shin Jiae, gadis itu seolah tidur
dalam damai, dengan wajah teduh tapi Kyuhyun benar-benar merasa dihantam keras
menyaksikan tubuh Jiae yang terbaring tidak berdaya bahkan untuk bernapas gadis
itu memerlukan peralatan Rumah Sakit. Kyuhyun menghampiri tempat tidur dan
memerhatikan wajah Jiae, lalu terduduk di bawah lantai sekalipun ada sebuah
kursi di sampingnya. Lututnya terasa lemas, seakan tidak bertulang. Apa ini
hukuman Tuhan untuknya?.
Apa yang harus
kulakukan untuk membalas pertolonganmu?
Kenapa kau tidak
mencobanya lagi, setidaknya masih ada harapan jika kau bisa bermain gitar.
Bisakah kita istirahat,
aku lelah Kyu…Dadaku sakit.
Aku memang
menyukaimu sejak dua tahun lalu..Tapi sengaja mengambil perhatianmu? Sedikitpun
aku tidak pernah berniat melakukannya, tapi jika kau berpikir seperti itu…aku
bisa memberi taumu setelah hari ini.. kau tidak akan melihatku lagi.
“Mianhae,” lirih Kyuhyun. Tercekat
seolah tidak ada kata yang bisa ia ucapkan lagi. Gadis itu tetap diam dalam
tidur panjangnya, bahkan ketika ia mengucapkan kata-kata itu berulang kali
tidak akan pernah merubah fakta. Jiae koma, tidak sadarkan diri entah untuk
waktu yang bahkan tidak bisa ditentukan.
***
2
Juni.
Asan
Medical Center, Songpa. Seoul.
Menarik napas panjang, Kyuhyun
membuka pegangan pintu kamar Jiae. Melangkah ringan ke arah tempat tidur Jiae
dan mengambil kursi yang ia letakan di sisi tempat tidur itu. Sesaat Kyuhyun
melihat ke arah nakas, tempat ia menaruh kertas burung bangau buatannya.
Tersenyum tipis, ia tidak pernah berpikir jika dirinya bisa membuat hal seperti
itu, sesuatu yang bahkan tidak pernah terlintas sedikitpun di otaknya dulu.
“Hai,” sapa Kyuhyun dengan suara
rendah nyaris seperti bisikan halus. Ia mengamati wajah Jiae, menatap tepat ke
mata gadis itu yang masih saja terpejam bahkan setelah satu bulan terlewatkan.
“Hari ini aku akan mengikuti sebuah
lomba,” Kyuhyun memulai pembicaraannya, meraih tangan Jiae dan menggenggamnya
ringan. “Kau tahu aku akan bernyayi menggunakan gitar..Apa kau suka? Aku sudah
bekerja keras untuk kembali bermain gitar..Seharusnya kau melihat penampilanku
bukan?”.
Kyuhyun menyentuh wajah Jiae dengan
ujung jemarinya. Hanya dengan ujung jemarinya, secara perlahan seolah takut
jika gadis itu akan terluka. “Jadi, bisakah kau menemaniku atau hanya
sekedar…mendengar permainanku?” suara Kyuhyun terdengar semakin pelan dan
lirih.
Hening, untuk beberapa detik
Kyuhyun hanya bisa menatap Jiae dengan pandangan berharap. Memohon agar Tuhan
menunjukan sedikit keajaibannya saat ini agar mata gadis itu membuka. Kyuhyun
menghela napas berat, lalu berdiri dari duduknya, mendekat ke arah telinga Jiae
dan berbisik, “Saranghae..” ucapnya pelan, seolah-olah tidak bisa
mengucapkan kata-kata lain. Ia sendiri tidak terlalu mengerti atau terlambat
menyadari ini? Manyadari jika gadis yang ada di atas ranjang dengan mata
terpejam di hadapannya adalah seseorang yang sangat berharga untuknya.
***
13
Juni.
Asan
Medical Center, Songpa. Seoul.
Langit kota Seoul sudah berubah
Oranye hari ini, saat Kyuhyun kembali ke tempat Jiae untuk kesekian kalinya.
Ada sedikit senyum terukir di bibirnya karena kabar gembira yang ia dapat pagi
tadi dari hasil kerja kerasnya. Untuk beberapa saat ia terdiam di pintu kamar
tersebut, jantungnya tiba-tiba berdetak lebih keras dari sebelumnya, seolah ada
sesuatu yang terjadi dan benar saja begitu ia akan membuka pintu kamar itu
seseorang lebih dulu membukanya.
“Apa anda mencari nona Shin?”.
Kyuhyun mengangguk kecil tanpa bisa
menjawab pertannyaan perawat wanita di hadapannya. Perawat wanita itu
tersenyum, membuat sebagian dari dirinya merasa tenang dengan sendirinya,
berpikir jika senyuman itu mewakili apa yang terjadi pada Jiae.
Perlahan Kyuhyun melangkah ke arah
taman Rumah Sakit ini, berjalan hati-hati ke sebuah tempat yang ada di bawah
pohon rimbun. Ia tersenyum, menunduk untuk menyapa wanita paruh baya yang
tengah memegang kursi roda bagian belakang Jiae dan seolah tau ibu gadis itu
tersenyum lalu melangkah meninggalkan mereka.
Langit sudah hampir gelap, matahari
bahkan hampir tidak terlihat lagi dan sedikit sinar dari matahari itu menyinari
wajah gadis dengan mata terpejam di atas kursi roda tersebut. Kyuhyun merasa
lega sampai-sampai ia harus terdiam untuk beberapa saat hanya untuk memastikan
apa yang ia lihat saat ini. Jiae sudah sadar!. Kyuhyun menjulurkan kedua
tangannya, memeluk Jiae dari belakang dengan hati-hati. Gadis itu menoleh
lemah, sadar jika orang yang ada di belakangannya saat ini bukan lagi ibunya
tapi..Kyuhyun?.
“Kau sudah sadar,” ucap Kyuhyun
pelan, terdengar melegakan. “Kenapa tidak istirahat di kamarmu? Apa kau
menunjukan keras kepalamu agar bisa keluar bahkan dengan infus yang masih
menempel di tanganmu? Tidak bisakah kau menghilangkan sifatmu itu, kau bahkan
baru beberapa jam lalu membuka mata –“.
“Apa kau benar-benar Kyuhyun?” sela
Jiae pelan nyaris seperti bisikan karena masih lemah. Ia memandang Kyuhyun
lama, memastikan apa yang ia lihat .
“Kurasa ingatanmu sangat buruk. Kau
harus merekam wajah tampanku nona Shin dan untuk melakukan itu,” Kyuhyun
tersenyum, mengambil jeda untuk ucapannya. “Kau tidak perlu membuang harapan
kecilmu, karena jika kau melakukan itu kupikir beberapa bulan lagi kau bahkan
tidak mengenaliku. Jadi, Apa kau mau tetap berada di sampingku Aeya? ”
Jiae tertegun. Mencerna kata-kata
terakhir Kyuhyun, ia bingung dan tidak bisa berpikir kenapa pria itu tahu
harapan kecilnya yang ia tulis pada salah satu kertas burung bangau buatannya
dulu, hingga satu-satunya alasan logis Kyuhyun tahu jika membuka kertas burung
bangau itu satu persatu tapi bagaimana pria itu tahu jika ada satu harapannya
yang terselip diantara kertas-kertas burung bangau buatannya sedangkan tadi ia
melihat sebuah toples berisi burung bangau berada di nakas kamarnya. Harapan
kecil jika ia ingin bisa melihat wajah Kyuhyun setiap hari atau dengan kata
lain, ingin terus bisa berada di samping Kyuhyun.
“Apa harus berpikir keras dulu
untuk menjawab pertannyaanku?”
“Mianhae,” Jiae sadar, gadis itu
tersenyum.
“Aku bosan mendengarmu mengucapkan
kata maaf,” Kyuhyun berjalan ke depan Jiae, duduk tepat di hadapan gadis itu
dan menyentuh kedua tangan putih itu lembut. “Mianhae, Apa kau
bisa memaafkanku atas ucapan bodoh yang sempat ku ucapkan?”
Jiae menggelengkan kepala pelan,
“Tidak Kyu, kau tidak perlu minta maaf.”
Kyuhyun tersenyum, menyentuh kepala
Jiae pelan dan menarik kepala gadis itu hingga menyentuh dadanya. “Kau
membuatku takut dan merasa bodoh setelah tau semuanya,” Ia terdiam sejenak,
mengangkat wajah Jiae agar bisa melihat mata coklat itu lagi, lalu melanjutkan
ucapannya, “Dan melihatmu sadar saat ini aku tidak ingin berpikir dua kali
untuk menunda mengatakan ini langsung padamu,” Kyuhyun menatap Jiae lurus dan
tersenyum “Saranghae.”
Jiae tertegun, tidak bisa
menggambarkan apa yang ia rasakan saat ini. Ucapan Kyuhyun terdengar lembut dan
pelan seolah menggambarkan pria itu mengucapkannya dengan perasaan dalam. Ia
tidak tahu sejak kapan tangan kanannya menyentuh wajah Kyuhyun pelan, merasakan
halusnya kulit wajah pria di hadapannya kini dan yang ia lakukan setelah itu,
mencondongkan tubuhnya sedikit untuk mencium Kyuhyun sebagai balasan ucapan
pria itu.
***
17
Februari.
Itaewon. Seoul.
“Kita mau ke mana Kyu?” Jiae
mengerucutkan bibir. Sejak tadi Kyuhyun hanya diam dan fokus menatap jalan di
depannya, hingga akhirnya begitu mereka berbelok pada sebuah perumahan di
Itaewon gadis itu mengerutkan kening.“Rumah siapa yang akan kau kunjungi?”
Kyuhyun tersenyum, membuka pintu
mobilnya dan berlari kecil untuk membukakan Jiae pintu mobil. “Kenapa kau
cerewet sekali nona Shin.”
“Kau mengacuhkanku, tidak ada orang
yang suka diacuhkan,” Jiae membela diri dan sesaat kemudian ia tertegun melihat
rumah di hadapannya, rumah ini terlihat begitu indah karena dipenuhi berbagai
tanaman hias yang ia sukai?. “Ini rumah siapa?”
“Kita,” Kyuhyun tersenyum tanpa
dosa, sedangkan Jiae melongo dibuatnya. “Kau suka? Ada yang ingin kutunjukan
padamu.” Kyuhyun mengenggam tangan Jiae atau lebih tepatnya menautkan
jari-jarinya pada jari-jari tangan gadis itu.
Sebuah rumah kaca yang terdapat
tepat di samping bangunan besar Rumah tersebut membuat Jiae lagi-lagi merasa
takjub, “Apa kau membohongiku? Kau membeli rumah ini?” tanya Jiae ragu sesaat
begitu Kyuhyun akan membuka pintu rumah kaca di depannya.
“Tidak, ini rumah pinjaman.”
“Oh, begitu.” Jiae mengangguk,
menatap Kyuhyun lama karena pria itu masih juga terdiam.
“Gadis bodoh,” Kyuhyun menjentikan
jarinya di kening Jiae, membuat gadis itu meringis dan mengerucutkan bibir.
“Tentu saja aku membelinya sendiri, kau lupa jika pacarmu ini adalah seorang
penyanyi terkenal. Hay, kau bahkan ikut menemaniku satu tahun lalu saat tanda
tangan kontrak perusahaan –“
“Aku tahu.” Tukas Jiae. Ia
menggelengkan kepala kecil, setelah cukup lama mengenal Kyuhyun ia baru tahu
jika pria itu suka membanggakan diri, “Kenapa kau suka sekali membanggakan
dirimu,” gumam Jiae tanpa sadar.
“Pria tampan sepertiku memang patut
membanggakan diri,” Kyuhyun tertawa kecil, menepuk kepala Jiae pelan, lalu
membuka pintu rumah kaca itu. “Ini hadiah untuk ulang tahunmu besok.” Ucap
Kyuhyun sesaat setelah pintu kaca itu terbuka.
Jiae terdiam di posisinya, berdiri
dan memandang hamparan bunga Iris yang tengah mekar. Harum khas bunga itu
langsung masuk ke dalam indara penciumannya. Beberapa detik kemudian mata
coklatnya teralihkan pada dua toples kaca berisi kertas burung bangau?.
“Wae?” Kyuhyun memiringkan wajahnya,
menatap Jiae dangan senyum kentara di sembunyikan. “Apa pertannyaanmu dulu
sudah terjawab, yah sebenarnya burung bangau yang kau pegang itu buatanku dan
aku tetap memegang milikmu setelah membuatnya lagi tentunya, lalu bunga Iris
ini –“
Kyuhyun terlonjak kaget saat Jiae
tiba-tiba saja memeluknya erat dan ia tidak perlu mendengar apapun lagi untuk
tahu apa yang ada dalam pikiran gadis itu. “Jadi, Apa dengan 1000 burung bangau
milikmu dan 1000 burung bangau milikku sudah bisa mengabulkan permohonanmu
untukku dan permohonanku untukmu?” Kyuhyun terkekeh, merasa geli karena tidak
habis pikir bisa percaya dengan legenda Jepang kuno yang Jiae katakan dulu.
“Kupikir kau tidak percaya,” Jiae
begumam, tersenyum dan mengendurkan pelukannya “Gomawo.”
Sesaat mereka terdiam, menatap satu
sama lain hingga akhirnya Kyuhyun mengecup singkat kening Jiae dan berbisik di
telinga gadis itu, “Dan untuk bunga Iris, angap saja sebagai harapan agar kita
bisa tetap bersama.”
END
No comments:
Post a Comment