Wednesday, 28 May 2014

Oneshot: The Thousand Paper Cranes With My Wish


Author: Hyunjielfdevilkyu

 ====
“Jiwa-jiwa burung kertas, kemudian terbang, meliuk dan menyalip, ke dalam dimensi ruang, jarak dan waktu, mengabulkan permintaan mereka… dan mencari anak manusia lain dengan mimpi serta harapan besar yang sama, untuk di wujudkan!”
(Hiroshima Peace Memorial)
====

Book 1. Shin Jiae.
19 Februari.
“Kumohon jangan mengambil gitar itu.” Jiae bergetar. Berkata disela tangisnya dan rasa sakit di pergelangan tangannya akibat genggaman kasar seorang pria.
“Diam saja nona, jika kau mau baik-baik saja,” pria bertubuh besar yang ada di samping Jiae menyeringai dan menatapnya dengan tatapan puas.
“Apa yang kalian lakukan!?”
Jiae mengangkat kepala, mendengar seseorang yang ada di ujung lorong tempatnya ditarik saat ini. Mata coklatnya menatap pria yang mengunakan penutup hoodie itu dengan tatapan memohon untuk dibantu dan benar saja beberapa saat kemudian ia datang dengan sebuah tongkat kayu, memukul beberapa pria yang mengerumuninya hingga beberapa dari mereka terjatuh.
Bugh`
Suara cukup keras terdengar saat sebuah kayu menyentuh punggung dan tangan pria berhoodie hitam itu hingga membuatnya terjatuh. Jiae tersentak, menyadari seseorang dibalik hoodie hitam tersebut. Dadanya sesak, jantungnya terasa benar-benar sakit saat ini. “Hentikan kumohon, kalian boleh mengambil semuanya,”
“Kyuhyun~ssi, Gwaenchana?”
Terbangun dari tidurnya dengan napas memburu, Jiae menyentuh dadanya. Kejadian beberapa jam lalu yang masuk ke dalam alam bawah sadarnya membuat ia kembali takut. Keringat dingin bahkan mengalir di pelipisnya. Beberapa saat mengatur napas kembali, Jiae menatap pintu kamar yang berada beberapa meter di depan. Teringat dengan ucapan Kyuhyun agar ia menganggap kejadian semalam tidak pernah terjadi, tapi bagaimana bisa?. Cho Kyuhyun…pria itu terluka karena menolong dirinya. Pergelangan tangan kanan Kyuhyun retak akibat pukulan keras pria semalam dan itu sangat berakibat fatal bagi seseorang yang bergelut di dunia musik, terlebih ia tahu jika Kyuhyun menyukai fotografi dan akan mengikuti lomba musik beberapa minggu mendatang.
Jiae mengusap wajah, merasa bodoh karena telah menghancurkan impian Kyuhyun secara tidak langsung. Dan bagaimana mungkin ia melupakan kejadian itu, menganggap semuanya tidak pernah terjadi. Ia tidak ingin seperti ini, sekalipun dirinya adalah salah satu pengagum Kyuhyun di Universitasnya ia bukan ingin mengambil kesempatan untuk mendekati Kyuhyun.
Beberapa lama terdiam, Jiae mendengar suara pintu dibuka. Matanya membulat melihat Kyuhyun sudah berdiri dengan baju lengkap semalam, setahunya Kyuhyun diminta menginap untuk beberapa hari di Rumah Sakit tapi yang dilihatnya kini.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Kyuhyun menatap Jiae lurus, lalu berdecak. “Pulanglah, Apa kau tidak mendengarku nona.” Ucap Kyuhyun sebelum meneruskan langkahnya. Meninggalkan Jiae yang masih mematung.
Tersadar. Jiae berdiri, mencoba menyusul Kyuhyun. “Kenapa kau tidak istirahat? Bukankah dokter memintamu untuk menginap –“.
“Aku tidak suka menghabiskan waktu di tempat seperti ini. Tidak pulang semalam sudah lebih dari cukup,” potong Kyuhyun sekenanya.
“Tapi,” Jiae bergumam dan terdiam, tau jika apa yang dikatakannya tidak akan pernah didengar Kyuhyun.
“Pulang saja. Bukankah sudah kukatakan, angap kita tidak pernah bertemu.”
Jiae menghentikan langkahnya, menatap punggung Kyuhyun yang semakin menjauh. Perkataan terakhir pria itu sedikit membuatnya sedih, ia tahu bahkan sangat tahu jika dirinya bukan siapa-siapa. Pertolongan Kyuhyun semalam hanya karena pria itu tidak sengaja melintasi daerah itu untuk pergi ke gedung yang berada tepat di sebelahnya. Haruskah aku melupakannya Kyu, batin Jiae. Tersenyum miris.
***
Apa harus seperti ini?
Berakhir dengan membuat orang lain terluka,..
Lalu, Bagaimana mungkin aku menganggap semua ini tidak pernah terjadi. Melupakannya…
Terlalu sulit..
Bukan karena ia adalah seseorang yang kusukai, karena ia tidak akan pernah bisa kugapai,..
Karena ia terlalu…Bersinar?
Dan untuk cinta bodoh ini, tidak akan pernah berarti apapun baginya,..
Satu hal yang ingin kulakukan,..
Melakukan sesuatu yang berarti dan membayar apa yang telah ia lakukan,..
_Shin Jiae_
***
Book 2. Shin Jiae.
3 Maret.
Menghela napas dan memainkan sepatu kets yang ia gunakan, Jiae menyandarkan punggungnya pada dinding lorong kelas yang sudah beberapa hari ini menjadi tempatnya menunggu seseorang. Hati kecilnya selalu berharap jika Kyuhyun mau menerima bantuannya, bantuan yang bahkan ia sendiri tidak pernah berpikir apa. Ia tahu Kyuhyun sudah cukup sering mengatakan jika tidak ada yang perlu dibahas lagi, bahkan terkadang pria itu tidak menganggapnya ada selama kurang lebih satu minggu ini setelah ia mati-matian mencoba memberanikan diri pergi bertemu Kyuhyun di luar kelasnya.
“Apa kau tidak mendengarku,” Kyuhyun menatap Jiae dingin, seolah menegaskan apa yang sedang ia katakan.
“Aku tidak bisa melupakannya,” Jiae menunduk, ia sadar Kyuhyun bukan seseorang yang mudah luluh bahkan ketika melihat seorang gadis menangis di hadapannya karena selalu ditolak. Tidak, Kyuhyun bahkan cendrung tidak peduli dengan gadis-gadis yang menyukainya.
Kyuhyun mendecak, lalu melangkah mendekati Jiae. Meletakan satu tangannya pada dinding yang berada di sebelah kepala Jiae, hingga mengundang beberapa orang yang baru keluar dari kelas tersebut. “Apa kau sengaja melakukan ini untuk menarik perhatianku? Kau bahkan tahu kelasku di mana nona Shin,” desis Kyuhyun, terdengar menyindir karena berpikir gadis di hadapannya kini adalah salah satu dari sekian banyak orang-orang yang membuatnya muak.
Jiae menelan ludah kasar, mengerti dengan maksud Kyuhyun. Sakit. Ia tidak pernah membayangkan ini sebelumnya, mungkin jika ia berada di posisi Kyuhyun perkataan itu memang pantas diucapakan sekalipun ucapan itu sedikit menyakitkan. “Mianhae jika kau berpikir seperti itu, tapi sungguh aku hanya ingin melakukan sesuatu yang bisa membantumu. Aku tidak bisa terus berdiam, menganggap pertolonganmu –“.
“Kau keras kepala,” Kyuhyun menyela, menatap Jiae dan menyeringai. “Jangan menyesal dengan apa yang kau katakan.” Ucap Kyuhyun, lalu memundurkan tubuhnya. Melangkah meninggalkan Jiae dan berhenti, “Kau bisa membawa mobil?”
Nde?” Jiae berseru, masih tidak percaya jika Kyuhyun mau menerima bantuannya sekalipun dengan kata-kata yang terlihat ..meragukan?.
“Berhenti.”
Jiae mengerutkan kening, melihat deretan club yang berada di daerah Itaewon dan ucapan pertama Kyuhyun setelah ia mengambil alih kemudi mobil Hyundai hitam pria itu yang sebelumnya disupiri oleh orang suruhan keluarga Cho, mengingat Kyuhyun tidak bisa menggunakan tangan kanannya untuk beberapa waktu.
Kyuhyun membuka pintu dan turun. Ia menatap Jiae sesaat dan mengangkat alis “Wae? Apa yang kau lihat? Cepat turun.”
“Kau mau kemana?” Jiae mencoba angkat suara, setelah sebelumnya mengunci mobil Hyundai hitam milik Kyuhyun.
“Menurutmu?”.
Sudah hampir tiga jam Jiae merasa gelisah, menatap orang-orang di seklilingnya yang terlihat menikmati suara debuman musik bahkan ketika suara keras itu membuat dadanya sakit. Jiae menunduk, menatap jam tangannya untuk kesekian kali dan melihat ke arah Kyuhyun yang berada beberapa meter di sampingnya dengan gadis-gadis berbeda setiap menit. Menjatuhkan dagu pada kedua tangan yang ia lipat di atas meja, Jiae melihat gelas bening yang tidak pernah ia sentuh sedikitpun.
“Apa kau sendiri nona?”
Jiae mengangkat kepala, menatap pria yang kini berdiri di hadapannya. “Jangan menggangguku,”
Tersenyum penuh arti, pria yang sebelumnya berdiri itu mengambil tempat di samping Jiae “Kau terlihat bosan, kutemani saja.”
Menahan napas, Jiae bisa mencium harum alkohol dari tubuh pria itu. Ia bergeser, memberi jarak yang cukup besar tapi beberapa detik kemudian matanya membulat, merasakan dirinya ditarik dan dipeluk. “Ya! lepaskan.” Meronta, Jiae tidak bisa melapaskan diri ditengah pelukan erat pria yang tidak ia kenal.
“Lepaskan dia bodoh, apa kau tidak mendengarnya?” Kyuhyun menarik lengan Jiae dengan tangan kirinya, menatap tajam kearah pria yang terdiam melihat Kyuhyun.
Mianhae, kupikir dia sendiri Kyuhyun~ssi.”
Jiae mengeratkan genggaman tangannya di lengan Kyuhyun, sedikit terkejut mengetahui jika pria yang ada di depannya kini tahu nama Kyuhyun. “Kau mengenalnya?” tanya Jiae,  menatap Kyuhyun tapi tidak ada jawaban apapun yang ia dapat.
“Gadis ini milikku, jadi jangan mengganggunya kau mengerti,” Kyuhyun menarik Jiae yang terdiam mendengar ucapannya, seolah ia tidak peduli dengan ekspresi keterkejutan di wajah Jiae.
“Milikmu?” Jiae bergumam. Menghentikan langkahnya setelah mereka berada di luar club tadi.
“Keberatan?” Kyuhyun berbalik, menatap Jiae dengan satu alis diangkat. “Bukankah sudah kuperingatkan sebelumnya, jangan mendekatiku dan kau –“
Aniyo, Aku tidak keberatan.” Tukas Jiae dan tersenyum, melangkah ke arah mobil Kyuhyun. “Kau mau pergi kemana lagi?.”
***
Bukankah ini yang kuinginkan,..
Mencoba membantunya dan melakukan sesuatu yang berguna untuknya,..
Tapi bagaimana bisa perasaan miris dengan perlakuan semena-mena darinya membuatku sakit,..
Ataukah hati kecilku ingin diperlakukan dengan baik darinya, bahkan ketika kenyataan yang kulihat,..
Kenyataan, jika ia tidak menganggapku benar-benar ada,..
_Shin Jiae_
***
Book 3. Shin Jiae.
15 Maret.
Udara terasa sejuk, berhembus ringan pagi ini. Pepohonan terlihat mulai bersemi, berganti dengan daun baru yang sudah hilang dimakan musim salju. Jiae tersenyum, menarik napas panjang dan menatap taman yang berada di Kyunghee University. Mata coklatnya berhenti pada satu titik, tepat di bawah pohon maple yang kini diduduki oleh seorang pria, ia..Cho Kyuhyun.
Melangkah perlahan, Jiae mendekat ke arah Kyuhyun, pria yang sudah beberapa minggu terakhir selalu ia ikuti kemauannya. “Kau membuat lagu?” Jiae duduk di samping Kyuhyun, menatap lembaran yang ada di tangan pria itu.
“Bukankah kau bisa melihat sendiri,” jawab Kyuhyun sekenannya, tidak berniat berbicara lebih jauh Kyuhyun mengambil gitar yang ia sandarkan pada pohon di sampingnya. Mencoba memetik beberapa nada dengan tangan kirinya. Ia mendesah, tahu pasti jika bermain gitar akan terlalu sulit mengingat keadaan tangannya.
“Aku bisa memainkannya, kau tinggal memberitahu nada yang kau inginkan,” Jiae tersenyum, meraih gitar di tangan Kyuhyun. Menunduk, Jiae memetik senar gitar milik Kyuhyun, bermain pelan dengan lagu yang sering ia mainkan beberapa bulan lalu. “Jiyongoppa mengajarkanku bermain gitar sejak sekolah dulu, tapi sayang pemberian gitar pertamanya untukku tidak bisa kujaga.”
Kyuhyun menatap Jiae dari sudut matanya, tertarik dengan permainan gadis itu sebelumnya. Ia mengerti begitu mengingat kejadian malam itu, saat dimana ia bisa melihat jelas jika Jiae menatap sebuah gitar yang dibawa oleh pria-pria tidak bertanggung jawab, seolah Jiae hanya peduli tentang gitarnya, tidak dengan barang-barangnya yang lain.
Mianhae,” Gumam Jiae, menunduk dan menatap Kyuhyun penuh penyesalan. “Mianhae, karena kau tidak bisa mengikuti lomba musik dua hari lalu –“
“Kau tidak akan pernah bisa merubahnya.” Tukas Kyuhyun, menatap lurus ke depan.
Hening. Lama terdiam dengan pemikiran masing-masing, Jiae berdiri dari duduknya. Melangkah ke dekat pohon maple di samping Kyuhyun. Tersenyum dan menarik lengan Kyuhyun untuk melihat ke arahnya, Jiae menunjuk sebuah tumbuhan yang berada tepat di bawah pohon maple tersebut. “Kau tahu ini bunga apa Kyu?”
Ani,” jawab Kyuhyun sesaat setelah melihat bunga yang ditunjuk Jiae. Mata hitamnya seolah lebih tertarik dengan sorot mata coklat Jiae yang terlihat berbinar.
“Bunga Iris,” gumam Jiae. Mengalihkan tatapannya untuk menatap Kyuhyun. Terdiam, kedua mata yang menatap satu sama lain itu seolah tengelam dalam dimensi lain, menimbulkan sebuah rasa aneh. Jiae tersadar, lalu dengan cepat kembali menatap bunga depannya. “Bunga Iris seharusnya hanya berbunga di bulan februari,” mengambil jeda, Jiae kembali menarik kedua sudut bibirnya. “Dan bunga Iris memiliki makna harapan. Kau tahu Kyu, tiga kelopak bunga Iris melambangkan keyakinan, keberanian, kebijaksanaan, harapan –“.
“Kau sengaja mengatakan ini?” sela Kyuhyun. Mengambil tempat duduk kembali seperti sebelumnya, “Harapan? Kau mengarangnya eo? sudahlah kau tidak perlu mengarang sejauh itu, Aeya.”
Nde?” Jiae berseru, sedikit terkejut dengan kata terakhir Kyuhyun. Panggilan untuknya,Aeya?. Ia bahkan tidak terlalu memikirkan jika ucapan Kyuhyun sebelumnya mengarahkan kesimpulan jika pria itu mengira ia mengarang cerita tentang bunga Iris, bunga yang begitu ia sukai. Bunga yang berbunga saat bulan kelahirannya.
“Bahkan dengan bunga itu, tidak akan pernah bisa mengubah fakta,” ucap Kyuhyun dengan suara rendah. Menatap kembali langit pagi itu yang tampak cerah.
Setelah beberapa saat terlewat dan Kyuhyun tetap bergeming, tetap dengan sorot mata kosong menatap ke arah langit. Jiae tersadar, semua yang dikatakannya tidak berarti bahkan mungkin untuk sesuatu yang sudah ia geluti beberapa minggu lalu semenjak kejadian itu. Bangau kertas.
***
Apa harapan itu sudah tidak ada lagi?
Mungkin jika melihat keadaan tangannya akan sulit untuk kembali bermain dengan gitarnya, tapi apa hanya karena itu?
Ia bahkan memiliki suara yang indah,..
Ataukah aku yang terlalu banyak berharap?
Seperti apa yang ia katakan.. tidak akan pernah merubah fakta?
_Shin Jiae_
***
Book 4. Shin Jiae.
30 Maret.
Angin berhembus ringan membuat ilalang yang tumbuh hingga sebatas pinggang orang dewasa tersebut bergerak mengikuti. Jiae masih diam di posisinya, membungkuk dan mengatur napas setelah cukup jauh berjalan dengan usaha yang benar-benar keras. “Bisakah kita istirahat sebentar,” terduduk, Jiae menatap Kyuhyun yang kini berada di depannya. “Dadaku sakit.”
“Kita bahkan belum mencapai setengah perjalanan Shin Jiae,” Kyuhyun membungkuk, menatap wajah Jiae yang kini tampak pucat pasi. “Bukankah sudah kukatakan jangan ikut, kau benar-benar keras kepala nona Shin.”
“Kau tidak mengatakan akan kemana.” Mengadah, Jiae menatap Kyuhyun sayu. “Apa kita bisa berhenti di sini saja?” ucap Jiae dengan nada memohon.
“Di kaki gunung Hwawang?” Kyuhyun mendesah, lalu mengambil tempat di samping Jiae. “Merepotkan.”
Mianhae,” Jiae menunduk. Merasa bersalah. “Apa kau begitu ingin ke atas? Apa yang akan kau lakukan jika kita sampai di sana?”.
Kyuhyun memiringkan wajah, menatap Jiae untuk sesaat. “Memotret.”
Membulatkan mata, Jiae mencoba memastikan ucapan Kyuhyun dan yang ia lihat tidak ada kebohongan dari sorot mata hitam itu. “Kau memotret lagi?”
Wae? Jika hanya memotret tanganku bisa melakukannya.” Kyuhyun mengangkat tangan kanannya di udara, lalu menatap Jiae dan tersenyum seolah meyakinkan gadis di sampingnya.
Jiae tersenyum. Merasa hangat di hatinya dengan senyuman pertama Kyuhyun, senyuman yang terlihat tulus. Ia teringat bagaimana perlakukan Kyuhyun sebelumnya, sesuatu yang terlihat jelas jika pria di sampingnya tidak menganggapnya ada, tapi setelah satu bulan lebih berada di samping Kyuhyun ia bisa merasakan perubahan perilaku Kyuhyun padanya. Berdiri dari duduknya, Jiae berbalik dan memasang senyum lebar “Jika begitu, kita lanjutkan saja.” Seru Jiae bersemangat, mencoba menyembunyikan kelelahan yang tergambar jelas di wajahnya.
Kyuhyun tertawa pelan, lalu menarik lengan Jiae hingga kembali terduduk. “Kau bisa pingsan jika kita melanjutkan ini, wajahmu sudah terlihat seperti mayat hidup Aeya.”
“Ayolah, aku sudah cukup kuat untuk melanjutkannya lagi,” Jiae menarik-narik lengan Kyuhyun dan mengerucutkan bibir melihat pria itu tidak juga mendengarnya.
“Jika kau pingsan, Apa kau mau kutinggal di sana?” Kyuhyun menatap Jiae sesaat, gadis itu tampak berpikir dan detik berikutnya ia bisa melihat Jiae mendesah. “Kita istirahat sebentar dan kembali ke Seoul.”
“Tapi –“
“Berhenti membujukku nona keras kepala atau kau mau kucium agar mengikuti perintahku?” sela Kyuhyun, mendekat ke arah Jiae. Ia tertawa detik berikutnya, melihat wajah Jiae yang memerah, tersenyum Kyuhyun mengangkat satu tangannya dan menepuk pelan kepala Jiae.
Jiae tertegun dan menyentuh kepalanya. Merasakan tepukan pelan tangan Kyuhyun sebelumnya, seolah perlakuan kecil pria itu sudah lebih dari cukup membuat ia kembali lupa akan sakit di dadanya.
***
Apa yang harus kulakukan?
Bagaimana mungkin perasaan ini semakin kuat, membuatku sulit untuk menguburnya,..
Hanya karena ia tersenyum dengan sorot mata teduh?
Hati kecil dan pemikiran bodoh ini berharap hal lebih,..
Tidakah ini konyol?
Tapi apakah salah jika seorang gadis lemah sepertiku mengharapkan ini,..
_Shin Jiae_
***
Book 5. Shin Jiae.
17 April.
Jiae berlari, menaiki anak tangga menuju gedung College of Art and Design Kyunghee University. Ia terengah namun senyum terukir di bibir merahnya. Sebuah toples yang ia letakan pada peper bag biru di tangannya membuat ia kembali melanjutkan langkah, menghiraukan jika kini setengah dari bagian atas tubuhnya basah terkena hujan.
Terdiam di tengah gedung utama College of Art and Design ini, Jiae melihat Kyuhyun berdiri tidak jauh darinya. Menatap dengan pandangan..berbeda?
Kyuhyun menyandarkan punggunganya pada pilar besar yang berada di ujung bagian depan gedung ini, memilih untuk sedikit menjauh dari tempat masuk utama. Ia memasukan tangan pada saku celanannya, menatap Jiae dengan pandangan yang kembali dingin.
Jiae tersenyum, menghilangkan pikiran negatif yang melintas di otaknya akibat tatapan mata Kyuhyun. Ia mengeluarkan toples berukuran besar dari dalam peper bag biru yang ia bawa, mengarahkannya pada Kyuhyun. “Untukmu. Kau tahu, legenda di Jepang mengatakan siapapun yang melipat kertas-kertas menjadi seribu bangau maka satu permohonannya akan dikabulkan,” Jiae mengambil jeda, lalu mendekatkan kembali toples di tangannya ke arah Kyuhyun. “Wae? Apa kau tidak suka Kyu? Aku tahu kau tidak percaya dengan –“.
Brak`
Terkejut, Jiae bisa melihat toples kaca yang berisi kertas burung bangau buatannya jatuh akibat tepisan tangan Kyuhyun. “Wae?” tanya Jiae dengan suara rendah, bahkan nyaris teredam suara hujan yang cukup deras. Ia terduduk, menatap kertas bangau yang ia buat cukup lama menghambur di antara pecahan kaca toples.
“Jangan menemuiku lagi,” ucap Kyuhyun dingin, kali ini tanpa menatap Jiae. Takut jika ia akan luluh dengan wajah gadis di bawahnya yang sudah cukup lama berada dekat dengannya. “Chukkae. Kau sudah berhasil menarikku lebih jauh nona Shin.”
“Apa maksudmu? Apa ada yang salah?” Jiae mengangkat kepala, menatap Kyuhyun sekalipun pria itu bahkan tidak ingin menatap ke arahnya.
“Kau benar-benar pintar menyembunyikan perasaanmu,” Kyuhyun menarik tipis sudut bibirnya dan mendecak. “Kau bahkan menyangkal jika sengaja menarik perhatianku sejak awal, tapi kau bahkan mempunyai cukup banyak gambarku di kamarmu. Jadi sejak dua tahun lalu? Apa kau bahagia sekarang?”
Jiae membulatkan mata, mengerti arah pembicaraan Kyuhyun. Beberapa detik kemudian ia bisa merasakan sakit di jantungnya, seolah ditarik keluar dari posisinya. Kembali menunduk, Jiae menekan kuat dadanya, mencoba meredam sakit. Ia terengah dengan pemikiran yang menghantamnya “Darimana kau tahu?”
“Kau ingin tahu?” Kyuhyun menunduk, melihat Jiae tanpa bisa melihat wajah gadis yang juga tertunduk. “Aku melihatnya sendiri saat ke rumahmu kemarin, saat akan mengembalikan buku lagumu. Seharusnya kau sudah melihatnya di atas mejamu nona Shin.” Kyuhyun menegakan tubuhnya, menghembuskan napas panjang seolah lelah. “Jangan menunjukan ekspresi seolah-olah kau gadis yang lemah.”
“Aku memang menyukaimu sejak dua tahun lalu,” Jiae mengangkat kepala, menggigit bibir bawahnya untuk menahan diri agar tidak menangis. “Tapi sengaja mengambil perhatianmu?” pertahanan Jiae runtuh, dadanya terlalu sesak untuk ditahan. Air matanya jatuh seolah..kecewa. “Sedikitpun aku tidak pernah berniat melakukannya, tapi jika kau berpikir seperti itu…aku bisa memberitahumu setelah hari ini.. kau tidak akan melihatku lagi.” Ucap Jiae lirih, terdengar putus-putus disela tangisannya.
Kyuhyun bergeming, hatinya sakit. Ia tidak pernah merasakan ini, perasaan yang bahkan lebih sakit saat ia merasa dibohongi oleh Jiae. Tapi kini, ucapan gadis itu benar-benar menghantamnya. Beberapa saat terdiam, Kyuhyun melangkahkan kakinya, meninggalkan Jiae tanpa berkata apapun.
***
Kenapa bisa sesakit ini?
Terlalu sesak, bahkan air mataku tidak bisa selalu kutahan,..
Ini bahkan terasa lebih buruk dibandingkan sakit yang kuderita,..
Harapanku seolah hilang, terkubur begitu saja,..
Apa kebahagiaan itu terlalu semu untukku?
Tapi apa aku harus menyerah?
Mata ini kini terlalu berat, ingin menutup dengan sendirinya,.. lelah.
Dan ketika langit kembali berubah warna, aku tidak bisa memastikan apa mata ini kembali membuka,..
Tuhan, jika memang seperti ini akhirnya, biarkan jiwa-jiwa burung kertas ini terbang, membawa satu permohonanku untuknya,..
Permohonan agar ia bisa meraih impiannya,..
Dan untuk satu harapan kecilku di antara jiwa-jiwa burung kertas ini biarkan terkubur, lenyap dan menghilang,..
_Shin Jiae_
***
29 April.
Kyunghee University, Suwon.
Cahaya matahari masuk melalui celah-celah dedaunan pohon maple, mengenai kulit putih seorang pria yang terduduk di bawah pohon maple itu, menyandarkan diri. Cho Kyuhyun. Mendesah, pria bermata hitam itu tidak bisa menghentikan matanya untuk tidak menatap ke arah pohon yang berada beberapa meter di depannya, bukan karena pohon maple itu sangat menarik tapi sebuah tumbuhan kecil yang ada di bawah pohon itu terlalu menarik perhatiannya. Bunga iris.
Kyuhyun berdiri, melangkah ke arah pohon tersebut setelah cukup lama terdiam. Ia duduk, menatap bunga iris yang kini sudah layu, nyaris mati.
Bunga Iris memiliki makna harapan. Kau tau Kyu, tiga kelopak bunga Iris melambangkan keyakinan, keberanian, kebijaksanaan, harapan.
“Sial,” Kyuhyun mengumpat, menyadarkan tubuhnya kali ini tepat di samping bunga iris yang hampir mati tersebut. Sudah satu minggu lebih ia tidak pernah melihat wajah gadis itu…Shin Jiae. Ada perasaan kosong, hilang setelah Jiae benar-benar tidak pernah terlihat lagi. Terkadang ia bingung dengan dirinya sendiri, melangkah ke arah kelas Jiae yang berada satu gedung dengannya karena gadis itu mengambil College Textile and Clothings Design, sedangkan ia sendiri mengambil Major Post Modern Music.
“Cho Kyuhyun~ssi.”
Berbalik, Kyuhyun menatap seorang gadis yang memanggilnya. Ia menyipitkan mata, tahu pasti jika gadis di hadapannya kini adalah sahabat Jiae mengingat ia pernah bertemu beberapa kali saat bersama Jiae.
“Bunga iris? Kau sengaja melihatnya? Jadi, apa kau sudah percaya?” Mendesis, Eunhee menatap Kyuhyun datar. Ia terlalu marah atau kesal terhadap Kyuhyun, karena Jiae sering bercerita tentang pria di hadapannya hingga beberapa minggu lalu, beberapa minggu sebelum ia tidak bisa kembali mendengar suara lembut sahabatnya.
“Apa maksudmu, Lee Eunhee~ssi? Katakan dengan jelas,”
Eunhee mengelengkan kepala, lalu meletakan peper bag besar di samping Kyuhyun. “Jika kau membuangnya, kuharap kau tidak menyesal kelak,” ucap Eunhee sebelum pergi, tidak ingin terlalu lama berada dekat dengan Kyuhyun karena ia terlalu ingin mengumpat dan memukul pria itu dengan apapun yang ia lihat jika saja ia tidak memikirkan Jiae.
Selama beberapa detik Kyuhyun terdiam, ragu untuk melihat isi peper bag di sampingnya yang jelas berisi sesuatu menyangkut Jiae. Diambilnya peper bag tersebut, lalu membukanya. “Burung bangau ini lagi, kau memang keras kepala.” Kyuhyun tersenyum tipis, tahu-tahu ia mengingat seringnya panggilan itu ia ucapkan untuk Jiae. Kali ini mata hitamnya teralihkan, menatap sebuah buku bersampul bunga Iris ungu. Tertarik, Kyuhyun mengambil buku itu dan membuka setiap halamannya. Diary Jiae.
Kyuhyun meletakan begitu saja buku bersampul bunga Iris ungu yang baru ia baca setengah, lalu menatap langit musim semi dengan pandangan nanar. Ia salah, terlalu salah menilai Jiae hanya karena sebuah fakta yang sebenarnya tidak bisa dibilang kejahatan besar. Gadis itu…hanya menyukainya.
Mata hitam Kyuhyun menutup, ia menghembuskan napas berat dan mengusap wajahnya. Sudut matanya kini tertuju pada bunga Iris di sampingnya, bunga yang bahkan dulu ia tidak tahu namanya tapi setelah mengenal Jiae ia tahu segala hal tentang bunga Iris. Bunga Iris, bunga yang memiliki makna harapan, bunga yang berbunga saat bulan februari, bulan kelahiran mereka..ia dan Jiae.
Cukup lama Kyuhyun terdiam, tengelam dengan kenangan-kenangan ia tentang Jiae. Angin berhembus ringan, membuat beberapa daun maple yang lebih dulu menguning terlepas dari tangkainya dan terjatuh tepat pada lembaran terakhir Diary Jiae yang juga terbuka.
Mata ini kini terlalu berat, ingin menutup dengan sendirinya,.. lelah.
Dan ketika langit kembali berubah warna, aku tidak bisa memastikan apa mata ini kembali membuka,..
Tuhan, jika memang seperti ini akhirnya, biarkan jiwa-jiwa burung kertas ini terbang, membawa satu permohonanku untuknya,..
Permohonan agar ia bisa meraih impiannya,..
Dan untuk satu harapan kecilku di antara jiwa-jiwa burung kertas ini biarkan terkubur, lenyap dan menghilang,..
Mata Kyuhyun terpaku tepat pada beberapa kata terakhir yang ada di lembaran itu. Tubuhnya menegang, jantungnya berdebar begitu keras hingga membuahkan rasa sesak di dadanya. Ini tidak mungkin!. Gadis itu..meminta permohonan hanya untuknya? Dan membiarkan harapannya terkubur!. Kyuhyun menggelengkan kepala, berharap yang ia lihat adalah kebohongan. Namun tulisan Jiae menyadarkannya, ini nyata dan ia bahkan tidak pernah berpikir jika seseorang akan melakukan ini untuknya. Darah Kyuhyun langsung terasa membeku.
Kyuhyun berdiri, tanpa berpikir lagi diambilnya peper bag di sampingnya lalu meletakan Diary Jiae di sana. Ia berlari dengan tangan yang mencengkeram tali peper bag itu erat-erat sampai buku-buku jarinya memutih. Perasaannya dan pikirannya kacau…takut. Takut jika ia tidak bisa melihat mata coklat itu lagi. Jantungnya semakin berdebar keras dan tubuhnya terasa sedingin es, yang ada dipikirannya kini harus memastikan keadaan Jiae dan yang tahu hanya Eunhee, sehingga ia harus segera bertemu gadis itu.
Asan Medical Center, Songpa. Seoul.
Cukup lama Kyuhyun berdiri di depan sebuah kamar Rumah Sakit Asan Medical Center, memegang pegangan pintu kamar itu. Tidak bergerak. Ia menarik napas, sebelum akhirnya dengan perlahan membuka pintu kamar tersebut. Jantungnya kembali berdegup kencang, ucapan Eunhee beberapa saat lalu masih terbayang di otaknya. Jiae memiliki penyakit jantung sejak kecil dan beberapa minggu lalu ia ditemukan pingsan di kamar dengan tangan memeluk buku Diarynya, beruntung  beberapa hari setelah itu pihak Rumah Sakit menemukan jantung yang cocok untuk Jiae mengingat orang tua gadis itu sudah cukup lama mencari transplantasi jantung, tapi itu tidak cukup membuatnya tenang karena Jiae belum juga sadar dari komanya.
Kyuhyun menghentikan langkahnya sesaat setelah ia masuk ke kamar Jiae, jantungnya seakan diremas kuat melihat gadis itu berbaring dengan mata terpejam. Ia tertegun menyadari hanya ada suara alat mengukur detak jantung seseorang, suara yang membuat ia tahu jika gadis itu masih hidup. Beberapa detik terlewatkan, ia masih berpikir ini mimpi bahkan ketika ia bertemu orangtua Jiae untuk pertama kalinya sebelum masuk ke kamar ini, meminta izin untuk melihat Jiae yang berada pada ruang perawatan khusus.
Shin Jiae, gadis itu seolah tidur dalam damai, dengan wajah teduh tapi Kyuhyun benar-benar merasa dihantam keras menyaksikan tubuh Jiae yang terbaring tidak berdaya bahkan untuk bernapas gadis itu memerlukan peralatan Rumah Sakit. Kyuhyun menghampiri tempat tidur dan memerhatikan wajah Jiae, lalu terduduk di bawah lantai sekalipun ada sebuah kursi di sampingnya. Lututnya terasa lemas, seakan tidak bertulang. Apa ini hukuman Tuhan untuknya?.
Apa yang harus kulakukan untuk membalas pertolonganmu?
Kenapa kau tidak mencobanya lagi, setidaknya masih ada harapan jika kau bisa bermain gitar.
Bisakah kita istirahat, aku lelah Kyu…Dadaku sakit.
Aku memang menyukaimu sejak dua tahun lalu..Tapi sengaja mengambil perhatianmu? Sedikitpun aku tidak pernah berniat melakukannya, tapi jika kau berpikir seperti itu…aku bisa memberi taumu setelah hari ini.. kau tidak akan melihatku lagi.
Mianhae,” lirih Kyuhyun. Tercekat seolah tidak ada kata yang bisa ia ucapkan lagi. Gadis itu tetap diam dalam tidur panjangnya, bahkan ketika ia mengucapkan kata-kata itu berulang kali tidak akan pernah merubah fakta. Jiae koma, tidak sadarkan diri entah untuk waktu yang bahkan tidak bisa ditentukan.
***
2 Juni.
Asan Medical Center, Songpa. Seoul.
Menarik napas panjang, Kyuhyun membuka pegangan pintu kamar Jiae. Melangkah ringan ke arah tempat tidur Jiae dan mengambil kursi yang ia letakan di sisi tempat tidur itu. Sesaat Kyuhyun melihat ke arah nakas, tempat ia menaruh kertas burung bangau buatannya. Tersenyum tipis, ia tidak pernah berpikir jika dirinya bisa membuat hal seperti itu, sesuatu yang bahkan tidak pernah terlintas sedikitpun di otaknya dulu.
“Hai,” sapa Kyuhyun dengan suara rendah nyaris seperti bisikan halus. Ia mengamati wajah Jiae, menatap tepat ke mata gadis itu yang masih saja terpejam bahkan setelah satu bulan terlewatkan.
“Hari ini aku akan mengikuti sebuah lomba,” Kyuhyun memulai pembicaraannya, meraih tangan Jiae dan menggenggamnya ringan. “Kau tahu aku akan bernyayi menggunakan gitar..Apa kau suka? Aku sudah bekerja keras untuk kembali bermain gitar..Seharusnya kau melihat penampilanku bukan?”.
Kyuhyun menyentuh wajah Jiae dengan ujung jemarinya. Hanya dengan ujung jemarinya, secara perlahan seolah takut jika gadis itu akan terluka. “Jadi, bisakah kau menemaniku atau hanya sekedar…mendengar permainanku?” suara Kyuhyun terdengar semakin pelan dan lirih.
Hening, untuk beberapa detik Kyuhyun hanya bisa menatap Jiae dengan pandangan berharap. Memohon agar Tuhan menunjukan sedikit keajaibannya saat ini agar mata gadis itu membuka. Kyuhyun menghela napas berat, lalu berdiri dari duduknya, mendekat ke arah telinga Jiae dan berbisik, “Saranghae..” ucapnya pelan, seolah-olah tidak bisa mengucapkan kata-kata lain. Ia sendiri tidak terlalu mengerti atau terlambat menyadari ini? Manyadari jika gadis yang ada di atas ranjang dengan mata terpejam di hadapannya adalah seseorang yang sangat berharga untuknya.
***
13 Juni.
Asan Medical Center, Songpa. Seoul.
Langit kota Seoul sudah berubah Oranye hari ini, saat Kyuhyun kembali ke tempat Jiae untuk kesekian kalinya. Ada sedikit senyum terukir di bibirnya karena kabar gembira yang ia dapat pagi tadi dari hasil kerja kerasnya. Untuk beberapa saat ia terdiam di pintu kamar tersebut, jantungnya tiba-tiba berdetak lebih keras dari sebelumnya, seolah ada sesuatu yang terjadi dan benar saja begitu ia akan membuka pintu kamar itu seseorang lebih dulu membukanya.
“Apa anda mencari nona Shin?”.
Kyuhyun mengangguk kecil tanpa bisa menjawab pertannyaan perawat wanita di hadapannya. Perawat wanita itu tersenyum, membuat sebagian dari dirinya merasa tenang dengan sendirinya, berpikir jika senyuman itu mewakili apa yang terjadi pada Jiae.
Perlahan Kyuhyun melangkah ke arah taman Rumah Sakit ini, berjalan hati-hati ke sebuah tempat yang ada di bawah pohon rimbun. Ia tersenyum, menunduk untuk menyapa wanita paruh baya yang tengah memegang kursi roda bagian belakang Jiae dan seolah tau ibu gadis itu tersenyum lalu melangkah meninggalkan mereka.
Langit sudah hampir gelap, matahari bahkan hampir tidak terlihat lagi dan sedikit sinar dari matahari itu menyinari wajah gadis dengan mata terpejam di atas kursi roda tersebut. Kyuhyun merasa lega sampai-sampai ia harus terdiam untuk beberapa saat hanya untuk memastikan apa yang ia lihat saat ini. Jiae sudah sadar!. Kyuhyun menjulurkan kedua tangannya, memeluk Jiae dari belakang dengan hati-hati. Gadis itu menoleh lemah, sadar jika orang yang ada di belakangannya saat ini bukan lagi ibunya tapi..Kyuhyun?.
“Kau sudah sadar,” ucap Kyuhyun pelan, terdengar melegakan. “Kenapa tidak istirahat di kamarmu? Apa kau menunjukan keras kepalamu agar bisa keluar bahkan dengan infus yang masih menempel di tanganmu? Tidak bisakah kau menghilangkan sifatmu itu, kau bahkan baru beberapa jam lalu membuka mata –“.
“Apa kau benar-benar Kyuhyun?” sela Jiae pelan nyaris seperti bisikan karena masih lemah. Ia memandang Kyuhyun lama, memastikan apa yang ia lihat .
“Kurasa ingatanmu sangat buruk. Kau harus merekam wajah tampanku nona Shin dan untuk melakukan itu,” Kyuhyun tersenyum, mengambil jeda untuk ucapannya. “Kau tidak perlu membuang harapan kecilmu, karena jika kau melakukan itu kupikir beberapa bulan lagi kau bahkan tidak mengenaliku. Jadi, Apa kau mau tetap berada di sampingku Aeya? ”
Jiae tertegun. Mencerna kata-kata terakhir Kyuhyun, ia bingung dan tidak bisa berpikir kenapa pria itu tahu harapan kecilnya yang ia tulis pada salah satu kertas burung bangau buatannya dulu, hingga satu-satunya alasan logis Kyuhyun tahu jika membuka kertas burung bangau itu satu persatu tapi bagaimana pria itu tahu jika ada satu harapannya yang terselip diantara kertas-kertas burung bangau buatannya sedangkan tadi ia melihat sebuah toples berisi burung bangau berada di nakas kamarnya. Harapan kecil jika ia ingin bisa melihat wajah Kyuhyun setiap hari atau dengan kata lain, ingin terus bisa berada di samping Kyuhyun.
“Apa harus berpikir keras dulu untuk menjawab pertannyaanku?”
Mianhae,” Jiae sadar, gadis itu tersenyum.
“Aku bosan mendengarmu mengucapkan kata maaf,” Kyuhyun berjalan ke depan Jiae, duduk tepat di hadapan gadis itu dan menyentuh kedua tangan putih itu lembut. “Mianhae, Apa kau bisa memaafkanku atas ucapan bodoh yang sempat ku ucapkan?”
Jiae menggelengkan kepala pelan, “Tidak Kyu, kau tidak perlu minta maaf.”
Kyuhyun tersenyum, menyentuh kepala Jiae pelan dan menarik kepala gadis itu hingga menyentuh dadanya. “Kau membuatku takut dan merasa bodoh setelah tau semuanya,” Ia terdiam sejenak, mengangkat wajah Jiae agar bisa melihat mata coklat itu lagi, lalu melanjutkan ucapannya, “Dan melihatmu sadar saat ini aku tidak ingin berpikir dua kali untuk menunda mengatakan ini langsung padamu,” Kyuhyun menatap Jiae lurus dan tersenyum “Saranghae.”
Jiae tertegun, tidak bisa menggambarkan apa yang ia rasakan saat ini. Ucapan Kyuhyun terdengar lembut dan pelan seolah menggambarkan pria itu mengucapkannya dengan perasaan dalam. Ia tidak tahu sejak kapan tangan kanannya menyentuh wajah Kyuhyun pelan, merasakan halusnya kulit wajah pria di hadapannya kini dan yang ia lakukan setelah itu, mencondongkan tubuhnya sedikit untuk mencium Kyuhyun sebagai balasan ucapan pria itu.
***
17 Februari.
Itaewon. Seoul.
“Kita mau ke mana Kyu?” Jiae mengerucutkan bibir. Sejak tadi Kyuhyun hanya diam dan fokus menatap jalan di depannya, hingga akhirnya begitu mereka berbelok pada sebuah perumahan di Itaewon gadis itu mengerutkan kening.“Rumah siapa yang akan kau kunjungi?”
Kyuhyun tersenyum, membuka pintu mobilnya dan berlari kecil untuk membukakan Jiae pintu mobil. “Kenapa kau cerewet sekali nona Shin.”
“Kau mengacuhkanku, tidak ada orang yang suka diacuhkan,” Jiae membela diri dan sesaat kemudian ia tertegun melihat rumah di hadapannya, rumah ini terlihat begitu indah karena dipenuhi berbagai tanaman hias yang ia sukai?. “Ini rumah siapa?”
“Kita,” Kyuhyun tersenyum tanpa dosa, sedangkan Jiae melongo dibuatnya. “Kau suka? Ada yang ingin kutunjukan padamu.” Kyuhyun mengenggam tangan Jiae atau lebih tepatnya menautkan jari-jarinya pada jari-jari tangan gadis itu.
Sebuah rumah kaca yang terdapat tepat di samping bangunan besar Rumah tersebut membuat Jiae lagi-lagi merasa takjub, “Apa kau membohongiku? Kau membeli rumah ini?” tanya Jiae ragu sesaat begitu Kyuhyun akan membuka pintu rumah kaca di depannya.
“Tidak, ini rumah pinjaman.”
“Oh, begitu.” Jiae mengangguk, menatap Kyuhyun lama karena pria itu masih juga terdiam.
“Gadis bodoh,” Kyuhyun menjentikan jarinya di kening Jiae, membuat gadis itu meringis dan mengerucutkan bibir. “Tentu saja aku membelinya sendiri, kau lupa jika pacarmu ini adalah seorang penyanyi terkenal. Hay, kau bahkan ikut menemaniku satu tahun lalu saat tanda tangan kontrak perusahaan –“
“Aku tahu.” Tukas Jiae. Ia menggelengkan kepala kecil, setelah cukup lama mengenal Kyuhyun ia baru tahu jika pria itu suka membanggakan diri, “Kenapa kau suka sekali membanggakan dirimu,” gumam Jiae tanpa sadar.
“Pria tampan sepertiku memang patut membanggakan diri,” Kyuhyun tertawa kecil, menepuk kepala Jiae pelan, lalu membuka pintu rumah kaca itu. “Ini hadiah untuk ulang tahunmu besok.” Ucap Kyuhyun sesaat setelah pintu kaca itu terbuka.
Jiae terdiam di posisinya, berdiri dan memandang hamparan bunga Iris yang tengah mekar. Harum khas bunga itu langsung masuk ke dalam indara penciumannya. Beberapa detik kemudian mata coklatnya teralihkan pada dua toples kaca berisi kertas burung bangau?.
Wae?” Kyuhyun memiringkan wajahnya, menatap Jiae dangan senyum kentara di sembunyikan. “Apa pertannyaanmu dulu sudah terjawab, yah sebenarnya burung bangau yang kau pegang itu buatanku dan aku tetap memegang milikmu setelah membuatnya lagi tentunya, lalu bunga Iris ini –“
Kyuhyun terlonjak kaget saat Jiae tiba-tiba saja memeluknya erat dan ia tidak perlu mendengar apapun lagi untuk tahu apa yang ada dalam pikiran gadis itu. “Jadi, Apa dengan 1000 burung bangau milikmu dan 1000 burung bangau milikku sudah bisa mengabulkan permohonanmu untukku dan permohonanku untukmu?” Kyuhyun terkekeh, merasa geli karena tidak habis pikir bisa percaya dengan legenda Jepang kuno yang Jiae katakan dulu.
“Kupikir kau tidak percaya,” Jiae begumam, tersenyum dan mengendurkan pelukannya “Gomawo.”
Sesaat mereka terdiam, menatap satu sama lain hingga akhirnya Kyuhyun mengecup singkat kening Jiae dan berbisik di telinga gadis itu, “Dan untuk bunga Iris, angap saja sebagai harapan agar kita bisa tetap bersama.”
END

No comments:

Post a Comment