Cho Kyuhyun ~ Shin Jiwon
~~@~~
Jiwon tengah sibuk di dapur ketika dua
krucilnya berhamburan dari kamar dengan tawa lebar, lalu berputar-putar
mengelilingi kakinya, membuatnya susah berjalan. Sementara tangannya
tengah membawa sebuah wadah yang akan ia letakkan di atas meja makan.
“Yaa! Kutangkap kalian!” Pekik
Kyuhyun dengan tawa lebarnya yang juga keluar dari kamar untuk mengejar
kedua bocah yang saat ini tengah bersembunyi di balik tubuh Jiwon.
“Aaaghhttt! Eomma!” teriak dua bocah
itu, bermaksud meminta pertolongan disela kegiatan berputar-putarnya
mengelilingi tubuh Jiwon karena Kyuhyun terus mengejarnya.
“Yaiks! Apa yang kalian lakukan!
Aleyna, Hyuno, hentikan! Kalian ingin Eomma jatuh?” Jiwon sudah
berputar-putar menahan keseimbangan agar piring ditangannya tidak jatuh.
Tak pedulikan omelan Jiwon, mereka
tetap melanjutkan aksi kejar-kejaran itu dengan tawa lebar hingga ke
seluruh ruangan. “Appa! Hahaha. Lepas! Hahaha.” gelak tawa Aleyna
kegelian ketika Kyuhyun berhasil menangkap tubuh bocah itu dan
menggelitikinya di atas sofa ruang tamu.
“Kena kau! Rasakan ini!” Aleyna
termasuk anak yang aktif hingga Kyuhyun sedikit kewalahan menahannya.
“Yaa! Appo!” teriak Kyuhyun merasakan gigitan dipunggungnya.
“Eiy! Kalian bersekongkol?” Kyuhyun
menolehkan kepalanya dan mendapati Hyuno sudah menyeringai lebar. Kedua
bocah itu cukup pintar menyerang ayahnya ketika sedang lengah. Membuat
Kyuhyun terus berteriak minta ampun karena serbuan dua krucilnya.
“Sepertinya kalian tidak tertarik.
Baiklah biar Eomma habiskan saja. Sepertinya enak!” Jiwon sengaja
mengeraskan suaranya dari meja makan untuk menarik perhatian ketiga
orang yang tengah asyik saling pukul dengan bantal sofa.
Kedua bocah itu berlari menuju meja
makan setelah sebelumnya saling pandang dengan mata berbinar dan
meninggalkan Kyuhyun yang ambruk di sofa ruang tamu dengan napas
tersengal. Setelah berhasil mengembalikan napas normalnya, ia berjalan
ke arah meja makan dimana Hyuno dan Aleyna sudah berisik bertanya ini
itu kepada Jiwon.
“Donuts Salmon Granpa untuk Hyuno dan Strawberry Cereal Ahjumma untuk Aleyna.” Jiwon mendorong piring sesuai keinginan dua krucilnya yang tampak menggerak-gerakkan kakinya tak sabar.
Jiwon sengaja mencari referensi
tentang cara menyajikan makanan yang unik dan sehat agar kedua krucilnya
itu tak alergi sayur seperti Kyuhyun.
“Heish! Aku tak suka sayur, Eomma!”
wajah Hyuno tampak memberengut sementara tangannya sibuk menyingkirkan
sayuran dari piringnya. “Hanya sedikit, tak masalah buatku.” Ralatnya
begitu menyadari tatapan tak suka Jiwon.
Yup, bocah itu hanya memiliki sedikit
keberanian untuk protes, selebihnya ia adalah laki-laki kecil penurut.
Bahkan kalau boleh dibilang, ia adalah manusia paling penurut penghuni
apartemen 3008 dilantai 12, mengingat ketiga manusia lainnya memiliki
sifat cenderung keras kepala. Mungkin Jiwon patut bersyukur untuk itu,
setidaknya masih ada bagian dari keluarganya yang ‘manis’
“Mom! Aku sudah berjanji minum susu menjelang tidur saja. Kenapa pagi ini harus ada susu dipiringku?” protes Aleyna.
Jiwon menautkan alisnya, “Janji?”
“Morning, Sayang.” Kyuhyun mengecup singkat pipi Jiwon sebelum menarik kursi dan duduk disana.
Aleyna mengagguk dengan gaya sok dewasanya. “Aku tak ingin terlihat seperti…” matanya melirik malas pada perut gembul Kyuhyun. “Oh My Gosh! Itu sama sekali tidak Oke, Mom!” repetnya dengan hembusan napas panjang.
Awalnya Kyuhyun sama sekali tak
berminat untuk bergabung dalam perdebatan ibu dan anak itu, namun
sepertinya putri kecilnya itu sengaja memancingnya untuk bicara.
“Eiy! Ini perut kebanggaan Daddy,
kau tahu?” matanya mengisyaratkan sesuatu, detik berikutnya kepalanya
sudah mendekat ke telinga Aleyna, membisikkan sesuatu disana yang
jelas-jelas bisa Jiwon dengar. “Mom bahkan terlampau sering
menumpukan kepalanya disini.” ujarnya bangga menepuk perut buncitnya.
Sementara Jiwon tampak melototkan matanya ke arah Kyuhyun yang hanya
mengeluarkan kekehannya.
“Yeah! Itu Daddy. Dan aku tak mungkin terlihat cantik dengan perut seperti itu, Dad!” sungutnya dengan bibir mengerucut. “Aku ingin makan buah saja.”
Tangan mungilnya sudah mendorong piring berisi Strawberry Cereal sementara tangan satunya lagi menarik piring berisi buah yang sudah dibentuk dengan karakter-karakter lucu.
Meski usianya baru menginjak tahun
kedua, namun gadis kecil itu sudah sangat peduli dengan penampilannya.
Bahkan ia sudah mulai menunjukkan bakatnya di dunia modelling.
“Susu tak akan membuat perutmu seperti itu, Sayang.” Bujuk Jiwon. Lagi-lagi perut buncit Kyuhyun menjadi objek pandangan.
“Justru susu akan membuatmu tumbuh menjadi tinggi dan cantik seperti Mom!” bujuk Kyuhyun menambahkan.
“Di dalam susu terdapat kalsium yang
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang-tulang di dalam tubuh, juga
asam amino yang baik untuk menjaga kelembaban kulit dan mencegah
kerusakan kulit akibat lingkungan.” Sahut Hyuno dengan tampang datarnya
namun terlihat cerdas membuat ketiga orang lainnya tampak tertegun
dengan kalimatnya.
“Heishh! Kau memang anak Appa, Hyuno.” Kyuhyun mengusap kepala Hyuno dengan kekehan kebanggaan.
Hyuno menuruni gen jenius dari
Kyuhyun sepertinya. Tak jarang pertanyaan-pertanyaan dari bocah itu
membuat Kyuhyun dan juga Jiwon kewalahan.
Mengapa langit berwarna biru? Mengapa bulan bersinar? Mengapa hujan? Mengapa begini? Mengapa begitu?
Pembawaannya yang terlihat tenang dan
pendiam ternyata menyimpan sejuta keingintahuan. Meskipun kembar kedua
bocah itu memiliki karakter yang berbeda.
~~@~~
PSP
“Eo, kemana mereka?” mata
Jiwon menyipit, tak mendapati kedua malaikat kecilnya di dalam kamar.
Sejurus kemudian badannya berputar mendengar keributan dari ruang
tengah.
“Kembalikan!”
“Tidak mau! aku lebih dulu menemukannya.”
“Cepatlah! nanti Appa marah!”
“Ck! berisik sekali, aku sedang….”
“Yaa! aku juga ingin lihat!”
“Ehem.” Kedua bocah yang tengah memperebutkan sesuatu itu serempak mengalihkan perhatiannya pada sumber suara.
“Eomma?”
“Mom?“
Gumam keduanya serempak. Kedua bocah itu saling merapat saat perempuan itu berjalan mendekati keduanya.
“Apa yang kalian sembunyikan?” Jiwon
menjulurkan sedikit lehernya untuk melihat sesuatu yang tersembunyi
dibalik punggung mungil itu. Keduanya hanya menggelengkan kepala dengan
wajah polos.
“Eung?” kali ini dahinya mengernyit
samar. Sudah sangat tahu jika kedua krucilnya itu sedang menyembunyikan
sesuatu. Namun apa yang mereka sembunyikan itu yang ia tidak tahu.
“Eomma ingin lihat.” ujarnya pelan seraya menengadahkan telapak
tangannya di depan bocah itu.
“Bukan sesuatu yang penting, Mom.” sahut gadis kecil yang mendapatkan tatapan aneh dari namja kecil disampingnya.
“Tidak penting?”
“Eum.” Angguknya cepat memamerkan senyum imutnya.
“Hyuno?” Bermaksud meminta penjelasan
pada anak laki-lakinya. Bocah itu terlihat gugup mendapatkan tatapan
penuh tuntutan dari ibunya, lalu pandangannya teralih pada gadis kecil
di sebelahnya.
“Eung. Itu…itu….” Hyuno menghembus napas berat, sebelum akhirnya kembali bersuara. “Noona me___”
“Eo? Ada apa ini?” Suara bas milik
seseorang mengalihkan perhatian ketiga orang itu. Pria itu berjalan
mendekat. “Lihat PSP ku, tidak?” tanyanya pelan pada Jiwon. Melihat raut
wajah itu, sudah cukup menjawab pertanyaan yang Kyuhyun lontarkan. Kini
pandangannya beralih pada kedua bocah yang masih menatap kedua orang
tuanya lekat. “Kalian belum tidur?” Sebelah alisnya terangkat. “Jam
berapa sekarang?” kepalanya berputar mencari letak jam dinding di
rumahnya.
Kedua bocah itu sudah berniat melarikan diri ke kamarnya saat tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkah mereka.
“Aleyna.” Tak perlu banyak bicara, gadis kecil itu sudah tahu maksud tatapan dari perempuan bergaun tidur merah muda.
Bocah itu mendesah kecewa seraya mengulurkan sebuah benda persegi empat warna hitam.
“Eo? PSP ku, bagaimana bisa ada padamu, Aleyna?”
Namun sebelum Aleyna membuka
mulutnya, Jiwon lebih dulu menatap tajam Kyuhyun. Membuatnya kembali
menutup rapat mulutnya yang sudah terbuka.
Sebelum Jiwon menceramahi mereka panjang lebar, Hyuno sudah angkat bicara terlebih dulu. Antisipasi pembelan dirinya.
“Aku sudah memperingatkan Noona, Eomma. Tapi__”
“Sudah malam. Kalian cepatlah tidur.” ujarnya memotong pembelaan diri Hyuno.
Aleyna, bocah kecil itu tersenyum
miring menatap adik laki-lakinya. Lalu beranjak mendekati kedua orang
tuanya dan mencium pipi mereka bergantian. “Good night Mom. Good night
Dad.” ujarnya yang kemudian langsung disusul oleh Hyuno dibelakangnya.
“Jalja Eomma. Jalja Appa.”
Kedua orang tua itu menghela napas
panjang melihat kedua anaknya itu berlari-larian masuk ke kamar. “Mereka
sudah besar.” Kekehan kecil terdengar dari bibir tebal Kyuhyun.
“Lain kali, jika masih menaruh benda
ini sembarangan dan aku yang menemukannya, jangan harap kau bisa
mendapatkannya kembali, Dokter Cho!” Jiwon mengayunkan PSP ditangannya.
“Akan langsung kubuang ke tempat sampah!”
“YAA! Kau pikir itu benda rongsokan!
“Apa peduliku!”
Jiwon melenggang pergi meninggalkan
Kyuhyun yang masih merengut kesal. Sementara itu di balik kamar sana
kedua bocah itu tengah mengintip dari celah pintu.
“Kita sudah bisa memainkannya, kalau saja kau tidak berisik tadi.” Kesalnya pada bocah laki-laki.
“Tapi Eomma sudah melarang kita untuk tidak dekat-dekat dengan benda itu.”
“Bukankah kau juga ingin memainkannya?” cecar Aleyna.
“Eum.” hanya anggukan lemah sebelum keduanya naik keatas ranjang.
~~@~~
Ice Cream
“Daddy.” Panggil Aleyna dengan nada datarnya ketika Kyuhyun tengah sibuk di depan komputer.
“Eum.” Hanya gumaman dan sama sekali tak menolehkan kepalanya.
“Daddy!” nadanya naik satu oktaf.
“Iya, Sayang.” Kyuhyun tahu jika
putri kecilnya itu mengharapkan perhatiannya, tapi apa yang ia kerjakan
saat ini benar-benar membutuhkan konsentrasi, hingga tak memungkinkannya
hanya sekedar melirik Aleyna.
“Daddyyyy!!!” Jeritnya dengan lantang hingga membuat Kyuhyun harus menutup telinganya.
Gadis kecil itu sudah berdiri di atas
meja dengan tampang cemberut ketika Kyuhyun memutar kursinya. Ia tak
bertanya apa-apa dan hanya memperhatikan Aleyna yang tampak sibuk dengan
topi dikepalanya. Lebih tepatnya, Kyuhyun tengah mencari maksud
tersembunyi dari gerak-gerik Aleyna.
“Kemari!” panggil Kyuhyun menyadari wajah Aleyna tetap tak berubah. Gadis kecil ini benar-benar sedang merajuk rupanya.
Kyuhyun mengangkat tubuh Aleyna dari atas meja, gadis kecil itu masih terdiam dipangkuannya.
“Kenapa cemberut seperti ini, eum?”
goda Kyuhyun dengan cara mencubit kecil pipi kembung putrinya. “Eomma
dan Hyuno? Bukankah kalian pergi ke taman tadi?”
Meski weekend, terkadang Kyuhyun masih harus bekerja, meskipun itu di rumah. Selain menjadi dokter tetap di Severance Hospital Seoul,
ia juga menjadi pengasuh rubrik kesehatan di sebuah majalah. Membuatnya
harus menulis artikel dan juga menjawab beberapa pertanyaan yang
dikirim oleh para pembaca melalui email.
Dan Jiwon cukup peka dengan keadaan
tersebut. Saat Kyuhyun tengah membutuhkan konsentrasi untuk menulis
artikel, ia akan membawa kedua buah hatinya untuk bermain di taman yang
masih satu wilayah dengan apartemen mereka.
“Mom menemaniku bermain, belajar, membuat sarapan, mendongeng bahkan pergi ke taman hiburan. Setiap hari, Mom memiliki banyak waktu untuk kami. Sementara, Daddy…” Aleyna mulai bersuara dengan nada sedikit kesal. “Daddy hanya memiliki dua hari luang untuk kami dan itupun tidak sepenuhnya kami rasakan.”
Ya Tuhan, putri kecilku sudah
besar. Lihatlah ia sudah mulai protes tentang pekerjaanku yang hanya
memiliki sedikit waktu untuk bermain bersama mereka.
“Sayang, dengarkan Daddy,” Kyuhyun memutar tubuh Aleyna hingga menghadap ke arahnya. “Lebih dari apapun di dunia ini, Daddy menyayangimu, Hyuno dan juga Mom.”
“No! Daddy lebih menyayangi pekerjaan.” Sahut Aleyna.
Kyuhyun hanya mampu menghela napas. “Oke! Katakan apa yang kau inginkan. Tentu saja setelah Daddy menyelesaikan semuanya.” Matanya melirik komputer yang masih menyala.
“Apapun yang aku inginkan?” raut
wajahnya terlihat waspada. Kyuhyun hanya mengangguk yakin. “Aku ingin es
krim.” Raut wajah cemberut menghilang berganti binar mata gembira. “Dan
Daddy harus membawaku ke Lotte Word, bagaimana?”
“Oke.” Kyuhyun tersenyum. Seorang Aleyna tak mungkin hanya meminta es krim saja.
“Kami pulang!” suara yang sudah tidak
asing itu membuat Kyuhyun dan Aleyna menoleh ke pintu. “Hyuno, bukankah
kita akan pergi ke LotteWord?” Jiwon menggandeng lengan Hyuno melewati
kedua orang itu.
“Dan membeli banyak es krim, Eomma?” tanya Hyuno dengan wajah polosnya.
Jiwon berjongkok di depan Hyuno dan
mencubit kecil hidungnya. “Tentu saja! Kita akan beli es krim,
banyaaakkk sekali!” tangannya membuat rentangan merujuk pada kata
‘banyak’ sementara matanya melirik ke arah Kyuhyun bersama Aleyna.
Kyuhyun masih mengamati putra dan
istrinya yang sepertinya ingin melihatkan sesuatu dan terlihat sedang
menggoda. Hingga menyadari ketika dengan tiba-tiba Aleyna turun dari
pangkuannya dan berlalu dari sana tanpa sepatah kata.
Melihat itu membuat Hyuno dan Jiwon berhigh five ria. “Yes! Kita berhasil Hyuno.” Kekeh Jiwon.
Kyuhyun tampak bingung. “Sebenarnya ada apa ini?”
“Daddy harus menepati janji itu!” Teriak Aleyna lantang sebelum menghilang dibalik pintu kamarnya.
“Memangnya apa yang kau janjikan padanya, Dokter Cho?” Jiwon sudah mulai merasakan gelagat tak baik.
Pria itu menghembus napas panjang
sebelum menjawab, “Dia mengganggu kerjaku. Kukatakan saja aku akan
menuruti semua permintaannya setelah aku menyelesaikan semuanya.”
“Lalu apa yang dia katakan padamu?” matanya mulai menelisik was-was.
“Es krim…”
“Heish! Sudah kuduga.” Sungut Jiwon.
“Dan memintaku membawanya ke Lotte Word.” Sambung Kyuhyun lagi.
“APA?” Mata Jiwon sudah melotot tajam
pada Kyuhyun dan Hyuno terlihat menghembus napas kecewa. “Yaa! Dokter
Cho! Apa yang kau lakukan. Aku sedang menghukumnya karena tadi ia
memukul seorang anak di taman dan tak mau meminta maaf.”
Kyuhyun membuang wajahnya dengan hembusan napas kecil. Merasa tertipu oleh putri kecilnya.
Jiwon menyibak poninya kebelakang,
kepalanya terasa berdenyut menghadapi tingkah putri kecilnya. “Aku
katakan padanya bahwa aku dan Hyuno akan pergi ke Lotte Word tanpa dia.
Tapi sekarang apa yang kau janjikan padanya, hah?”
Sementara di dalam kamar sana, Aleyna
tengah menunjukkan evil smirk-nya. “Cih! Kalian pikir kalian sedang
berurusan dengan siapa?” gumamnya. “Aku, Aleyna Cho, Evil Princess.” Tawanya menggelegar.
“ALEYNA!”
Gadis kecil itu segera membekap mulutnya menyadari teriakan kuat dari luar kamarnya.
~~@~~
Kyuyomi
Kyuhyun baru saja keluar dari kamar
mandi ketika matanya menangkap dua krucil berguling-guling diatas tempat
tidurnya. Hyuno dan Aleyna.
“YAA! Apa yang kalian lakukan
dikamarku?” pekiknya dengan ekspresi wajah shock yang semakin menjadi,
terlebih melihat Hyuno yang masih berbalut handuk. Kedua bocah itu sama
sekali tak gentar dengan teriakan Ayahnya. Hanya cengiran khasnya yang
terlihat.
“Dan kau, Hyuno. Kau bisa masuk angin
jika terus seperti itu.” geramnya sembari berjalan menghampiri
ranjangnya. “Kau ingin Eomma memarahiku karena kita terlambat
menjemputnya ke bandara?” tangannya hendak meraih tubuh Hyuno, namun
bocah itu beringsut cepat ke sudut ranjang.
Kyuhyun hanya bisa menghembuskan
napasnya melihat senyuman miring kedua bocah itu disertai kekehan kecil
yang meluncur begitu saja dari bibir keduanya, seolah mempermainkannya.
“Kalian mengajakku bermain, eo?” matanya menyipit.
Kesibukannya sebagai dokter juga
pemandu acara di sebuah program kesehatan di stasiun TV sekaligus
pembicara di sebuah seminar-seminar membuatnya jarang berada di rumah.
Bahkan hanya untuk bermain dengan kedua krucilnyapun sangat jarang.
Wajar jika mereka sedikit manja, sengaja mencuri perhatiannya ketika ia
ada di rumah. Terlebih kini Jiwon sedang tidak ada di rumah. Wanita itu,
selama tiga hari sedang berada di Paris untuk berpartisipasi dalam
acara ‘Paris Fashion Week’ dan rencananya hari ini wanita itu kembali.
Sementara dua bocah yang meringkuk di
pojokan ranjang itu saling bertatap. Berkomunikasi melalui sinar
matanya. Mereka kembar. Tentu saja, tanpa menyuarakan apa yang ada di
otaknyapun keduanya bisa saling mengerti, karena ikatan batin yang
begitu kuat.
“Ahjumma!” teriak Kyuhyun memanggil assisten rumah tangganya.
“Aku tidak mau Appa!” rengek Hyuno,
bocah itu cukup pintar menebak isi kepala Ayahnya. “Aku mau Appa yang
memakaikanku baju.” wajahnya tertekuk sempurna. Pipinya mengembung.
“Ne, baiklah. Appa yang akan
memakaikan bajunya.” sahut Kyuhyun akhirnya, mengalah. “Ahjumma,
ambilkan baju untuk Hyuno!” teriak Kyuhyun lagi.
Kyuhyun kembali menatap dua bocah itu
dan keningnya mengerut melihat kedua bocah itu berhighfive ria. “Wae?”
tanyanya mencari tahu. Keduanya menggeleng kompak.
“Ini bajunya, Tuan.”
“Terima kasih, Ahjumma.” ujar Kyuhyun seraya meraih baju di tangan wanita itu. “Kemari!” ujarnya kemudian pada Hyuno.
Alis Kyuhyun bertaut sempurna,
lagi-lagi melihat gelengan dari bocah itu. “YAA! Kau mau apa
sebenarnya?” erangnya frustasi. “Cepatlah, Hyuno! Jangan sampai Eomma
menunggu terlalu lama di bandara.” bujuknya.
“Aku mau memakai baju,” kalimatnya
menggantung membuat Kyuhyun bisa mencium gelagat tak baik dari raut
wajah polos putranya itu. “Dengan syarat, Appa harus menyanyi dengan
gerakan gwiyomi.” Aleyna terkikik pelan. Tampang meyakinkan adiknya
benar-benar membuatnya geli. Tak sia-sia, usahanya untuk melatih Hyuno.
“MWO?” Tampang hopeless langsung
menyergapnya. “Ya, sudah. Kalau begitu Appa akan meninggalkanmu. Ayo
Aleyna, kita pergi!” tubuhnya beranjak.
“Tinggal saja. Kalau aku sakit, Eomma akan memarahi Appa!”
Aigoo~ bocah ini mencoba
mengancamnya? Kondisi kesehatan bocah itu memang tak sebaik Aleyna. Daya
tahan tubuhnya lemah sejak lahir. Kakinya berhenti, membalikkan
badannya. Sebenarnya ia sangat tidak suka dikalahkan oleh siapapun.
Terlebih ini adalah anaknya sendiri yang bahkan umurnya baru menginjak
dua tahun. Hhhh…….
“Ayolah, Dokter Cho. Hanya gerakan Gwiyomi apa susahnya?” bela Aleyna.
“YAA! Kau tak boleh memanggilku begitu. Aku Appamu, Aleyna.” Gadis kecil itu hanya mengangkat bahunya acuh.
“Tapi Appa kan sudah besar. Gwiyomi hanya untuk anak-anak.” Kyuhyun berkelit berusaha menghindar.
“Ibu guru di sekolah selalu
menyanyikannya untuk kami.” sambung Hyuno yang disetujui oleh anggukan
mantap Aleyna. Tak bisa dipungkiri kedua bocah itu sangat cerdas.
Kyuhyun kalah telak.
“Tidak ada syarat yang lain?” katanya
melemah. Keduanya menggeleng kompak. Kyuhyun tahu, ini pasti ulah jahil
Aleyna, Hyuno tak seperti itu jika tak dipengaruhi. Anak itu terlalu
polos. Lihat saja mata gadis kecil itu sudah berbinar tak sabar.
“Baiklah.” Kyuhyun menghembus napas panjang sebelum menggerakkan jemarinya.
ildeohagi ileun gwiyomi
ideohagi ineun gwiyomi
samdeohagi sameun gwiyomi
gwigwi gwiyomi gwigwi gwiyomi
sadeohagi sado gwiyomi
odeohagi odo gwiyomi
yukdeohagi yugeun jjokjjokjjokjjokjjokjjok gwiyomi nan gwiyomi
ideohagi ineun gwiyomi
samdeohagi sameun gwiyomi
gwigwi gwiyomi gwigwi gwiyomi
sadeohagi sado gwiyomi
odeohagi odo gwiyomi
yukdeohagi yugeun jjokjjokjjokjjokjjokjjok gwiyomi nan gwiyomi
Suara ngebass itu mengalun merdu dan
terdengar lucu di telinga Hyuno dan Aleyna. Kedua bocah itu
terlonjak-lonjak diatas ranjang.
“Ahahahaha,” Kedua bocah itu tertawa terpingkal melihat Ayahnya menunjukkan Aegyo lucu menarikan tarian Gwiyomi.
Meski agak sedikit malu, Kyuhyun
akhirnya ikut melengkungkan bibirnya melihat kedua bocah itu tampak
gembira sukses mengerjai Ayahnya.
Itulah alasan kenapa Kyuhyun selalu
ingin cepat pulang ke rumah begitu pekerjaannya selesai. Melihat tingkah
menggemaskan kedua buah hatinya, meluruhkan kepenatan yang
menggelayutinya selama ini.
“Eomma!”
“Mom!”
Kedua bocah itu melepas genggaman
tangan Kyuhyun begitu melihat Jiwon keluar dari pintu bandara. Dan tak
ada yang ia inginkan di dunia ini selain bisa melihat senyum merekah
dari ketiga belahan jiwanya itu.
“You are my world.” Gumamnya. “You make my life more complete.”
THE END
~~@~~
No comments:
Post a Comment