Maafkan Hyung, Cho
Kyuhyun..
Writer: Ravenna Kara
Writer: Ravenna Kara
Genre : Sad, Family Banget, Comdei
Leeteuk’s
POV
Pagi-pagi
pukul 6 aku terbangun, aku keluar dari kamarku dan melihat Siwon sedang di
ruang tv, “Siwon? Kau sudah datang? Atau kau tidak pulang kemarin?”
“Ah, Hyung.”, katanya lalu menyesap kopi panas yang ada di tangannya. “Aku tidak pulang kemarin, kau mau kopi?”
“Tidak, tidak..”
Siwon lalu melihatku sekilas, lalu berkata, “Sebaiknya kau tidur, Hyung.” , kata Siwon, “Matamu sudah sangat lelah.”
“Oh ya? Baiklah. Aku akan tidur sebentar. Bangunkan aku saat makan siang.”, kataku, lalu kembali menuju ke kamar tidurku.
Siwon tersenyum, “Pasti, Hyung.”
“Ah, Hyung.”, katanya lalu menyesap kopi panas yang ada di tangannya. “Aku tidak pulang kemarin, kau mau kopi?”
“Tidak, tidak..”
Siwon lalu melihatku sekilas, lalu berkata, “Sebaiknya kau tidur, Hyung.” , kata Siwon, “Matamu sudah sangat lelah.”
“Oh ya? Baiklah. Aku akan tidur sebentar. Bangunkan aku saat makan siang.”, kataku, lalu kembali menuju ke kamar tidurku.
Siwon tersenyum, “Pasti, Hyung.”
Kyuhyun’s
POV
“Kyuhyun! Bangun, bangun! Sudah hampir makan siang.”, kata
Sungmin hyung, yang tidur di kasur sebelahku. Aku lalu mengambil kacamata dan
handphone di sebelah tempat tidurku, lalu melihat jam yang ada di handphone.
Sudah pukul 11.10
“Kau punya jadwal apa hari ini?”, tanya Sungmin hyung.
“Tidak ada sepertinya. Kau, hyung?”, tanyaku balik sambil membersihkan kaca mata yang terkena embun.
“Sama, aaaah, sudah lama aku tidak libur, hari ini aku mau tidur seharian!”, kata Sungmin hyung, lalu ia tidur lagi.
“Kyuhyun-ah!”, tiba-tiba Donghae hyung masuk ke kamar, lalu ia melihat Sungmin hyung yang sedang terlelap, ia terkejut, takut membangunkannya.
“Kyuhyun-ah, makan siang sudah siap.”, katanya lagi, kali ini suaranya lebih kecil.
“Lalu?”
Donghae hyung tersenyum.
“Aaa~ aku tahu maksudmu…”, sebelum aku menyelesaikan perkataanku, ia sudah menarikku keluar.
Ya, untuk menemaninya makan. Donghae hyung benci makan sendirian, dan karena aku yang paling muda, menurutnya, lebih mudah mengajakku daripada yang lain.
“Seperti biasa.”, kataku mengangguk mengerti.
“Kau juga harus makan, belakangan ini, kau kelihatan kurus sekali. Ini, bibimbap buatan Ryeowook. Ia memasak pagi-pagi sekali sebelum berangkat.”, Donghae hyung memberikan semangkuk nasi padaku.
“Yang lain mana?”, tanyaku tidak mengiraukannya.
“Ryeowook, Shindong hyung, dan Yesung hyung pergi entah kemana. Yang lain di rumah. Siwon hyung sedang di kamarku. Oh ya, bangunkan Leeteuk hyung, kata Siwon hyung, Ia minta dibangunkan saat makan siang.”, jawab Donghae hyung sambil memakan makanannya.
“Baik.”
Aku berjalan ke kamar Leeteuk hyung, membuka pintunya dan melihat ia tidur dengan mulut terbuka. Aku mempunyai satu pikiran jail.
Aku membasahi tanganku dengan air, lalu berjalan mengendap-endap ke arah Leeteuk hyung yang sedang terlelap, dan menyipratkan air di tanganku ke muka Leeteuk hyung, lalu tertawa kecil.
Namun reaksi dari Leeteuk hyung lah yang membuatku kaget.
“CHO KYUHYUN!”, teriaknya keras, “KAU NGAPAIN SIH?”
Ia lalu meloncat dari tempat tidurnya, dan membentakku, “KAU TAU APA YANG KAU LAKUKAN?”
Aku terdiam. Bingung.
“A..Aku..”
“Bercandamu itu tidak lucu, Cho Kyuhyun. “
“Maaf hyung.. Aku….”
“Ada apa, hyung?”, tanya Donghae hyung, Sungmin hyung, Siwon hyung, dan Eunhyuk hyung masuk ke kamar Leeteuk hyung dengan wajah bingung. Donghae hyung lalu menatap ke arahku. Aku mengangkat bahu dengan muka panik.
“Dengar ya, Cho Kyuhyun. Aku sudah muak dengan semua tingkah laku dan kejailanmu yang seperti anak-anak.”, kata Leeteuk hyung, lalu ia melanjutkan, “Jangan pernah berharap aku mau meladenimu lagi. Aku sudah muak!”, la lalu keluar dari kamarnya, kemungkinan besar ke kamar Heechul hyung. Aku masih berdiri terpaku, hyung yang lain lalu menanyaiku dengan berbisik-bisik. Aku lalu menjelaskan semuanya pada mereka.
“Mungkin Leeteuk hyung emosi, beberapa hari ini ia capek.”, kata Siwon hyung.
“Namun yang aku takutkan, Ia benar-benar marah,”, kata Sungmin hyung, “Karena baru kali ini, aku melihat Leeteuk hyung semarah itu.”
Aku pun terdiam, apakah Leeteuk hyung semarah itu padaku?
“Kau punya jadwal apa hari ini?”, tanya Sungmin hyung.
“Tidak ada sepertinya. Kau, hyung?”, tanyaku balik sambil membersihkan kaca mata yang terkena embun.
“Sama, aaaah, sudah lama aku tidak libur, hari ini aku mau tidur seharian!”, kata Sungmin hyung, lalu ia tidur lagi.
“Kyuhyun-ah!”, tiba-tiba Donghae hyung masuk ke kamar, lalu ia melihat Sungmin hyung yang sedang terlelap, ia terkejut, takut membangunkannya.
“Kyuhyun-ah, makan siang sudah siap.”, katanya lagi, kali ini suaranya lebih kecil.
“Lalu?”
Donghae hyung tersenyum.
“Aaa~ aku tahu maksudmu…”, sebelum aku menyelesaikan perkataanku, ia sudah menarikku keluar.
Ya, untuk menemaninya makan. Donghae hyung benci makan sendirian, dan karena aku yang paling muda, menurutnya, lebih mudah mengajakku daripada yang lain.
“Seperti biasa.”, kataku mengangguk mengerti.
“Kau juga harus makan, belakangan ini, kau kelihatan kurus sekali. Ini, bibimbap buatan Ryeowook. Ia memasak pagi-pagi sekali sebelum berangkat.”, Donghae hyung memberikan semangkuk nasi padaku.
“Yang lain mana?”, tanyaku tidak mengiraukannya.
“Ryeowook, Shindong hyung, dan Yesung hyung pergi entah kemana. Yang lain di rumah. Siwon hyung sedang di kamarku. Oh ya, bangunkan Leeteuk hyung, kata Siwon hyung, Ia minta dibangunkan saat makan siang.”, jawab Donghae hyung sambil memakan makanannya.
“Baik.”
Aku berjalan ke kamar Leeteuk hyung, membuka pintunya dan melihat ia tidur dengan mulut terbuka. Aku mempunyai satu pikiran jail.
Aku membasahi tanganku dengan air, lalu berjalan mengendap-endap ke arah Leeteuk hyung yang sedang terlelap, dan menyipratkan air di tanganku ke muka Leeteuk hyung, lalu tertawa kecil.
Namun reaksi dari Leeteuk hyung lah yang membuatku kaget.
“CHO KYUHYUN!”, teriaknya keras, “KAU NGAPAIN SIH?”
Ia lalu meloncat dari tempat tidurnya, dan membentakku, “KAU TAU APA YANG KAU LAKUKAN?”
Aku terdiam. Bingung.
“A..Aku..”
“Bercandamu itu tidak lucu, Cho Kyuhyun. “
“Maaf hyung.. Aku….”
“Ada apa, hyung?”, tanya Donghae hyung, Sungmin hyung, Siwon hyung, dan Eunhyuk hyung masuk ke kamar Leeteuk hyung dengan wajah bingung. Donghae hyung lalu menatap ke arahku. Aku mengangkat bahu dengan muka panik.
“Dengar ya, Cho Kyuhyun. Aku sudah muak dengan semua tingkah laku dan kejailanmu yang seperti anak-anak.”, kata Leeteuk hyung, lalu ia melanjutkan, “Jangan pernah berharap aku mau meladenimu lagi. Aku sudah muak!”, la lalu keluar dari kamarnya, kemungkinan besar ke kamar Heechul hyung. Aku masih berdiri terpaku, hyung yang lain lalu menanyaiku dengan berbisik-bisik. Aku lalu menjelaskan semuanya pada mereka.
“Mungkin Leeteuk hyung emosi, beberapa hari ini ia capek.”, kata Siwon hyung.
“Namun yang aku takutkan, Ia benar-benar marah,”, kata Sungmin hyung, “Karena baru kali ini, aku melihat Leeteuk hyung semarah itu.”
Aku pun terdiam, apakah Leeteuk hyung semarah itu padaku?
Leeteuk’s
POV
Setelah
kejadian Kyuhyun tadi, aku mengurung diri di kamar Heechul. Aku dan dia
berbincang-bincang banyak hal sampai aku ketiduran, saat aku bangun, Ia sudah
tidak ada. Aku baru ingat, Ia ada jadwal interview. Aku keluar kamar. Sepi
sekali.
“Donghae?”
Tidak ada yang menjawab. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 2 lewat.
Aku lalu melihat ke meja makan, ada bibimbap dan nasi. Dan ada pula secarik kertas, tulisan Donghae.
“Aku ke minimarket sebentar bersama Eunhyuk, Siwon, Sungmin hyung, dan Kyuhyunnie. Aku tahu hyung sedang capek, jadi aku sengaja tidak membangunkan hyung.”
Aku tersenyum, lalu mengambil piring dan memakan bibimbap itu sendirian.
Setelah makan dan mencuci piring, aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Mungkin benar kata Heechul dan Siwon, aku kecapekan.
Setelah makan, aku lalu menonton tv, karena tidak ada acara bagus, aku memutuskan kembali ke kamar Heechul. Aku lalu membaca tabloid yang tergeletak di lantai, yang kemungkinan besar diambil Heechul dari manager hyung kami. Tak berapa lama, aku ketiduran lagi.
“Donghae?”
Tidak ada yang menjawab. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 2 lewat.
Aku lalu melihat ke meja makan, ada bibimbap dan nasi. Dan ada pula secarik kertas, tulisan Donghae.
“Aku ke minimarket sebentar bersama Eunhyuk, Siwon, Sungmin hyung, dan Kyuhyunnie. Aku tahu hyung sedang capek, jadi aku sengaja tidak membangunkan hyung.”
Aku tersenyum, lalu mengambil piring dan memakan bibimbap itu sendirian.
Setelah makan dan mencuci piring, aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Mungkin benar kata Heechul dan Siwon, aku kecapekan.
Setelah makan, aku lalu menonton tv, karena tidak ada acara bagus, aku memutuskan kembali ke kamar Heechul. Aku lalu membaca tabloid yang tergeletak di lantai, yang kemungkinan besar diambil Heechul dari manager hyung kami. Tak berapa lama, aku ketiduran lagi.
“Leeteuk
hyung!!”
“Leeteuk hyung! Kau di mana?!”
“Leeteuk hyung, jawab aku!”
Aku pun terbangun kaget, saat tebangun, aku melihat sekumpulan asap di ruangan, aku terbatuk dan dengan cepat mengambil kaos entah punya siapa, untuk menutup hidungku.
“Aku di sini!”, teriakku.
“Leeteuk hyung! Cepat keluar! Api sudah sampai ke sini!”
Suara Kyuhyun.
Api? Api darimana?
Dengan bingung, aku pun keluar dari kamar Heechul, di luar, sudah ada api, meskipun belum besar. Siwon, Kyuhyun, dan Sungmin ada di pintu masuk.
“Leeteuk hyung ayo cepat!”
Tiba-tiba api menyambar gorden yang ada di sebelah kiriku, karena panik, aku melompat ke kanan dan terjatuh, tangan ku terkena pecahan kaca dan berdarah.
“Leeteuk hyung!”, Kyuhyun lalu berlari ke arahku, tanpa menghiraukan api yang sudah membesar. Ia menarikku, membantu berdiri, namun kakiku sudah ada yang melepuh karena api, dan entah dari mana, Siwon sudah ada di belakangnya, Ia lalu mengangkatku dan berlari membawaku ke pintu keluar.
“Kyuhyun-ah!!!!!!!!!!!!!”, terdengar suara Sungmin berteriak histeris.
Aku, di dalam gendongan Siwon ingin menengok ke belakang, namun Siwon segera berlari dan membawaku turun.
Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi.
“Leeteuk hyung! Kau di mana?!”
“Leeteuk hyung, jawab aku!”
Aku pun terbangun kaget, saat tebangun, aku melihat sekumpulan asap di ruangan, aku terbatuk dan dengan cepat mengambil kaos entah punya siapa, untuk menutup hidungku.
“Aku di sini!”, teriakku.
“Leeteuk hyung! Cepat keluar! Api sudah sampai ke sini!”
Suara Kyuhyun.
Api? Api darimana?
Dengan bingung, aku pun keluar dari kamar Heechul, di luar, sudah ada api, meskipun belum besar. Siwon, Kyuhyun, dan Sungmin ada di pintu masuk.
“Leeteuk hyung ayo cepat!”
Tiba-tiba api menyambar gorden yang ada di sebelah kiriku, karena panik, aku melompat ke kanan dan terjatuh, tangan ku terkena pecahan kaca dan berdarah.
“Leeteuk hyung!”, Kyuhyun lalu berlari ke arahku, tanpa menghiraukan api yang sudah membesar. Ia menarikku, membantu berdiri, namun kakiku sudah ada yang melepuh karena api, dan entah dari mana, Siwon sudah ada di belakangnya, Ia lalu mengangkatku dan berlari membawaku ke pintu keluar.
“Kyuhyun-ah!!!!!!!!!!!!!”, terdengar suara Sungmin berteriak histeris.
Aku, di dalam gendongan Siwon ingin menengok ke belakang, namun Siwon segera berlari dan membawaku turun.
Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi.
Aku
terbangun, samar-samar aku melihat Donghae sudah ada di sampingku, Ia seperti
habis menangis, matanya merah.
“Leeteuk hyung!”, katanya, lalu yang lain pun segera datang ke dekatku.
“Akhirnya kau sadar juga.”, kata Siwon, sejenak aku melihatnya, Ia berjalan menggunakan tongkat.
“Ada apa dengan kaki…. Di mana Kyuhyun dan Sungmin?”, sebelum sempat bertanya pada Siwon aku keburu panik. Yang terakhir aku ingat hanyalah Kyuhyun, Sungmin, dan Siwon sedang berusaha menyelamatkanku dari kebakaran.
“Di mana mereka?”
Lalu ruangan pun menjadi sunyi, terdengar isakan dari Donghae, yang duduk di sebelahku.
“Donghae?”
Donghae pun menangis makin keras, iya bangun dari kursi, Eunhyuk segera memeluknya dan membawanya keluar.
“Ada apa?”, tanyaku lagi.
“Hyung, kami tidak sempat membawa apa-apa dari apartemen.”, Heechul membuka suara, “Dan, kami semua sangat sedih karenanya, untung saja tidak ada…”
“Yang terluka parah.”, Shindong melanjutkan. Heechul mengangguk
Kami semua terdiam.
“Lalu, di mana yang lain?”, tanyaku, aku pun melihat kea rah mereka satu persatu, dan menyadari ada beberapa member yang tidak ada di hadapanku. “Kyuhyun, Sungmin, Ryeowook, dan Yesung. Dimana mereka?”
“Sungmin tidak dirawat di rumah sakit, hanya sedikit.. syok. Yesung dan Ryeowook menungguinya di rumah Siwon.”, jelas Heechul yang lalu duduk di kursi yang ditinggalkan Donghae.
“Ya, mereka ada di rumahku, hyung tidak perlu khawatir.”, kata Siwon, tersenyum kecil.
“Justru aku yang khawatir padamu, bagaimana kakimu?”, tanyaku.
“Sudah lebih baik, hanya menginjak sedikit api, namun aku tidak bisa berdiri lama tanpa menggunakan tongkat.”
“Kyuhyun di mana? Tidak ada yang menemaninya?”
Semuanya menatap ke Heechul, aku menyadari ada yang aneh di sini.
“Kyuhyun.. di ruang sebelah. Sepertinya dia masih pingsan, namun hyung jangan khawatir, sudah ada keluarganya di situ.”, jelas Heechul sambil menepuk-nepuk bahuku pelan.
“Aku… mau melihatnya, bolehkah?”, kataku, sambil sedikit bangun dari posisi tidur, namun aku langsung merasa sekujur badanku sakit, terutama kakiku.
“Aissssh!”
“Hyung!”, seru Heechul lalu menidurkanku kembali, “keadaanmu masih belum stabil, lagipula… Kyuhyun.. sudah ada keluarga yang menunggunya. Sudahlah, malam ini kau istirahat saja.”
Aku mengangguk lalu menghela nafas pelan. Perlahan-lahan aku menarik nafas dan bertanya, “Dari mana api itu berasal?”
“Orang-orang bilang dari apartemen persis sebelah kita. Namun masih belum diketahui apakah itu karena kompor atau korslet listrik. Saat aku pulang dari minimarket, sudah banyak orang keluar, namun karena kami belum melihat kau keluar, jadinya kami berempat memutuskan untuk masuk.”, jawab Siwon, satu-satunya orang yang menyelamatkanku yang sekarang ada di hadapanku.
“Aaaa. Lalu di mana kalian akan tinggal sekarang?”
“Tenang hyung, sudah ada pembagiannya. Yesung, Ryeowook, Sungmin, dan Siwon akan menginap di rumah Siwon. Eunhyuk, Donghae, dan Shindong akan menginap di rumah manager hyung.”, jawab Heechul.
“Lalu kau?”
“Aku akan menungguimu di sini. Orang tuamu sudah ditelepon oleh manager hyung, dan mereka sedang dalam perjalanan ke sini.”
Aku mengangguk, lalu menatap muka orang-orang di depanku. Mereka terlihat sedih, dan capek.
“Sudah, lebih baik kalian pulang, aku tahu kalian capek.”, kataku pelan. Shindong lalu mengangguk, “Aku panggil Eunhyuk dan Donghae dulu, hyung.”
“Baiklah.”
Shindong lalu berjalan menuju pintu keluar. Tak lama berselang, Donghae masuk, diikuti oleh Eunhyuk.
“Maaf hyung, tadi aku… terlalu..”, kata Donghae pelan, matanya masih merah dan berair, Eunhyuk lalu berjalan ke dekatnya dan merangkulnya.
“Aku mengerti, kita semua sedih.”, aku lalu mengangguk dan menyuruhnya ke dekatku, Heechul berdiri dari kursi di sebelahku, lalu Donghae duduk dan Ia memelukku hangat.
“Untunglah hyung tidak apa-apa… “
“Ya, aku sangat bersyukur.”, kataku, lalu tersenyum padanya. “Sudah lebih baik kalian pulang saja sekarang. Biar Heechul yang mengurusku.”
“Baik hyung.”, kata Donghae patuh, Ia lalu berdiri dari kursi. Satu persatu member datang mendekat padaku dan memelukku, mengatakan bahwa mereka senang aku baik-baik saja.
“Sampaikan salamku pada yang lain, oh iya, tolong lihat keadaan Kyuhyun. Aku khawatir padanya.”, kataku, mereka semua hanya mengangguk pelan. Lalu mereka semua keluar dari pintu kamar.
“Hyung, aku akan mengantar mereka ke depan. Tunggu sebentar ya.”, kata Heechul, ia pun ikut keluar begitu melihatku mengangguk.
Begitu mereka keluar, ruangan mendadak menjadi begitu luas dan sepi, aku terdiam dan mengingat-ingat tentang apartemen kami yang telah habis terbakar. Semua kenangan kami, baju-baju kami, piala-piala serta hadiah dari fans pun hangus ditelan api. Aku pun memutuskan untuk menyalakan tv untuk menghibur diri. Aku mencari remote di kiri dan kananku, tidak ada. Heechul lalu masuk ke kamar, Ia tersenyum, lalu duduk di sofa dan mengeluarkan handphonenya.
“Heechul.”, panggilku.
“Ya, hyung?”, tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari handphonenya
“Apa kau melihat remote tv?”
Heechul terdiam sesaat, lalu Ia tersenyum, “Aku juga belum melihatnya, hyung. Lebih baik kau tidur saja malam ini.”
“Aku ingin menonton berita, siapa tahu ada berita tentang kebakaran di apartemen kita, aku ingin melihat kabar terbarunya, Heechul.”
“Iya, tapi hyung lebih baik tidur dahulu sekarang.”, Heechul berdiri dari sofa, lalu mematikan lampu yang ada di meja di sebelahku, “Selamat tidur, hyung.”
Aku pun mengalah, dan memutuskan untuk menutup mataku.
“Leeteuk hyung!”, katanya, lalu yang lain pun segera datang ke dekatku.
“Akhirnya kau sadar juga.”, kata Siwon, sejenak aku melihatnya, Ia berjalan menggunakan tongkat.
“Ada apa dengan kaki…. Di mana Kyuhyun dan Sungmin?”, sebelum sempat bertanya pada Siwon aku keburu panik. Yang terakhir aku ingat hanyalah Kyuhyun, Sungmin, dan Siwon sedang berusaha menyelamatkanku dari kebakaran.
“Di mana mereka?”
Lalu ruangan pun menjadi sunyi, terdengar isakan dari Donghae, yang duduk di sebelahku.
“Donghae?”
Donghae pun menangis makin keras, iya bangun dari kursi, Eunhyuk segera memeluknya dan membawanya keluar.
“Ada apa?”, tanyaku lagi.
“Hyung, kami tidak sempat membawa apa-apa dari apartemen.”, Heechul membuka suara, “Dan, kami semua sangat sedih karenanya, untung saja tidak ada…”
“Yang terluka parah.”, Shindong melanjutkan. Heechul mengangguk
Kami semua terdiam.
“Lalu, di mana yang lain?”, tanyaku, aku pun melihat kea rah mereka satu persatu, dan menyadari ada beberapa member yang tidak ada di hadapanku. “Kyuhyun, Sungmin, Ryeowook, dan Yesung. Dimana mereka?”
“Sungmin tidak dirawat di rumah sakit, hanya sedikit.. syok. Yesung dan Ryeowook menungguinya di rumah Siwon.”, jelas Heechul yang lalu duduk di kursi yang ditinggalkan Donghae.
“Ya, mereka ada di rumahku, hyung tidak perlu khawatir.”, kata Siwon, tersenyum kecil.
“Justru aku yang khawatir padamu, bagaimana kakimu?”, tanyaku.
“Sudah lebih baik, hanya menginjak sedikit api, namun aku tidak bisa berdiri lama tanpa menggunakan tongkat.”
“Kyuhyun di mana? Tidak ada yang menemaninya?”
Semuanya menatap ke Heechul, aku menyadari ada yang aneh di sini.
“Kyuhyun.. di ruang sebelah. Sepertinya dia masih pingsan, namun hyung jangan khawatir, sudah ada keluarganya di situ.”, jelas Heechul sambil menepuk-nepuk bahuku pelan.
“Aku… mau melihatnya, bolehkah?”, kataku, sambil sedikit bangun dari posisi tidur, namun aku langsung merasa sekujur badanku sakit, terutama kakiku.
“Aissssh!”
“Hyung!”, seru Heechul lalu menidurkanku kembali, “keadaanmu masih belum stabil, lagipula… Kyuhyun.. sudah ada keluarga yang menunggunya. Sudahlah, malam ini kau istirahat saja.”
Aku mengangguk lalu menghela nafas pelan. Perlahan-lahan aku menarik nafas dan bertanya, “Dari mana api itu berasal?”
“Orang-orang bilang dari apartemen persis sebelah kita. Namun masih belum diketahui apakah itu karena kompor atau korslet listrik. Saat aku pulang dari minimarket, sudah banyak orang keluar, namun karena kami belum melihat kau keluar, jadinya kami berempat memutuskan untuk masuk.”, jawab Siwon, satu-satunya orang yang menyelamatkanku yang sekarang ada di hadapanku.
“Aaaa. Lalu di mana kalian akan tinggal sekarang?”
“Tenang hyung, sudah ada pembagiannya. Yesung, Ryeowook, Sungmin, dan Siwon akan menginap di rumah Siwon. Eunhyuk, Donghae, dan Shindong akan menginap di rumah manager hyung.”, jawab Heechul.
“Lalu kau?”
“Aku akan menungguimu di sini. Orang tuamu sudah ditelepon oleh manager hyung, dan mereka sedang dalam perjalanan ke sini.”
Aku mengangguk, lalu menatap muka orang-orang di depanku. Mereka terlihat sedih, dan capek.
“Sudah, lebih baik kalian pulang, aku tahu kalian capek.”, kataku pelan. Shindong lalu mengangguk, “Aku panggil Eunhyuk dan Donghae dulu, hyung.”
“Baiklah.”
Shindong lalu berjalan menuju pintu keluar. Tak lama berselang, Donghae masuk, diikuti oleh Eunhyuk.
“Maaf hyung, tadi aku… terlalu..”, kata Donghae pelan, matanya masih merah dan berair, Eunhyuk lalu berjalan ke dekatnya dan merangkulnya.
“Aku mengerti, kita semua sedih.”, aku lalu mengangguk dan menyuruhnya ke dekatku, Heechul berdiri dari kursi di sebelahku, lalu Donghae duduk dan Ia memelukku hangat.
“Untunglah hyung tidak apa-apa… “
“Ya, aku sangat bersyukur.”, kataku, lalu tersenyum padanya. “Sudah lebih baik kalian pulang saja sekarang. Biar Heechul yang mengurusku.”
“Baik hyung.”, kata Donghae patuh, Ia lalu berdiri dari kursi. Satu persatu member datang mendekat padaku dan memelukku, mengatakan bahwa mereka senang aku baik-baik saja.
“Sampaikan salamku pada yang lain, oh iya, tolong lihat keadaan Kyuhyun. Aku khawatir padanya.”, kataku, mereka semua hanya mengangguk pelan. Lalu mereka semua keluar dari pintu kamar.
“Hyung, aku akan mengantar mereka ke depan. Tunggu sebentar ya.”, kata Heechul, ia pun ikut keluar begitu melihatku mengangguk.
Begitu mereka keluar, ruangan mendadak menjadi begitu luas dan sepi, aku terdiam dan mengingat-ingat tentang apartemen kami yang telah habis terbakar. Semua kenangan kami, baju-baju kami, piala-piala serta hadiah dari fans pun hangus ditelan api. Aku pun memutuskan untuk menyalakan tv untuk menghibur diri. Aku mencari remote di kiri dan kananku, tidak ada. Heechul lalu masuk ke kamar, Ia tersenyum, lalu duduk di sofa dan mengeluarkan handphonenya.
“Heechul.”, panggilku.
“Ya, hyung?”, tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari handphonenya
“Apa kau melihat remote tv?”
Heechul terdiam sesaat, lalu Ia tersenyum, “Aku juga belum melihatnya, hyung. Lebih baik kau tidur saja malam ini.”
“Aku ingin menonton berita, siapa tahu ada berita tentang kebakaran di apartemen kita, aku ingin melihat kabar terbarunya, Heechul.”
“Iya, tapi hyung lebih baik tidur dahulu sekarang.”, Heechul berdiri dari sofa, lalu mematikan lampu yang ada di meja di sebelahku, “Selamat tidur, hyung.”
Aku pun mengalah, dan memutuskan untuk menutup mataku.
Aku
terbangun, jam dinding di depanku menunjukkan sudah pukul 8, aku menengok ke
sofa. Heechul tidak ada di sofa. Mungkin Ia membeli makan atau di toilet. Lalu,
seorang perawat masuk ke kamar membawakan sarapan.
“Selamat pagi, sudah baikan?”, tanyanya sambil tersenyum.
“Ya, terima kasih. Oh ya, apa anda tahu di mana remote untuk menyalakan tv?”
Perawat itu berpikir sebentar, “Seharusnya ada di sekitar sini,” Ia berjalan ke arah sofa, lalu mengambil sesuatu di bawah bantal.
“Ini dia.”, katanya, lalu memberikan remote itu padaku. Aku tersenyum.
“Terima kasih.”
“Sama-sama.”
Lalu perawat itu pun pergi, di hadapanku sudah ada nasi, daging, dan buah serta air. Aku memutuskan nanti saja memakannya. Aku pun menyalakan televisi
Baru saja aku menyalakan televisi, berita pertama sudah membuatku tercengang. Bulu kudukku menegang.
Tertulis dengan jelas di situ.
Super Junior kembali kehilangan seorang membernya, namun kali ini untuk selamanya.
Cho Kyuhyun, meninggal karena kebakaran yang terjadi di apartemen Super Junior di Seoul kemarin sore.
Cho Kyuhyun?
Bukan Cho Kyuhyun Super Junior kan?
Bukan Cho Kyuhyun-KU kan?
Mataku mulai basah, seluruh badanku bergetar, aku tidak bisa bernafas karena sesak.
Lalu berita itu menjelaskan bahwa kebakaran menghanguskan semuanya, dan hanya ada satu korban jiwa karena kebakaran itu, Cho Kyuhyun.
Heechul pun masuk, lalu tercengang saat melihat tv dan aku.
“Hyung….”
Dengan muka kaget dan panik, Ia berhambur masuk lalu memelukku, Ia mulai menangis.
“Maafkan aku untuk tidak memberitahumu kemarin, sungguh. Aku tidak bermaksud menutup-nutupi ini semua, hanya takut karena kemarin kondisimu belum stabil, dan aku yakin cepat atau lambat kau akan tahu…” , kata Heechul masih menangis. Bicaranya sudah mulai tidak jelas karena menangis, aku juga menangis, mungkin lebih tepat dikatakan histeris.
Lalu kemudian Siwon sudah berada di pintu masuk, Ia sudah memakai jas hitam, dan di tangannya, dia membawa 2 setelan jas hitam. Eunhyuk mengikuti di belakangnya. Air matanya kemudian jatuh saat melihatku.
Hampir terjatuh, Eunhyuk dengan sigap menopang tubuh Siwon, meskipun badannya lebih kecil, tapi Eunhyuk susah payah menahan agar Siwon tidak jatuh. Eunhyuk menahan tangis, bibirnya bergetar.
Tidak ada yang berbicara. Hanya ada suara isakan.
“Hyung, “, kata Siwon pelan, masih terisak. “Aku bawakan setelan jas hitammu.. lebih baik kita turun ke bawah segera, Heechul hyung, ini, punyamu juga ada.”
Heechul mengangguk, Siwon dan Eunhyuk memutuskan untuk menunggu di bawah, menemani yang lain, kata mereka.
Setelah menyuap beberapa sendok sarapan, dibantu Heechul, aku mengganti baju. Badanku masih agak sakit, terutama kaki dan tanganku yang terkena pecahan kaca.
“Hyung, aku ambilkan kursi roda dulu ya.”
“Lebih baik kau ganti baju dulu, Heechul.”
Heechul lalu mengangguk, mengambil setelan jas hitamnya dan masuk ke kamar mandi.
Sepi sekali.
Tuhan, mengapa ini terjadi pada kami?
Aku bahkan belum sempat berbicara dengan Kyuhyun setelah kejadian kemarin, aku belum sempat minta maaf..
Mengapa Kau ambil dia sekarang Tuhan?
Heechul lalu keluar dari kamar mandi, sudah memakai kacamata hitam yang biasa dia pakai, lalu ia keluar kamar dan masuk membawa kursi roda. Dibantunya aku untuk duduk di kursi roda itu, lalu ia membawaku keluar.
“Selamat pagi, sudah baikan?”, tanyanya sambil tersenyum.
“Ya, terima kasih. Oh ya, apa anda tahu di mana remote untuk menyalakan tv?”
Perawat itu berpikir sebentar, “Seharusnya ada di sekitar sini,” Ia berjalan ke arah sofa, lalu mengambil sesuatu di bawah bantal.
“Ini dia.”, katanya, lalu memberikan remote itu padaku. Aku tersenyum.
“Terima kasih.”
“Sama-sama.”
Lalu perawat itu pun pergi, di hadapanku sudah ada nasi, daging, dan buah serta air. Aku memutuskan nanti saja memakannya. Aku pun menyalakan televisi
Baru saja aku menyalakan televisi, berita pertama sudah membuatku tercengang. Bulu kudukku menegang.
Tertulis dengan jelas di situ.
Super Junior kembali kehilangan seorang membernya, namun kali ini untuk selamanya.
Cho Kyuhyun, meninggal karena kebakaran yang terjadi di apartemen Super Junior di Seoul kemarin sore.
Cho Kyuhyun?
Bukan Cho Kyuhyun Super Junior kan?
Bukan Cho Kyuhyun-KU kan?
Mataku mulai basah, seluruh badanku bergetar, aku tidak bisa bernafas karena sesak.
Lalu berita itu menjelaskan bahwa kebakaran menghanguskan semuanya, dan hanya ada satu korban jiwa karena kebakaran itu, Cho Kyuhyun.
Heechul pun masuk, lalu tercengang saat melihat tv dan aku.
“Hyung….”
Dengan muka kaget dan panik, Ia berhambur masuk lalu memelukku, Ia mulai menangis.
“Maafkan aku untuk tidak memberitahumu kemarin, sungguh. Aku tidak bermaksud menutup-nutupi ini semua, hanya takut karena kemarin kondisimu belum stabil, dan aku yakin cepat atau lambat kau akan tahu…” , kata Heechul masih menangis. Bicaranya sudah mulai tidak jelas karena menangis, aku juga menangis, mungkin lebih tepat dikatakan histeris.
Lalu kemudian Siwon sudah berada di pintu masuk, Ia sudah memakai jas hitam, dan di tangannya, dia membawa 2 setelan jas hitam. Eunhyuk mengikuti di belakangnya. Air matanya kemudian jatuh saat melihatku.
Hampir terjatuh, Eunhyuk dengan sigap menopang tubuh Siwon, meskipun badannya lebih kecil, tapi Eunhyuk susah payah menahan agar Siwon tidak jatuh. Eunhyuk menahan tangis, bibirnya bergetar.
Tidak ada yang berbicara. Hanya ada suara isakan.
“Hyung, “, kata Siwon pelan, masih terisak. “Aku bawakan setelan jas hitammu.. lebih baik kita turun ke bawah segera, Heechul hyung, ini, punyamu juga ada.”
Heechul mengangguk, Siwon dan Eunhyuk memutuskan untuk menunggu di bawah, menemani yang lain, kata mereka.
Setelah menyuap beberapa sendok sarapan, dibantu Heechul, aku mengganti baju. Badanku masih agak sakit, terutama kaki dan tanganku yang terkena pecahan kaca.
“Hyung, aku ambilkan kursi roda dulu ya.”
“Lebih baik kau ganti baju dulu, Heechul.”
Heechul lalu mengangguk, mengambil setelan jas hitamnya dan masuk ke kamar mandi.
Sepi sekali.
Tuhan, mengapa ini terjadi pada kami?
Aku bahkan belum sempat berbicara dengan Kyuhyun setelah kejadian kemarin, aku belum sempat minta maaf..
Mengapa Kau ambil dia sekarang Tuhan?
Heechul lalu keluar dari kamar mandi, sudah memakai kacamata hitam yang biasa dia pakai, lalu ia keluar kamar dan masuk membawa kursi roda. Dibantunya aku untuk duduk di kursi roda itu, lalu ia membawaku keluar.
Dan
sampailah aku di ruangan ini.
Saat aku dan Heechul masuk, semua melihat ke arah kami. Mataku langsung tertuju pada tempat tidur di tengah-tengah ruangan itu, lalu air mataku jatuh. Di tempat itulah Cho Kyuhyun berbaring.
Heechul mendorongku mendekat, tanpa suara, Ibu Kyuhyun yang tadinya sedang memandang anaknya itu berlutut di sampingku, Ia tersenyum pahit, matanya basah karena air mata.
“Terima kasih, karena telah menjaga anakku selama ini.”, katanya pelan. Air mataku jatuh dengan cepat.
“Kyuhyun banyak cerita tentangmu, Ia bilang kau lah kakak terbaik di dunia, Ia tidak ingin mengecewakanmu.”
Aku mengangguk, dadaku sesak, tidak bisa menjawab apa-apa.
Lalu Ibu Kyuhyun berdiri, mundur selangkah dan membungkuk padaku.
“Tante…”
“Terima kasih, Park Jung Su, terima kasih…”, katanya sambil masih membungkuk, Ayah Kyuhyun dan Kakak perempuannya juga ikut membungkuk.
Aku juga ikut membungkuk perlahan di kursi roda, menghapus air mata yang jatuh ke pipiku.
“Ibu, lebih baik kita tinggalkan ruangan ini sebentar. Aku yakin Jung Su dan yang lain butuh waktu untuk sendirian di sini.”, kata Kakak perempuan Kyuhyun. Ibunya mengangguk, sebelum keluar Ia membungkuk di sebelah Kyuhyun, dan berbisik di telinganya.
Dan sekarang, hanya ada kami. Super Junior.
“Hankyung dan Kangin sedang dalam perjalanan ke sini.”, kata Heechul datar sambil mengecek handphonenya. “Lebih baik kita tunggu mereka sebentar lagi.”
Sunyi. Tidak ada yang bicara. Bahkan Kibum yang sudah lama tidak bertemu denganku masih diam duduk di kursi sebelah Donghae, merangkul Donghae yang masih menangis..
Aku menjalankan kursi rodaku mendekat ke tempat tidur Kyuhyun, memandang wajahnya.
Mendadak, aku seperti melihat dan mendengar semua kenangan tentang Kyuhyun di otakku.
Suaranya saat menyanyi, suaranya saat tertawa, saat dia masih ada, semua berputar dengan cepat di otakku.
“KENAPA?!”, teriak Sungmin tiba-tiba, aku segera menengok ke belakang, tatapan matanya lurus ke arah tempat Kyuhyun berbaring, “KENAPA KAU AMBIL DIA SECEPAT ITU?!”
Sungmin berteriak tanpa ekspresi, Ryeowook merangkulnya erat sambil menangis, “Hyung… Hyung…”, hanya itu yang berulang kali diucapkan Ryeowook.
Aku masih terduduk kaku di kursi roda. Tidak yakin apakah aku harus menghiburnya, di saat hatiku juga merasa sangat kehilangan. Di saat hampir semuanya menenangkan Sungmin yang histeris, Zhou Mi perlahan berjalan mendekat ke arahku, berlutut dan memelukku.
“Hyung,” ,bisik Zhou Mi di telingaku, “aku tahu kau pasti menanggung beban paling berat dari kami semua, karena kau Kakak kami. Kakak yang paling kami cintai. Namun kau harus tau, kami selalu ada di belakang hyung. Kami mendukung dan selalu ada untuk hyung. Kami mencintai hyung.”
Aku mengangguk, Zhoumi berlutut dan memelukku. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir aku bertemu dengan Zhoumi.
Setelah itu, aku mundur ke belakang,memutuskan untuk duduk di kursi rodaku di sebelah Sungmin. Sungguh, Ia tidak tampak seperti Sungminku yang biasanya. Tidak ada senyum, tidak ada matanya yang berekspresi. Ia hanya duduk dan menatap ke arah Kyuhyun yang sudah terbaring.
Siwon tiba-tiba berbisik padaku, “Dokter bilang, Sungmin hyung mengalami shock berat. Kemungkinan dia melihat saat-saat terakhir Cho Kyuhyun…” Siwon berhenti sebentar, aku menengok ke arahnya. “hidup.”, lanjutnya. Aku mengangguk, dan menarik nafas panjang.
“Ah, mereka datang.”, gumam Heechul, lalu semua orang di ruangan menatap ke pintu yang terbuka.
Kangin dan Hankyung sudah datang.
Kedatangan mereka disambut isak tangis oleh yang lain, Heechul berlari memeluk Hankyung dan menangis keras di pelukannya.
Entah apakah aku harus senang atau sedih melihat Kangin dan Hankyung di sini. Aku senang melihat mereka, namun tidak di saat seperti ini, di saat kami semua kehilangan.
Kangin, langsung menuju ke tempat Kyuhyun terbaring. Kangin menangis menatapnya. Aku pun menghampirinya.
“Hyung.”, katanya saat mengetahui aku sudah ada di sampingnya.
Ia memelukku.
Sudah satu tahun aku tidak bertemu dengannya, dan sekarang, Ia sudah tumbuh menjadi pria dewasa, bukan sesosok anak kecil yang dulu suka mengangguku dan yang lain.
“Kanginnie, sudah lama sekali.”, aku memaksakan senyum.
“Aku.. senang bertemu denganmu, Hyung. Sungguh lega kau tidak apa-apa”
Aku menarik nafas, “Aku tidak lega aku tidak apa-apa. Lebih baik aku saja yang berbaring di sini, bukan Cho Kyuhyun.dan, lebih baik kita tidak bertemu jika situasinya seperti ini, Kanginnie.”
“Tidak Hyung, kau bicara apa? Aku yakin Kyuhyun akan sedih jika kau berkata begitu, karena.. Ia yang.. menyelamatkanmu.”
“Lebih baik aku tidak usah diselamatkan sekalian! Lebih baik aku yang mati!”, hardikku tajam ke arah Kangin, Eunhyuk yang ada di dekat kami melirik, lalu menggigit bibirnya dan berlari ke Heechul.
Kangin menggeleng lemas, namun aku melanjutkan, “Lebih baik aku yang mati, Kanginnie. Aku yang menyebabkan Cho Kyuhyun meninggal. Seandainya saja hari itu ia tak menghampiriku dan menyelamatkanku, Ia pasti masih hidup. Semua kesalahanku, Kanginnie. Aku yang sepantasnya mati, bukan dia!”
Aku terisak makin keras, rasa sakit karena kehilangan dan penyesalan mendatangiku. Kangin memelukku dan berbisik di telingaku, “Hyung, aku juga akan melakukan yang sama jika melihatmu terjebak di kobaran api. Dan mungkin, semua orang di ruangan ini akan melakukan hal yang sama seperti yang Kyuhyun lakukan. Mengapa? Karena kami sayang padamu. Kami tidak akan meninggalkanmu mati begitu saja dilalap api.”
Kangin berhenti, aku menarik diri dari pelukannya. Mata Kangin sudah basah oleh air mata.
“Jadi… jangan… jangan pernah berpikir kau yang salah dan menyalahkan dirimu.. Cho Kyuhyun tidak akan suka itu.”
Aku pun melihat Kangin, matanya basah oleh air mata.
“Tetap saja Kanginnie, akulah penyebab semuanya. Aku leader yang tidak becus. Mungkin leader paling buruk di dunia karena menyebabkan anggotaku meninggal, lebih baik dari awal aku tidak bertemu dengannya, lebih baik…. aku… aku…”, air mataku jatuh makin deras, tidak tahu apa yang harus kukatakan lagi.
“Tidak ada yang tahu kapan seseorang akan meninggal, hyung.” , kata Kangin, lalu Ia melanjutkan, “tidak ada yang tahu, dan semua orang pasti akan kembali pada-Nya.. hanya saja, sekarang giliran Kyuhyun. Dan jangan pernah berpikir bahwa kau leader yang buruk, kau leader terbaik yang pernah kutahu, dan yang lain juga pasti berpikir begitu. Siapa lagi leader yang mau dikerjain oleh dongsaeng-dongsaengnya selain kau, hyung?”
Aku menatap Kangin, Ia tersenyum.
Aku pun membalas senyumnya dan berkata, “Terima kasih, Kanginnie. Aku.. akan berusaha bangkit meskipun sulit, ngomong-ngomong kau terdengar seperti Siwon, wajib militer berhasil mengubahmu, huh?”
Kangin hanya tertawa kecil.
“Hyung.”, panggil Ryeowook, aku menengok kepadanya. Kangin pun berdiri dan member kesempatan untuk Ryeowook berdiri di depanku. Ryeowook pun kemudian berlutut dan memberikan secarik kertas kepadaku.
“Kakak Kyuhyun memberikannya padaku tadi, Ia bilang Ia menemukannya di dashboard mobil Kyuhyun.”
“Apa ini?”, tanyaku balik sambil padanya.
Ryeowook mengangkat bahu, “aku belum membacanya, sengaja kuberikan padamu dulu, hyung.”
Aku mengangguk singkat dan membuka secarik kertas itu. Tulisan yang sudah aku kenal.
Saat aku dan Heechul masuk, semua melihat ke arah kami. Mataku langsung tertuju pada tempat tidur di tengah-tengah ruangan itu, lalu air mataku jatuh. Di tempat itulah Cho Kyuhyun berbaring.
Heechul mendorongku mendekat, tanpa suara, Ibu Kyuhyun yang tadinya sedang memandang anaknya itu berlutut di sampingku, Ia tersenyum pahit, matanya basah karena air mata.
“Terima kasih, karena telah menjaga anakku selama ini.”, katanya pelan. Air mataku jatuh dengan cepat.
“Kyuhyun banyak cerita tentangmu, Ia bilang kau lah kakak terbaik di dunia, Ia tidak ingin mengecewakanmu.”
Aku mengangguk, dadaku sesak, tidak bisa menjawab apa-apa.
Lalu Ibu Kyuhyun berdiri, mundur selangkah dan membungkuk padaku.
“Tante…”
“Terima kasih, Park Jung Su, terima kasih…”, katanya sambil masih membungkuk, Ayah Kyuhyun dan Kakak perempuannya juga ikut membungkuk.
Aku juga ikut membungkuk perlahan di kursi roda, menghapus air mata yang jatuh ke pipiku.
“Ibu, lebih baik kita tinggalkan ruangan ini sebentar. Aku yakin Jung Su dan yang lain butuh waktu untuk sendirian di sini.”, kata Kakak perempuan Kyuhyun. Ibunya mengangguk, sebelum keluar Ia membungkuk di sebelah Kyuhyun, dan berbisik di telinganya.
Dan sekarang, hanya ada kami. Super Junior.
“Hankyung dan Kangin sedang dalam perjalanan ke sini.”, kata Heechul datar sambil mengecek handphonenya. “Lebih baik kita tunggu mereka sebentar lagi.”
Sunyi. Tidak ada yang bicara. Bahkan Kibum yang sudah lama tidak bertemu denganku masih diam duduk di kursi sebelah Donghae, merangkul Donghae yang masih menangis..
Aku menjalankan kursi rodaku mendekat ke tempat tidur Kyuhyun, memandang wajahnya.
Mendadak, aku seperti melihat dan mendengar semua kenangan tentang Kyuhyun di otakku.
Suaranya saat menyanyi, suaranya saat tertawa, saat dia masih ada, semua berputar dengan cepat di otakku.
“KENAPA?!”, teriak Sungmin tiba-tiba, aku segera menengok ke belakang, tatapan matanya lurus ke arah tempat Kyuhyun berbaring, “KENAPA KAU AMBIL DIA SECEPAT ITU?!”
Sungmin berteriak tanpa ekspresi, Ryeowook merangkulnya erat sambil menangis, “Hyung… Hyung…”, hanya itu yang berulang kali diucapkan Ryeowook.
Aku masih terduduk kaku di kursi roda. Tidak yakin apakah aku harus menghiburnya, di saat hatiku juga merasa sangat kehilangan. Di saat hampir semuanya menenangkan Sungmin yang histeris, Zhou Mi perlahan berjalan mendekat ke arahku, berlutut dan memelukku.
“Hyung,” ,bisik Zhou Mi di telingaku, “aku tahu kau pasti menanggung beban paling berat dari kami semua, karena kau Kakak kami. Kakak yang paling kami cintai. Namun kau harus tau, kami selalu ada di belakang hyung. Kami mendukung dan selalu ada untuk hyung. Kami mencintai hyung.”
Aku mengangguk, Zhoumi berlutut dan memelukku. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir aku bertemu dengan Zhoumi.
Setelah itu, aku mundur ke belakang,memutuskan untuk duduk di kursi rodaku di sebelah Sungmin. Sungguh, Ia tidak tampak seperti Sungminku yang biasanya. Tidak ada senyum, tidak ada matanya yang berekspresi. Ia hanya duduk dan menatap ke arah Kyuhyun yang sudah terbaring.
Siwon tiba-tiba berbisik padaku, “Dokter bilang, Sungmin hyung mengalami shock berat. Kemungkinan dia melihat saat-saat terakhir Cho Kyuhyun…” Siwon berhenti sebentar, aku menengok ke arahnya. “hidup.”, lanjutnya. Aku mengangguk, dan menarik nafas panjang.
“Ah, mereka datang.”, gumam Heechul, lalu semua orang di ruangan menatap ke pintu yang terbuka.
Kangin dan Hankyung sudah datang.
Kedatangan mereka disambut isak tangis oleh yang lain, Heechul berlari memeluk Hankyung dan menangis keras di pelukannya.
Entah apakah aku harus senang atau sedih melihat Kangin dan Hankyung di sini. Aku senang melihat mereka, namun tidak di saat seperti ini, di saat kami semua kehilangan.
Kangin, langsung menuju ke tempat Kyuhyun terbaring. Kangin menangis menatapnya. Aku pun menghampirinya.
“Hyung.”, katanya saat mengetahui aku sudah ada di sampingnya.
Ia memelukku.
Sudah satu tahun aku tidak bertemu dengannya, dan sekarang, Ia sudah tumbuh menjadi pria dewasa, bukan sesosok anak kecil yang dulu suka mengangguku dan yang lain.
“Kanginnie, sudah lama sekali.”, aku memaksakan senyum.
“Aku.. senang bertemu denganmu, Hyung. Sungguh lega kau tidak apa-apa”
Aku menarik nafas, “Aku tidak lega aku tidak apa-apa. Lebih baik aku saja yang berbaring di sini, bukan Cho Kyuhyun.dan, lebih baik kita tidak bertemu jika situasinya seperti ini, Kanginnie.”
“Tidak Hyung, kau bicara apa? Aku yakin Kyuhyun akan sedih jika kau berkata begitu, karena.. Ia yang.. menyelamatkanmu.”
“Lebih baik aku tidak usah diselamatkan sekalian! Lebih baik aku yang mati!”, hardikku tajam ke arah Kangin, Eunhyuk yang ada di dekat kami melirik, lalu menggigit bibirnya dan berlari ke Heechul.
Kangin menggeleng lemas, namun aku melanjutkan, “Lebih baik aku yang mati, Kanginnie. Aku yang menyebabkan Cho Kyuhyun meninggal. Seandainya saja hari itu ia tak menghampiriku dan menyelamatkanku, Ia pasti masih hidup. Semua kesalahanku, Kanginnie. Aku yang sepantasnya mati, bukan dia!”
Aku terisak makin keras, rasa sakit karena kehilangan dan penyesalan mendatangiku. Kangin memelukku dan berbisik di telingaku, “Hyung, aku juga akan melakukan yang sama jika melihatmu terjebak di kobaran api. Dan mungkin, semua orang di ruangan ini akan melakukan hal yang sama seperti yang Kyuhyun lakukan. Mengapa? Karena kami sayang padamu. Kami tidak akan meninggalkanmu mati begitu saja dilalap api.”
Kangin berhenti, aku menarik diri dari pelukannya. Mata Kangin sudah basah oleh air mata.
“Jadi… jangan… jangan pernah berpikir kau yang salah dan menyalahkan dirimu.. Cho Kyuhyun tidak akan suka itu.”
Aku pun melihat Kangin, matanya basah oleh air mata.
“Tetap saja Kanginnie, akulah penyebab semuanya. Aku leader yang tidak becus. Mungkin leader paling buruk di dunia karena menyebabkan anggotaku meninggal, lebih baik dari awal aku tidak bertemu dengannya, lebih baik…. aku… aku…”, air mataku jatuh makin deras, tidak tahu apa yang harus kukatakan lagi.
“Tidak ada yang tahu kapan seseorang akan meninggal, hyung.” , kata Kangin, lalu Ia melanjutkan, “tidak ada yang tahu, dan semua orang pasti akan kembali pada-Nya.. hanya saja, sekarang giliran Kyuhyun. Dan jangan pernah berpikir bahwa kau leader yang buruk, kau leader terbaik yang pernah kutahu, dan yang lain juga pasti berpikir begitu. Siapa lagi leader yang mau dikerjain oleh dongsaeng-dongsaengnya selain kau, hyung?”
Aku menatap Kangin, Ia tersenyum.
Aku pun membalas senyumnya dan berkata, “Terima kasih, Kanginnie. Aku.. akan berusaha bangkit meskipun sulit, ngomong-ngomong kau terdengar seperti Siwon, wajib militer berhasil mengubahmu, huh?”
Kangin hanya tertawa kecil.
“Hyung.”, panggil Ryeowook, aku menengok kepadanya. Kangin pun berdiri dan member kesempatan untuk Ryeowook berdiri di depanku. Ryeowook pun kemudian berlutut dan memberikan secarik kertas kepadaku.
“Kakak Kyuhyun memberikannya padaku tadi, Ia bilang Ia menemukannya di dashboard mobil Kyuhyun.”
“Apa ini?”, tanyaku balik sambil padanya.
Ryeowook mengangkat bahu, “aku belum membacanya, sengaja kuberikan padamu dulu, hyung.”
Aku mengangguk singkat dan membuka secarik kertas itu. Tulisan yang sudah aku kenal.
Aku
selalu bertanya-tanya, apa yang direncanakan Tuhan saat Ia menyelamatkanku dari
kecelakaan itu? Apa aku harus melakukan sesuatu yang baik karena aku belum
baik? entahlah.
Tapi kemudian, saat aku melihat wajah hyung-hyung yang setia menemaniku, aku tahu apa yang Tuhan rencanakan.
Tuhan ingin aku menjadi ‘miracle’ bagi mereka semua.
Percaya gak percaya, setelah aku masuk menjadi Super Junior, kami semakin terkenal (mungkin karena ketampananku? Hahaha) album-album kami juga laku keras di pasaran. Teuki hyung yang dari awal tidak begitu suka denganku juga jadi lebih baik padaku. Aku juga sempat berpikir, jika aku tidak kecelakaan waktu itu, apakah para hyung tetap akan sebaik ini padaku? Apakah ELF, akan menerimaku dan mencintaiku seperti sekarang?
Lalu aku membalik kertas itu, ada tulisan lagi.
Tapi kemudian, saat aku melihat wajah hyung-hyung yang setia menemaniku, aku tahu apa yang Tuhan rencanakan.
Tuhan ingin aku menjadi ‘miracle’ bagi mereka semua.
Percaya gak percaya, setelah aku masuk menjadi Super Junior, kami semakin terkenal (mungkin karena ketampananku? Hahaha) album-album kami juga laku keras di pasaran. Teuki hyung yang dari awal tidak begitu suka denganku juga jadi lebih baik padaku. Aku juga sempat berpikir, jika aku tidak kecelakaan waktu itu, apakah para hyung tetap akan sebaik ini padaku? Apakah ELF, akan menerimaku dan mencintaiku seperti sekarang?
Lalu aku membalik kertas itu, ada tulisan lagi.
Hal
terbaik yang pernah kualami dalam hidup:
1. Menjadi bagian dari Super Junior
2. Bertemu orang-orang sebaik dan seaneh mereka hahahaha.
p.s. semoga mereka tidak menemukan tulisan ini, mereka pasti akan menertawakanku sampai mati karena berpikir ‘ajaib’ seperti Siwon hyung!
Aku tidak tahu apakah harus tersenyum atau menangis membaca tulisan Kyuhyun barusan. Namun entah mengapa air mata jatuh lagi di pipiku.
Aku pasti akan merindukan adikku yang satu ini. Semua tentangnya. Suaranya, wajahnya, segala kejailan dan keanehannya..
“Hyung, sudah waktunya.”
Ryeowook berdiri, aku masih terduduk diam karena tidak mengerti apa maksudnya barusan.
“Sudah waktunya… kita mengucapkan selamat tinggal padanya, hyung.”
Kemudian yang aku tahu Heechul mendorong kursi rodaku, aku pun memberikan kertas itu padanya, “Bacalah.”, kataku.
Heechul mengangguk, dan Ia pun mengambil kertas itu dan mendorongku sampai di sebelah Sungmin yang masih terduduk tanpa ekspresi di kursinya.
Perawat pun masuk, dan dengan sigap menutup wajah Kyuhyun dengan kain dan mendorongnya keluar.
“Jangan!”, teriak Sungmin.
Aku pun memeluknya, karena aku tahu dari semuanya, Sungmin lah yang paling kehilangan, karena Ia merupakan teman sekamarnya dari awal, orang yang paling dekat dengan Kyuhyun.
“Jangan! Kyuhyun!”
Sungmin berontak di pelukanku, aku berusaha menahannya, namun Ia makin berontak. Dengan segenap kekuatannya, ia mendorongku dan aku pun terjatuh dari kursi roda.
“Argh!”, teriakku kesakitan sambil memegangi kakiku. Aku pun melihat Sungmin memeluk badan Kyuhyun sambil terisak, yang lain pun mendatanginya dan merangkulnya, berusaha menghiburnya. Namun Sungmin tetap terisak, dan berteriak tidak karuan.
Aku lalu berusaha menarik kakiku untuk bangkit duduk di kursi roda, namun usahaku tidak berhasil. Kakiku malah makin sakit, namun aku tahu sakit ini tidak sebanding dengan yang Kyuhyun rasakan saat ia menyelamatkanku… Rasa panas yang Ia rasakan saat perlahan api menjalari seluruh tubuhnya dan akhirnya merenggut nyawanya.. rasa sakit di kakiku ini tidak sebanding dengan apa yang orang tua dan kakak Kyuhyun rasakan saat Ia mengetahui anak laki-lakinya meninggal… karena menyelamatkanku. Lebih baik aku menyerah saja… Lebih baik aku ikut Kyuhyun saja, menyusulnya..
Tidak. Aku masih punya 13 orang yang bersandar dan percaya padaku… Aku… tidak bisa menyerah begitu saja.
“Hyung!”, Donghae melihatku lalu berlari dan membantuku duduk lagi di kursi roda. “Hyung! Kau tidak apa-apa?”
“Maafkan hyung, Cho Kyuhyun… Maafkan aku… ”, isakku semakin keras.
“Hyung! Kau tidak apa-apa?”
1. Menjadi bagian dari Super Junior
2. Bertemu orang-orang sebaik dan seaneh mereka hahahaha.
p.s. semoga mereka tidak menemukan tulisan ini, mereka pasti akan menertawakanku sampai mati karena berpikir ‘ajaib’ seperti Siwon hyung!
Aku tidak tahu apakah harus tersenyum atau menangis membaca tulisan Kyuhyun barusan. Namun entah mengapa air mata jatuh lagi di pipiku.
Aku pasti akan merindukan adikku yang satu ini. Semua tentangnya. Suaranya, wajahnya, segala kejailan dan keanehannya..
“Hyung, sudah waktunya.”
Ryeowook berdiri, aku masih terduduk diam karena tidak mengerti apa maksudnya barusan.
“Sudah waktunya… kita mengucapkan selamat tinggal padanya, hyung.”
Kemudian yang aku tahu Heechul mendorong kursi rodaku, aku pun memberikan kertas itu padanya, “Bacalah.”, kataku.
Heechul mengangguk, dan Ia pun mengambil kertas itu dan mendorongku sampai di sebelah Sungmin yang masih terduduk tanpa ekspresi di kursinya.
Perawat pun masuk, dan dengan sigap menutup wajah Kyuhyun dengan kain dan mendorongnya keluar.
“Jangan!”, teriak Sungmin.
Aku pun memeluknya, karena aku tahu dari semuanya, Sungmin lah yang paling kehilangan, karena Ia merupakan teman sekamarnya dari awal, orang yang paling dekat dengan Kyuhyun.
“Jangan! Kyuhyun!”
Sungmin berontak di pelukanku, aku berusaha menahannya, namun Ia makin berontak. Dengan segenap kekuatannya, ia mendorongku dan aku pun terjatuh dari kursi roda.
“Argh!”, teriakku kesakitan sambil memegangi kakiku. Aku pun melihat Sungmin memeluk badan Kyuhyun sambil terisak, yang lain pun mendatanginya dan merangkulnya, berusaha menghiburnya. Namun Sungmin tetap terisak, dan berteriak tidak karuan.
Aku lalu berusaha menarik kakiku untuk bangkit duduk di kursi roda, namun usahaku tidak berhasil. Kakiku malah makin sakit, namun aku tahu sakit ini tidak sebanding dengan yang Kyuhyun rasakan saat ia menyelamatkanku… Rasa panas yang Ia rasakan saat perlahan api menjalari seluruh tubuhnya dan akhirnya merenggut nyawanya.. rasa sakit di kakiku ini tidak sebanding dengan apa yang orang tua dan kakak Kyuhyun rasakan saat Ia mengetahui anak laki-lakinya meninggal… karena menyelamatkanku. Lebih baik aku menyerah saja… Lebih baik aku ikut Kyuhyun saja, menyusulnya..
Tidak. Aku masih punya 13 orang yang bersandar dan percaya padaku… Aku… tidak bisa menyerah begitu saja.
“Hyung!”, Donghae melihatku lalu berlari dan membantuku duduk lagi di kursi roda. “Hyung! Kau tidak apa-apa?”
“Maafkan hyung, Cho Kyuhyun… Maafkan aku… ”, isakku semakin keras.
“Hyung! Kau tidak apa-apa?”
Hal
pertama yang aku lihat adalah Donghae, mencolek-colek tanganku. Mukanya panik
dan kudengar Ia terus berteriak, “Hyung! Hyung!”
“Hyung! Kau tidak apa-apa?”, tanya Donghae.
“A.. aku…”
Donghae tersenyum, “Kau ketiduran di kamar Heechul hyung, hyung. Sekarang sudah pukul tujuh malam. Oh iya, ada apa dengan Kyuhyun? Kau beberapa kali memanggilnya saat tidur tadi. Dan… Hyung, kau menangis?”
Kyuhyun.
Aku pun bangun dan meraba dan menggerak-gerakkan kakiku.
Kakiku baik-baik saja.
Tanpa menghiraukan pertanyaan Donghae, aku segera berlari keluar kamar Heechul dan masuk ke kamar Kyuhyun. Kyuhyun, saat itu sedang duduk bersila di kasur, di hadapannya ada Sungmin. Tampaknya mereka sedang berbincang-bincang.
“Ah… Hyung.”, kata Sungmin yang menyadari kehadiranku. Kyuhyun pun menengok takut-takut kepadaku. Tanpa sepatah kata pun, aku memeluknya.
“…..Hyung?”
Aku pun menangis di pelukannya. Aku lalu merasakan Sungmin turun dari kasur, keluar kamar.
“Aku senang kau masih… hidup…”, kataku sekenanya, masih memeluknya, “mulai sekarang, terserah kau mau menjahiliku seperti apa pun, aku akan terima, Cho Kyuhyun. Aku senang kau masih ada di sini. Aku juga sudah memaafkan segala kesalahanmu.”
Lalu member yang lain masuk ke kamar, aku bisa mendengar mereka berbisik-bisik melihat aku memeluk Kyuhyun.
Aku pun lalu melepas Kyuhyun dari pelukanku. Mukanya terlihat bingung. Aku tersenyum, “Aku sayang padamu, Cho Kyuhyun.”
“A….”
“Ya Hyung! Mentang-mentang Kanginnie sedang wajib militer kau mau berpindah ke Kyuhyunnie begitu saja, hah?”, tanya Sungmin, member yang lain tertawa melihat kecemburuanya.
Aku menarik nafas lega, “Kalian tidak akan dapat membayangkan apa yang telah kulalui barusan.”
Siwon pun menyela, “Kalau begitu, ceritakan pada kami apa yang barusan kau lalui, hyung.”
Aku menggeleng, “Aku.. mau melupakannya.” Siwon pun mendesah kecewa. Namun Donghae tiba-tiba berkata, “Tadi Leeteuk hyung menangis dan memanggil-manggil Kyuhyun dalam tidurnya.”
Kyuhyun, yang dari tadi belum berbicara sepatah katapun, menatapku bingung, lalu bertanya, “Hah? Hyung mimpi sesuatu yang buruk tentangku?”
Aku hanya tersenyum, “Tidak penting. Yang penting adalah…. Kita semua ada di sini! Urineun Syupojuni……..”
Tidak ada yang melanjutkan, yang ada hanya tatapan bingung dari mereka.
“Ya! Lakukan seperti biasanya! Urineun Syupojuni…..”
“OEYOOOO!”, teriak Heechul sambil tertawa, lalu melompat ke kasur dan memelukku dan Kyuhyun.
“Ya! Kalian mau berdiri di situ saja? Ayo kita group hug!”, kata Heechul. Member yang lain tertawa lalu ikut duduk di kasur dan memeluk kami.
Sungguh, perasaanku sekarang ini melebihi kebahagiaanku saat menang daesang.
“Ehh… tapi aku punya perasaan tidak enak, Hyung…”, kata Kyuhyun tiba-tiba.
“Kenapa?”, tanyaku.
“Sepertinya… sebentar lagi… kasur ini akan jebol..”
Dan benar saja, terdengar bunyi ‘KRAKK!’ keras dari bawah kasur.
Semua pun terdiam. Terdengar Sungmin menghela nafas.
Namun beberapa detik setelahnya, kami tertawa terbahak-bahak bersama.
Tuhan, maukah Kau menjaga senyuman kami selamanya?
“Hyung! Kau tidak apa-apa?”, tanya Donghae.
“A.. aku…”
Donghae tersenyum, “Kau ketiduran di kamar Heechul hyung, hyung. Sekarang sudah pukul tujuh malam. Oh iya, ada apa dengan Kyuhyun? Kau beberapa kali memanggilnya saat tidur tadi. Dan… Hyung, kau menangis?”
Kyuhyun.
Aku pun bangun dan meraba dan menggerak-gerakkan kakiku.
Kakiku baik-baik saja.
Tanpa menghiraukan pertanyaan Donghae, aku segera berlari keluar kamar Heechul dan masuk ke kamar Kyuhyun. Kyuhyun, saat itu sedang duduk bersila di kasur, di hadapannya ada Sungmin. Tampaknya mereka sedang berbincang-bincang.
“Ah… Hyung.”, kata Sungmin yang menyadari kehadiranku. Kyuhyun pun menengok takut-takut kepadaku. Tanpa sepatah kata pun, aku memeluknya.
“…..Hyung?”
Aku pun menangis di pelukannya. Aku lalu merasakan Sungmin turun dari kasur, keluar kamar.
“Aku senang kau masih… hidup…”, kataku sekenanya, masih memeluknya, “mulai sekarang, terserah kau mau menjahiliku seperti apa pun, aku akan terima, Cho Kyuhyun. Aku senang kau masih ada di sini. Aku juga sudah memaafkan segala kesalahanmu.”
Lalu member yang lain masuk ke kamar, aku bisa mendengar mereka berbisik-bisik melihat aku memeluk Kyuhyun.
Aku pun lalu melepas Kyuhyun dari pelukanku. Mukanya terlihat bingung. Aku tersenyum, “Aku sayang padamu, Cho Kyuhyun.”
“A….”
“Ya Hyung! Mentang-mentang Kanginnie sedang wajib militer kau mau berpindah ke Kyuhyunnie begitu saja, hah?”, tanya Sungmin, member yang lain tertawa melihat kecemburuanya.
Aku menarik nafas lega, “Kalian tidak akan dapat membayangkan apa yang telah kulalui barusan.”
Siwon pun menyela, “Kalau begitu, ceritakan pada kami apa yang barusan kau lalui, hyung.”
Aku menggeleng, “Aku.. mau melupakannya.” Siwon pun mendesah kecewa. Namun Donghae tiba-tiba berkata, “Tadi Leeteuk hyung menangis dan memanggil-manggil Kyuhyun dalam tidurnya.”
Kyuhyun, yang dari tadi belum berbicara sepatah katapun, menatapku bingung, lalu bertanya, “Hah? Hyung mimpi sesuatu yang buruk tentangku?”
Aku hanya tersenyum, “Tidak penting. Yang penting adalah…. Kita semua ada di sini! Urineun Syupojuni……..”
Tidak ada yang melanjutkan, yang ada hanya tatapan bingung dari mereka.
“Ya! Lakukan seperti biasanya! Urineun Syupojuni…..”
“OEYOOOO!”, teriak Heechul sambil tertawa, lalu melompat ke kasur dan memelukku dan Kyuhyun.
“Ya! Kalian mau berdiri di situ saja? Ayo kita group hug!”, kata Heechul. Member yang lain tertawa lalu ikut duduk di kasur dan memeluk kami.
Sungguh, perasaanku sekarang ini melebihi kebahagiaanku saat menang daesang.
“Ehh… tapi aku punya perasaan tidak enak, Hyung…”, kata Kyuhyun tiba-tiba.
“Kenapa?”, tanyaku.
“Sepertinya… sebentar lagi… kasur ini akan jebol..”
Dan benar saja, terdengar bunyi ‘KRAKK!’ keras dari bawah kasur.
Semua pun terdiam. Terdengar Sungmin menghela nafas.
Namun beberapa detik setelahnya, kami tertawa terbahak-bahak bersama.
Tuhan, maukah Kau menjaga senyuman kami selamanya?
END
No comments:
Post a Comment