
| BLIND/Maybe Tommorow | Coming Soon
Vivi Orton Present .. Teaser -->
-------BLIND-----
Selamat Pagi..
Apa aku bisa berbicara dengan nona Kim Yoo Hyun? Apakah gadis malas itu sudah bangun dari alam mimpinya? Oh astaga, jangan bilang gadis malas itu masih meringkuk di dalam selimut bulunya
Selamat Siang..
Aku lapar! Pergi makan bersamaku. Kajja
Selamat Sore.. Rangakaian mawar merah kesukaanmu siap di antar.. Aku akan menunggu bayaranku, eoh Sebuah pelukan hangat darimu
Selamat Malam.. Apa malaikat cinta yang ku kirim sudah sampai di kamarmu? kuharap sudah.. Tidurlah dengan lelap dan mimpikan aku Saranghae, Kim Yoo Hyun.
[Lee DongHae]
>#####
Sudah dua jam lebih Yoo Hyun duduk diam sambil melipat tangannya di salah satu kursi meja makan, tidak banyak yang bisa ia masak malam ini dan ia tahu hasil masakannya mungkin buruk. Kedua matanya lurus menatap jendela besar yang menghadap halaman rumahnya berharap mobil pria itu akan segera memasuki halaman dan setelah itu malamnya akan berubah menjadi mudah.
Mungkin gadis itu sedang berpura-pura membodohi dirinya, membodohi pikirannya dengan bersikap semuanya sedang dalam keadaan baik. Ia tidak menunjukan ekspersi sedih dihadapan siapapun setelah kepergian Dong Hae dua tahun yang lalu, ia tidak mengeluarkan ekspresi kesakitan saat melihat bayangannya di permukaan kaca. Ia sudah berusaha bersikap sewajarnya, tapi perlahan kenyataan yang ada disisi lain seperti memaksanya keluar. Kenyataan yang membuat hatinya terasa sangat sesak, ada rasa perih yang membuatnya terasa susah untuk sekedar bernapas.
Aku benar-benar merindukanmu, Dong Hae-ya. Kapan kita dapat di pertemukan kembali? Aku ingin melihat sosok indahmu. Kau tau, aku sudah bisa melihat lagi.. dan aku sudah bisa membaca semua surat yang kau berikan padaku. Tulisanmu sangatlah indah, dan harus ku akui. Semua yang ada pada dirimu sangatlah indah dan nampak sempurna. Kembalilah, Kumohon’
Tangannya bergerak menggapai ponsel, dia menimang-nimang ponselnya apakah ia harus mencoba menguhungi tunangannya untuk mengajaknya makan malam atau tidak. Mungkin setelah bertemu dengan Siwon semua pikirannya akan kembali tenang. Tapi apakah Siwon masih memiliki sedikit waktu untuknya? Pekerjaannya begitu sangat menyita waktu, bahkan Siwon sering menomorduakannya dengan pekerjaannya itu. Tapi ia benar-benar membutuhkan pria itu di sisinya saat ini.
Lima belas menit selanjutnya ia masih diam ditempatnya, berusaha tidak gelisah sama sekali. Jantungnya berdegup kencang saat mendengar deruan suara mobil lalu matanya menangkap sebuah mobil yang berhenti di halamannya. Bibirnya melengkung tersenyum kecil. Untuk saat itu aliran oksigen di seluruh tubuhnya terasa normal seketika. Dia datang…
“Aku tah! Aku tahu kau akan datang. Gomawo Oppa…”
*****
Choi Siwon melepaskan sabuk pengamannya kemudian buru-buru turun dari mobil saat melihat lampu rumah itu masih menyala, sudut matanya menangkap siluet Yoo Hyun dari balik jendela ruang tamu yang terletak di lantai dua, dan ia segera mempercepat langkah kakinya.
“Kau datang.” Seru Yoo Hyun, dia berjalan menghampiri Siwon dengan tersenyum lebar.
Siwon mengerutkan kenignya, lalu tersenyum manis pada tunangannya itu, “Tentu saja. Kau yang utama bagiku, Yoo.” Ujar Siwon lalu memeluk Yoo Hyun singkat.
“Kajja kita makan, kau pasti lapar setelah seharian bekerja di rumah sakit.” Yoo Hyun merangkul lengan Siwon dan menariknya untuk duduk di meja makan.“ Kau tau aku harus bersusah payah untuk memasak semua ini. Jadi kau harus menghabiskannya eoh.” dia berusaha melanjutkan.
“Ehm,” Mata Kyuhyun menyipit, ia diam sebentar lalu tiba-tiba menarik kedua tangan Yoo Hyun yang masih berdiri di samping kursinya. “Apa kau suka melihat plester-plester ini memenuhi kulit tanganmu? Berhentilah memaksakan dirimu, Yoo.” Suara Siwon terdengar lirih. Matanya terasa panas, ia bisa merasakan bahunya yang bergerak naik turun dengan cepat tanda emosinya memuncak. Tiga detik kemudian dia melepas tangan Yoo Hyun frustasi ketika melihat gadis itu menatap takut padanya.
“Maafkan aku, Yoo. Tapi aku benar-benar tidak ingin kau melukai dirimu sendiri hanya untuk ini, cepat atau lambat orangtuaku pasti akan menerimamu apa adanya. Ehmm,”
Ia tahu kenapa ia merasakan sesak yang memenuhi rongga dadanya, ia tahu kenapa hatinya merasa sakit melihat kebodohan yang dibuat gadis itu karena melukai diri sendiri, ia sangat paham dengan perasaannya tapi saat ini semuanya terasa kusut ditengah-tengahnya. Ia seperti sedang berdiri dijalan yang lurus lalu ketika sampai ditengahnya ia mendapati sebuah persimpangan yang sama sekali tidak di duga akan muncul di jalan itu. Bukannya tidak menginginkan persimpangan itu ada tapi ia sama sekali tidak pernah menduganya.
“Mianhae… sudah membuatmu terluka.” Ucap Siwon setengah berbisik, ia menuntun Yoo Hyun lalu mendudukan gadis itu diatas pangkuannya. Siwon memeluk tubuh Yoo Hyun yang masih terdiam kaku, wajahnya masih menunduk dalam. Beberapa detik kemudian dia menghela napasnya pelan lalu meraih tangan Yoo Hyun. Jarinya bergerak membuka kepalan tangan gadis itu lalu menyusuri permukaannya yang sangat halus dan sangat hangat.
“Mianhaeyo…” desis Siwon lemah.
Yoo Hyun menarik tangannya cepat, “Anni… Gwaencahanayo.” Ia berusaha tersenyum menenangkan. “Kajja.. Kau mau mencicipi masakanku? Aku tahu rasanya mungkin akan sangat buruk. Aish, aku selalu payah dalam urusan masak!” Ia terkekeh sendiri masih berusaha menormalkan emosi Siwon dan mulai melepaskan tangan kekar Siwon yang melingkar di pinggangnya. Namun Siwon menahannya, dan malah mempererat pelukannya pada tubuh Yoo Hyun.
“Ah.. waeyo? Kau tidak mau mencicipinya? Arrata.. mungkin orangtuamu benar, aku bukanlah gadis yang terbaik untukmu. Memasak saja bahkan aku tak bisa, Oppa tidak akan bahagia jika menikah denganku nanti. Lepaskan aku,” Gumam Yoo Hyun datar, ia masih berusaha menahan tangisannya dan menutupi semua itu dengan senyuman.
“Yoo, kumohon jangan mengatakan hal itu lagi. Aku mencintaimu, sangat. Meskipun aku tau cintamu bukan hanya untukku, meskipun orangtuaku tak menyetujui hubungan kita. Tapi aku selalu berusaha mempertahankan hubungan kita, kumohon jangan seperti ini.” Choi Siwon menenggelamkan kepalanya di atas dada Yoo Hyun dan menangis kecil di sana. Ia tau ini sangatlah berat, namun ia harus tetap mempertahankan semuanya sampai akhir.
“Kau benar, aku masih mencintai Dong Hae sampai saat ini. Dan kau benar, orangtuamu tak menyukaiku karena aku gadis buta dulu, dan sikapku yang kekanakan. Tapi aku selalu berusaha melakukan yang terbaik untukmu Oppa. Aku belajar menjadi seorang wanita dewasa seperti apa yang ibumu inginkan, tak perduli bagaimana tajamnya pisau mengenai tanganku. Aku tetap melakukannya untukmu, karena aku mencintaimu Oppa. Kumohon, jangan membentakku seperti tadi, kau menyakitiku.”
Yoo Hyun mengelus rambut Siwon dengan tempo lamban, berusaha mengutarakan perasaannya yang teramat sakit. Ia memang mencintai Choi Siwon dan mampu berpaling dari sosok Dong Hae yang sama sekali belum pernah ia lihat seperti apa sosok pria itu. Namun kenyataan pahit kembali melukainya, hubungannya tidak di setujui oleh ibu Siwon. Karena pada saat itu Yoo Hyun masih belum mendapatkan donor kornea mata yang cocok untuknya, juga sikapnya yang terlihat seperti gadis berusia sepuluh tahun yang selalu merengek pada Siwon.
Namun mereka tetap meneruskan hubungan mereka, dan memutuskan untuk mengikat diri satu sama lain dengan sebuah pertunangan yang hanya di hadiri oleh teman dekat dan beberapa keluarga yang menyetujui hubungan mereka. Hingga waktu berjalan sangatlah cepat dan rasa itu mulai semakin dalam untuk Siwon, pria tampan dengan senyuman malaikatnya. Seorang pria yang begitu mencintainya sangat banyak.
“Sarangahe, Yoo Hyun-ah. Tetaplah bertahan untukku,”
“Nado Saranghae, Oppa.”
*****
No comments:
Post a Comment